35. Satu titik

208 40 11
                                    

  Oke first of all, maafin hahaha baru update. Kemarin kemarin sibuk buat UTS dulu hehe..

Nih sepenggal update.an.. hahah jangan marah kalo kagak panjang.
Oke para readernimss nih cerita bakalan end sebentar lagi jadi stay tune terus.. mungkin aka diakhir aku berubah pikiran jdi ceritanya aneh wkwkwk... tapi thanks ya yang udah mau ngikutin.

Oke ditunggu like n comment nya ya especially komennan kalian!!!!

HENGSHO.

NB: CERITA INI ABIS-CERITA BARU DATANG ^^




   Begitu asing. Semua begitu tampak berbeda. Dari semua sudut pandang yang dapat terraih hanya satu titik yang baginya tidak tampak berbeda. Tapi titik itu kini semakin menjauh, menyongsong kekeluan mata lidah pun tak kuasa ingin memanggil spotong titik itu. titik itu kini berubah menjadi cahaya terang. Lekat tanpa mampu ia raih kembali.

Potongan nyata bahwa dia akan kembali menjadi seorang diri. Kesepian. Seperti yang biasa dunia berikan kepadanya. Tapi kali ini dia meronta. Berlari menjerit dengan kaki pincang dan pandangan pudar. Bukan, bukan ini bukan kenyataan. Ini mimpi. Dia yakin dan berusaha meyakinkan diri.

Segenggam asa dia raih. Harapan kecil itu menjadi pangkuannya. Tapi semua terasa nyata. Dia mengenali semuanya. Ini bukan mimpi. Dia tidak bisa berbuat apapun selain menangis, menyadarinya.

   Lengan lemah dara meraih tangan jiyong erat-erat, saat mengingat mimpi semalamnya yang kelam. Jiyong menoleh kepadanya dengan senyum. Tatapan mata tajam itu sepertinya memberi keyakinan kepada dara. seolah-olah menghempaskan dengan sekejap rasa takutnya yang tadi menggebu.

“jiyong.” lirihnya.

“hemm?”

Dara menatapnya. Dia membuka mulutnya namun tak ada suara yang keluar sedikitpun. Dia pun menggeleng-geleng dan menyenderkan kepalanya kepada dada kokoh milik jiyong. sementara tangan jiyong pun dengan sendirinya mengelus lembut kepalanya. Tatapan dara pun beralih kepada pemandangan di luar. Sudah berjam-jam dia dan jiyong berada di mobil dalam perjalanan ke rumah omma jiyong. atas usul ommanya mereka pergi kesana dijemput oleh kendaraan yang disiapkan ommanya. Jiyong dan dara tidak mau banyak protes dan banyak berpikir aneh-aneh. Toh, mereka tahu perjalanan ini tidak akan sependek yang mereka bayangkan. Ya. perjalanan ini akan begitu lama dan melelahkan.

Dara merapatkan kedua matanya dan merengkuh tubuh jiyong erat. Bukan hanya satu atau dua. Bertubi-tubi pesan menyakitkan masuk ke dalam mimpinya. Kemampuannya dalam membaca pikiran manusia begitu semakin mengencang. Sebuah gumpalan air mata terbentuk di ujung kelopak matanya. Ketika gumpalan air itu jatuh dan menimpa pipinya tangan lemahnya tergesa menyekanya. Tapi terlalu lambat dari pandangan jiyong dan air matanya pun sudah berubah menjadi air hujan. Begitu deras sampai perjalanan pun harus terhenti.

Jiyong menghapus air matanya tanpa bertanya. Dia ingin. Mungkin sudah terlontarkan jelas dalam wajahnya namun mulutnya bisu. Dia melihat begitu menyakitkannya air mata dara sehingga hanya rasa sesak lah sebagai pengganntinya.
Ya. air mata itu pun berubah menjadi air hujan. Mereka memutuskan untuk menepi atau lebih tepatnya beristirahat di sebuah penginapan. Sang supir pun sudah mengeluh takut mengendarai di saat hujan deras.

“baby?” akhirnya mulutnya dapat bergerak.

Jiyong berjalan mendekatinya yang sedang berdiri menatap derasnya air hujan di luar. Dara tidak menjawab, dia hanya sedang sibuk memeluk diri mencoba mengalihkan pemikirannya. Tapi hati jiyong merana melihatnya. Dia tahu ada sesuatu yang salah, tapi dia tahu semua itu apa. Bukan hanya sekali dia melihat dara menangis tiba-tiba. Sebelumnya, dia melihat dara menangis di tengah malam berulang kali. Namun seperti biasa dia tidak bisa bertanya.

Glory Of LOVE {Complete💙}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang