Kehilangan

250 28 1
                                    


Sidik terus memaki maki dirinya sendiri. Bodoh, bajingan brengsek, pengecut. Kata kata itulah yang terus Sidik sebut dalam hatinya.

Aarrrrggghh

Buug

Sidik menendang tempat sampah yang ada di hadapannya. Sesekali juga Sidik sempatkan untuk memukul bangku yang kini sedang ia duduki. Sidik benar benar tersiksa dengan kebodohannya tadi. Dia memilih Ego di banding hati. Bahkan Sidik juga telah melanggar janjinya untuk selalu melindungi Dhea. Malah Sidik sendiri yang menyakiti perempuan itu.

Awan mendung menutupi matahari, langit seakan akan mewakili hatinya yang ingin menangis. Sidik melihat ke atas langit, berharap semua sesalnya akan mengalir bersamaan dengan air hujan.

Badannya sudah basah di guyur hujan deras, tapi tetap, Sidik tidak berniat untuk pergi dari tempat itu. Biarlah dia sakit, mungkin dengan cara itu, Sidik bisa membalas kesalahannya tadi.

Air hujan yang sangat deras itu, tiba-tiba tidak lagi membasahi tubuh Sidik. Bukan karna hujan sudah berhenti, tetapi seperti ada penghalang untuk hujan menyentuh tubuhnya.

Sidik kembali mengarahkan wajahnya keatas, bukan langit yang ia lihat, tapi sebuah payung yang menjulang di atas kepalanya. Saat Sidik menolehkan wajahnya ke belakang, di sana sudah berdiri seorang perempuan dengan seyum yang mengembang.

"Ngapain lo payungin gue?" Tanya Sidik dengan Sinis.

Desis tetap tersenyum, meskipun Sidik terlihat tidak menyukai kedatangannya. Desis berjalan memutari bangku yang Sidik duduki, lalu Desis duduk di sebelahnya.

"Gak boleh gue peduli sama lo?" Tanyanya sambil terus memegangi payung yang melindungi Sidik.

Sidik tersenyum miring. Walau mereka berdua satu kelas, Sidik sama sekali tidak pernah tertarik berbicara dengan Desis, kecuali sesuatu yang penting.

"Gue gak butuh perhatian lo. Lo bisa pulang saat ini juga" Perintah Sidik sambil menunjukkan arah jalan.

Desis melemparkan payung yang sedari tadi ia pegang, kini badan Desis mulai basah sama sepeti Sidik.
"Gue bakal terus disini!" Desis melipatkan kedua tangannya di dada.

Sidik tidak peduli dengan apa yang wanita di sebelahnya lakukan. Sidik berdiri, lalu menatap tajam kearah Desis.

"Terus di sini yah... Gue mau balik" Sebelum pergi, Sidik sempat menepuk nepuk bahu Desis.

Dengan kepergian Sidik, Desis mendengus kesal. Percuma saja, dia korbankan pakaiannya basah, jika ujung ujungnya di cuekin.

***

Setelah sampai di rumah, Sidik segera mengganti bajunya yang basah. Raut wajahnya terlihat lebih segar di bandingkan sebelumnya.

Sidik merebahkan badannya di atas kasur, Lelah rasanya. Ingin hati berkata jujur, tapi otak menolak melakukannya.

Alunan lagu Rindu_ kerispatih mengalun dengan tenang di kamar laki laki itu. Dirinya semakin mengingat bagai mana ia menyakiti Dhea. Tapi otaknyapun terus berpikir tentang apa yang ia dengar 3 hari yang lalu.

Flashback on

Jam istirahat Sidik terganggu oleh teriakan seseorang di dekat mejanya. Untunglah Kantin belum terlalu ramai, jadi Sidik tidak perlu merasa malu karna namanya di sebut dengan sangat keras.

"Kenapa sih lo?" Tanya Sidik setelah orang yang memanggilnya duduk di bangku yang sama.

"barang di tas lo di keluarin semua sama Bayu" Lapor orang itu.

Jadi, cuma gara gara hal sepele, dia teriak teriak di kantin. Dasar laki laki aneh.

"Gak kapok tuh anak? Jailin orang mulu kerjaannya!" Sidik berdiri, lalu pergi meninggalkan kantin, menuju kelasnya, Sebelas IPA 1. Jika di biarkan, maka nasib semua buku di dalam tasnya akan menjadi korban.

Langkah Sidik terhenti di ambang pintu, Dia melihat dua orang wanita sedang berbicara, biasanya dia tidak akan tertarik mendengarkan wanita bercerita, tetapi nama yang sangat tidak asing di telinganya di sebutkan oleh kedua wanita itu.

"Parah, Si Dhea pinter ekting kemaren, pura pura sakit cuma untuk dapet perhatian dari Anggi sama Sidik"

"Yoi. Dengan enggak sekolahnya dia sekarang, pasti bikin Anggi sama Sidik percaya. Dhea pinter banget sumpah. Pinter mainin perasaan!"

Hahahaha

"Dan bodohnya Sidik, bisa jatuh Cinta sama ratu Drama kaya Dhea. Dia gak tau aja, niat Dhea deketin Sidik itu cuma untuk pengetahuan musiknya"

"Yapp. Tepat"

Percakapan dua wanita itu sangat di percaya oleh Sidik. Bagaimana tidak, mereka berdua sahabat Dhea, yahh.. Tasya dan Desis. Kemungkinan kecil untuk mereka berbohong.

Sidik mengurungkan niatnya masuk ke kelas, dia sangat marah kali ini. Dan Sidik juga berniat untuk memutuskan hubungannya dengan Dhea.

Flashback off


Sidik mengacak rambutnya kasar. Apa yang di lakukannya salah? Sampai membuat hatinya gelisah.

***

Dhea hanya bisa menangis di dalam kamarnya sendiri. Apa Dhea benar benar tidak bisa menghapus Resa di hidup Sidik.

Untuk kedua kalinya, Dhea disakiti orang yang ia sayang. Pertama Rendi dan kali ini Sidik.

Diputusin saat sayang sayangnya itu gak enak. Dan Dhea merasakannya.

Tidak ada benci kepada Sidik, sama juga seperti Dhea kepada Rendi. Cuma amarah sesaat yang ada di hatinya. Tinggal menunggu waktu, Dhea akan melupakan masalahnya ini.

biarkan angin berhembus

kencang dan tuangkan semua amarahku

berikan pertanda dan sampai kan padanya

kekecewaanku atas semua perlakuanmu

biarkan hujan mengalir

deras dan kumohon jangan biarkan berhenti

berikan pertanda dan sampai kan padanya

luapkan semuanya buat dia merasakannya

ku kecewa

Lagu yang mungkin sedang mewakili hati Dhea.

#kukecewahhhhh
Haha:v

Melodi Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang