BAGIAN 23 : Bertahap Denganmu

12.4K 2.3K 434
                                    

ENAND

Selain jam pulang, waktu yang ditunggu-tunggu siswa adalah jam istirahat. Begitu bel istirahat berbunyi, gue dengan cepat melenggang menuju kantin.

Selain menjadi penawar bagi perut gue yang keroncongan, tempat ini sekarang juga menjadi penawar bagi kangen gue kepada seseorang. Ya, cewek di samping gue sekarang. Yang sedang mengunyah keripik pangsit. Bonus dari mie ayam yang dia pesan. Well, sebenarnya pas dia mesen tadi... gue yang cerewet minta bonus ke abangnya supaya Khayana diberi banyak. Karena belakangan gue tahu Khayana sangat menyukainya, tapi masih malu-malu buat ngomong.

"Hmm... jadi kamu nggak bawa bekal karena ibu kamu sakit?" tanya gue.

"Iya. Jadi nggak sempat nyiapin."

"Sakit apa sih, Na?"

"Sebenernya diabetes udah lama sih. Terkontrol juga. Tapi belakangan katanya ada komplikasi, aku nggak terlalu ngerti," jelasnya.

"Terus gara-gara itu juga, kamu kelupaan bawa topi sampe akhirnya dihukum?"

Khayana tersenyum. "Iya. Teledor banget ya. Biasanya Ibu ngingetin sih."

Gue menyedot es jeruk sampai habis, lalu menatapnya lagi. "Tau gitu aku pura-pura nggak bawa juga biar dihukum bareng."

Ide tolol itu membuat Khayana tergelak. "Ya jangan lah, Nand! Ada-ada aja deh kamu."

Gue terkekeh. "Harusnya kamu bilang aku kalo lupa bawa, 'kan bisa aku cariin pinjeman."

"Minjem ke gebetan kamu lagi?"

Ups. Kalimatnya sontak membuat gue mati kutu. Kemudian, ia melanjutkan lagi. "Cuma dijemur bentar doang, Nand... Lagian 'kan salah aku. Masa kamu yang repot?"

Gue mengedikkan bahu. "Ya aku suka-suka aja sih direpotin sama kamu."

"Beneran? Besok dateng ke rumah aku buat ngepel sama nyuci ya?" tantang Khayana, binar matanya menyorot ceria.

Nggak gitu juga konsepnya, manis.... Gue pun mengeluarkan cengiran, pura-pura lupa dengan apa yang barusan gue bilang.

"Tapi sebenarnya nggak bawa topi bukan kesalahan sih. Itu 'kan pilihan kamu. Mau panas-panasan pas upacara, atau enggak. Ini malah udah kena konsekuensi dengan sendirinya karena nggak pake topi pas lagi panas-panasnya, ehh masih dihukum lagi."

Khayana hanya tertawa, kemudian tangannya terulur ke hadapan gue. Dua slice keripik pangsit tersodor di depan mulut gue.

"Biar kamu nggak ngomel terus," katanya.

Sial! Kok pipi gue memanas ya? Gue lagi diledekin pacar sendiri nih? Tanpa pikir panjang, gue pun menyambut suapan keripik dari tangannya menggunakan mulut.

"Cer, kamu ada karung nggak?" tiba-tiba Sakta nyeletuk.

Kening Ceria berkerut. "Buat?"

"Buat ngarungin nih anak dua. Mesra-mesraan terus dari tadi. Bikin perut mual," kata Sakta

Gue memukul kepala Sakta pelan. "Bacot! Gue hampir tiap hari liat drama lo sama Ceria juga nggak pernah protes!" ucap gue, yang dibalas tawa oleh Khayana dan Ceria.

****

Nggak ada yang instan untuk sesuatu yang besar. Yang instan cuma indomie, nescafe, dan ketok magic.

Untuk proses pemulihan Khayana, tentu saja nggak instan. Banyak yang perlu digali dari masa lalu, selain fokus pada masa sekarang. Contohnya saja, hubungan Khayana dengan ibunya, hubungan Khayana dengan mendiang ayahnya, bahkan hubungan Khayana dengan ayah tirinya sebelum peristiwa terkutuk itu terjadi.

GENANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang