Kekhawatiran

292 31 3
                                    

Jam istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Tapi Uks. Sudah heboh dengan tingkah dua cewe cerewet, yah siapa lagi kalau bukan Tasya dan Desis. Mereka selalu saja rusuh dimanapun tak tau tempat. Dhea, Nara dan Yumna hanya bisa, melihat mekonyolan yang di lakukan dua kaka kelas mereka.

"Dhea, gue bilangin sama lo yah, kalau sakit itu harus banyak orang yang ngehibur macam gue!" Kata Tasya heboh sambil terus bergerak menghindari jitakan Desis.

"Lucuan gue Dhe, dibanding hewan peliharaan elo mah!" Kini berbalik, Desis yang menghindar dari amukan Tasya.
Apa yang mereka lakukan ini? Bukannya perhatiin Dhea yang sedang sakit, malah ribut di dalam Uks.

Dhea hanya menggeleng pasrah melihat kaka kelasnya beradu mulut sekarang. Sekilas Dhea melihat seseorang sedang berdiri di ambang pintu. Lalu Dhea memfokuskan matanya.

Dhea tersenyum, melihat Sidik yang kini berjalan masuk mendekati Dhea.

"Dhe" Sapa Sidik dan membuat semua sahabatnya menoleh.

Mengerti dengan keadaan, Yumna langsung menyuruh sahabat sahabatnya keluar dari uks. Membiarkan Sidik dan Dhea berdua saja di sana.

Saat semua orang sudah tak lagi terlihat oleh mata Dhea, Sidik langsung duduk diujung kasur. Dia menatap Dhea dengan tatapan tak terbaca.

"Lo sakit apa?" Tanya Sidik mengawali membicaraan.

Dhea tersenyum samar "Cuma pusing"

Sidik menggeleng. Tidak percaya dengan ucapan kekasihnya itu. Dia yakin, lebih dari pusing yang Dhea rasakan saat ini.
"Kenapa bisa sakit?" Tanya Sidik menginterogasi.

"Mau jujur apa bohong?"
Pertanyaan tidak jelas di lontarkan Dhea.

"Ya kali gue minta lo bohong. Jujur!" Kata Sidik lagi.

Dhea menghembuskan nafas beratnya. Baru mengetahui kalau Sidik mempunyai sifat ketus.

"Semalem gue gak tidur.."

"What?" sidik langsung memotong pembicaraan Dhea.
Pantas saja mata Dhea terlihat merah.

"Maksudnya apa? Kenapa lo gak tidur?"

Malas sekali Dhea menjawabnya, kenapa pacarnya kini jadi protektif?

"Dhe" Sidik melembut.

"Kenapa gak tidur?" Ulang Sidik.

Dhea menatap sidik dengan pandangan kabur, entah kenapa mata Dhea. Saat ini juga, pusing yang Dhea rasa semakin menjadi. Rasanya Dhea akan pingsan.

"Guue... Pingin pulang" Suara Dhea melemah, dan membuat Sidik sedikit kaget.

Kenapa Dhea?
Apa dugaan Sidik benar?
Tidak hanya pusing yang Dhea rasa, tapi Dhea juga seprti banyak pikiran.

"Dhe, Lo gak apa apa kan?" Sidik menggoyangkan tubuh Dhea yang sudah tak bergerak. Mata Dhea tertutup rapat.

"Dhe"

"Dhea"

"Dhe bangun" Sidik menepuk nepuk pipi Dhea.

Melodi Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang