BAGIAN 28 : Best I've ever Had

12.2K 2K 78
                                    

ENAND

"Oke... request kali ini, Drake - Best I ever had. Dari Enand, buat Khayana yang lagi ulang tahun!"

Boby, si penyiar radio sekolah, bercuap-cuap sebelum akhirnya lagu request dari gue diputar. Gue nggak tahu lagu romantis apa yang disukai cewek-cewek. Nanya Ceria juga percuma. Dia nggak tahu banyak lagu, kecuali yang pernah dinyanyikan Sakta buat dia.

Akhirnya, dari semua lagu rap yang gue dengar, lagu inilah yang gue pilih.

Baby, you my everything, you all I ever wanted
We could do it real big, bigger than you ever done it

Beberapa bait mulai mengalun, sampai akhirnya gue mendengar cicitan dari belakang gue.

"Nand, sampai kapan kita berdiri gini?" keluh Farren, sambil memegang kertas manila bertuliskan huruf A. Yap, dia memegang huruf ke-dua dari ejaan kata Happy.

Untuk apa? Tentu saja membuat rangkaian kalimat Happy Birthday. Selain Farren, gue juga meminta bantuan cowok-cowok lain di kelas gue buat melakukan hal ini. Berdiri di lapangan tengah sambil memegang kertas manila, membentuk rangkaian huruf, sehingga Khayana bisa membacanya dari atas.

"Gue udah nge-chat Khayana. Tunggu dia nengok," kata gue, diiringi musik yang terus berputar.

She made me beg for it 'til she give it up
And I say the same thing every single time
I say, you the fuckin' best, you the fuckin' best
You the fuckin' best, you the fuckin' best
You the best I ever had, best I ever had
Best I ever had, best I ever had

Tepat saat lagu berakhir, gue mendapati Khayana mengintip dari jendela kelasnya. Sorak-sorai pun terdengar dari beberapa cewek yang ikut melihat. Mereka menunjuk-nunjuk kami yang ada di bawah, dengan raut terkesima.

Dari kejauhan, gue bisa melihat senyum Khayana merekah. Antara tersanjung, juga tersipu karena aksi gue menjadi tontonan satu sekolah.

Selamat ulang tahun ya.
Aku sayang kamu. Suka nggak?

Gue mengetikkan pesan. Dari sana, Khayana membaca lalu membalas dengan anggukan kepala dan tangan membentuk tanda hati.

Gue tersenyum puas, lalu barisan cowok yang menjadi pasukan gue hari ini, kompak menurunkan tangannya.

"Bonus nih. Baksonya musti dua mangkok," celetuk Sakta, sambil mengusap butir keringat di sekitar dahinya.

Gue terkekeh karena memaksa mereka baris seperti ini di siang bolong begini.

"Beres..." ucap gue akhirnya.

****

Katanya, setiap manusia ibarat bulan. Setiap jiwanya punya sisi gelap yang jarang diperlihatkan ke orang lain. Tapi buat gue, Khayana adalah matahari.

Batas antara sisi gelap dan sisi terang itu seakan memudar di antara kami. Tersisa pendar yang saling menerangi. Melankolis memang. Tapi, itu yang gue rasakan saat melihatnya tersenyum sore ini.

Dentam suara musik mulai makin menghidupkan suasana Senayan sore ini. Semalam, gue memberi tahu Khayana untuk membawa baju ganti yang santai untuk jalan-jalan sekaligus menonton live music di sini. Kebetulan Jumat ini line up-nya bagus-bagus. Jadi, setelah siang tadi memberinya kejutan dengan radio sekolah dan kertas-kertas konyol itu, sore harinya gue lanjut mengajaknya jalan.

GENANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang