36. it started

219 41 5
                                    

Happy reading guys..
HENGSHO ^^





Dara meremas tangannya erat-erat. Mereka telah tiba di rumah omma. Jiyong begitu sumbringah tak sabar bertemu dengan ommanya. Tas yang ia jinjing ia jatuhkan ketika suara sapa ommanya terdengar di ruang tengah rumah itu.

“omma.” Desahnya sambil memeluk. Telah lama tak jumpa wajar rasanya jika jiyong begitu bahagia melihatnya.

“uri jiyong..” balas ommanya tak kalah haru.

Namun pandangan itu. pandangan yang hangat itu menyembunyikan sesuatu yang menyakitkan bagi dara. tak mampu melawan rasa kecemasannya dara hanya bisa terdiam tanpa membelas senyuman  yang dilontarkan omma jiyong kepadanya.

Rumah ini begitu besar. jauh dari apa yang dibayangkan jiyong. dia tidak menyangka jika ommanya akan menikah dengan orang yang berada atau bahkan bisa dibilang milliader seperti ini. Jiyong terpaku memandang kemegahan yang disuguhkan rumah itu. dia bahkan lupa jika dia belum memperkenalkan dara kepada ommanya.

“ayo jiyong masuk ke dalam. Kamu pasti kecapean, nak.” Ucap ommanya sambil menarik lembut tangannya. Jiyong tersenyum hangat mengikutinya tanpa menyadari jika dara berada di belakangnya dalam keadaan bingung.

“haruskah aku menunggu di luar saja?” kata hatinya bertanya. Dia menatap lara ke arah depan dimana jiyong sedang berjalan semakin menjauh meninggalkannya. Dara berjalan sedikit untuk meraih tas jiyong yang ia jatuhkan barusan, perlahan dia berbalik dan memilih berjalan keluar rumah. Dia bukan saja merasa asing tapi juga merasa diabaikan. Jika itu bagi orang lain dia masih bsia terima tapi jiyong. entahlah. Dia tidak bisa merusak suasana, dia sadar jiyong memang baru bertemu dengan ommanya stelah sekian lama.

Melihat ada sebuah kursi dan meja di tengah taman yang berada tidak jauh dari pintu utama tempatnya berdiri, dara berjalan dan terduduk tenang disana. Menunggu. Iya dia lebih baik menunggu. Sekali-kali dia memeriksa ponselnya, takut jiyong mencarinya tapi ponselnya pun masih tenang tak bergeming. Dara mendesah dan menyenderkan tubuhnya pada kursi. Matanya mengamati keadaan sekitarnya merasa tidak asing dengan keadaan rumah itu. seperti dia sudah pernah merasakan berada di rumah itu. namun dia menggeleng, mungkin hanya pikirannya saja.

Sebenarnya dia bisa saja lari dan memilih menghindar dari rencana mimpi buruknya itu tapi mengapa dia memilih mengikuti arah kematiannya? Awalnya mungkin karena dia tidak percaya dan hanya ingin memastikan bahwa pesan dari mimpi itu hanyalah semu tak bernyawa, tapi lama kelamaan semua itu perlahan memberikan wujud nyata sehingga dia ketakutan. Tapi ketika melihat mata jiyong, melihat caranya memandang matanya, ada sedikit keyakinan yang tumbuh bahwa jiyong akan selalu berada bersamanya. Jiyong akan melindunginya.

Sudah lama, menit sudah berganti jam namun bayangan jiyong tak sedikitpun datang. Apakah dia melupakannya dengan begitu saja? Apakah semudah itu? tak ada panggilan atau apapun yang ia lihat hanyalah orang-orang yang bergantian berjalan-jalan tanpa ada sedikitpun yang ia kenali. Kemana jiyong?

Semua kecemasan itu membuatnya lelah dan mengantuk, apalagi duduk ditengah taman seperti ini terpaan angin lembut benar-benar menghanyutkannya. Tak kuasa menahan diri akhirnya dia tertidur.

Di sisi lain omma jiyong sibuk sana sini menyenangi anaknya yang sekian lama berjauhan dengannya itu. mata jiyong tiba-tiba membesar pada satu titik. Sadar akan sesuatu, tanpa menunggu lama dia berlari ke arah dimana dia meninggalkan seseorang. Dara.

“dara?” tidak ada.

Dia merogoh ponselnya dan menghubunginya. Tidak diangkat. Jiyong mengacak-ngacak rambutnya merasa kesal dengan kebodohannya itu. bagaimana bisa dia melupakan dan membiiarkan dara sendirian. Pasti dia kebingungan! Pikirnya dalam hati.

Glory Of LOVE {Complete💙}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang