1. Tentang Mereka (Prolog)

722 92 52
                                    

😙🎆🌹
Jangan lupa vote dan comment nya yah.. Tanganku baru semangat kalo ada respon kalian wkwkwk *Plak



MATA mereka saling bertemu. Dalam diam, tatapan itu seolah saling melempar pertanyaan dingin. Namun begini, keheningan, merupakan percakapan dalam diri yang tengah sama-sama bergejolak itu.

Jiyong, tidak pernah memikirkan terlalu rumit bagaimana hidupnya dan bagaimana dia mati - walau, dia punya alasan yang meyakinkan - tapi dia memang tidak terlalu peduli. Walau kehidupannya harus lebih singkat dari orang lain, dia tidak pernah memikirkannya dan bahkan membayangkannya sedikitpun. Baginya, sekarang atau nanti dia tetap akan mati.
What will happen, happened anyway.

Tapi, alasan yang awalnya tidak terlalu penting kini berubah menjadi sangat penting. Dia menjadi lebih takut dan cemas. Apakah dua atau satu tahun lagi? Apa dia masih mampu untuk hidup? Apa tubuhnya masih bisa di sampingnya saat wanita di hadapannya itu menangis atau tersakiti? Dia masih ingin melindunginya. Dia butuh tetap hidup agar dia bisa menjaganya, mengawasinya dan memperhatikannya.

Dara, memandang dengan tatapan kosong terhadap manusia dihadapannya. Sudah berapa lama kah semua ini terjadi? Yang dia tahu kejadian itu begitu cepat terjadi seperti api yang menjalar ke atas menebar ke sekelilingnya. Dia tidak pernah memikirkan siapa pun, dia tidak mau berhubungan dengan siapa pun. Dia tidak ingin ada yang tersakiti olehnya, banyak hal yang muncul dalam benaknya, apakah benar dia tidak ingin menyakiti orang yang berani mendekatinya ataukah dia hanya tidak ingin menyakiti dirinya sendiri dan melindungi dirinya sendiri?

Semuanya terlalu tabu dan seperti dongeng dalam mimpi.

Rasanya sangat sesak di dekatnya, tapi dia juga memberikan obat penyembuh sesak untuknya.

Perasaannya terguncang seperti ombak yang menggulung bebatuan, tapi juga nampak tenang setelah semuanya berakhir.

Laki-laki di depannya tahu, apa yang dia bisa lakukan, tapi mengapa dia tetap mau kepadanya? Pertanyaan itu terus muncul dalam pikirannya? Apa dia tidak mempunyai rasa takut sedikitpun? Apakah dia tidak takut akan kematian?

Namun tampaknya, dara, harus menerima jika jawaban jiyong terlalu indah walau sangat tidak nyata. Tapi jika itu tidak nyata sekali pun, dara memiliki jawaban yang sama untuknya.

Mereka saling melempar tatapan tajam namun dibumbui perasaan rindu yang mendalam, sama-sama bernapas di tempat yang sama namun memiliki 2 pemikiran beda.

Dalam gelapnya malam, tatapan tajam itu berubah menjadi kehangatan. Mereka sama-sama merasa bahagia dalam kebersamaan.

Mereka yakin, ini merupakan cara terbaik untuk mati, di tempat orang yang mereka cintai. Jiyong tahu jika dia tidak memilihnya, perhaps, dia tidak akan pernah berhadapan dengan pilihan mati secara cepat. Tapi, rasa takut itu hanya menjadi simbol tertentu bahwa dia tidak ingin meninggalkan dara seorang diri. Walau demikian, keputusan ini adalah yang terbaik dan tak ada kata penyesalan di akhir cerita.

Ketika kehidupan menawarkan 2 pilihan, dan salah satunya adalah mati, dengan senang hati jiyong akan memilihnya - walau sangat berat - jika itu untuk dara. Karena dia tahu, dia tidak bisa serakah, hidup memiliki 2 takdir dan apabila salah satu takdir untuknya adalah untuk mati sekarang juga, maka dia akan mati. Walau yang dia tinggalkan tidak merelakannya.

Jadi, dia akan selalu memilih dara daripada tidak pernah merasakan apa itu namanya "CINTA" sama sekali. Karena mati atau pun hidup, kehidupannya tidak akan pernah seberharga ini jika tanpa ada dara.

Dara, menatap jiyong dengan senyuman hangat lalu dengan perlahan dia meraih tubuh jiyong, dia menenangkannya dalam dekapan walau dia disambut dengan butiran-butiran air matanya. Jiyong tersenyum, senyuman terakhir untuknya saat dara membunuhnya..

Goodbye, love.
I hope you choose life than me.

Glory Of LOVE {Complete💙}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang