.Akhirnya Dhea berkumpul kembali dengan keluarga tercintanya, setelah ± 17 jam berpisah. Tadi, Dhea langsung menelpon mamahnya setelah mematikan sambungan dari Sidik, dan langsung menuju rumah sakit yang mamahnya bilang.
Kini Dhea berada di kamar rawat Haikal, mamah dan papahnya pulang. Gantian menjaga Haikal dengan Dhea. Sejujurnya Dhea malas jika harus berlama lama dengan abangnya itu. Tapi, mau di apakan lagi, ini perintah.
"Kamar lo gak pernah rapih sihhh, jadi tempat sarang nyamuk deh, sekarang sakit baru tau rasa lo" Ucap Dhea menghakimi Haikal di tempat tidurnya yang sedang sibuk menulis. Memangnya apa lagi yang Haikal tulis kalau bukan tulisan tulisan gak jelas. Dan mana mungkin, dia nulis surat cinta.
"Sehat, di jailin. Sakit, di omelin. Punya adik kok nyebelin" Haikal mendengus sebal. Adiknya ini tidak ada pengertiannya saat keadaan Haikal sakit sekalipun.
Ini adalah sebuah balas dendam, karena dulu Haikal juga pernah seperti itu, bahkan lebih tidak perduli darinya. So, ini jadi satu sama.
Dhea memilih menelpon Yumna, di banding harus terus terusan memandang Abangnya itu. Tidak ada kerjaan sekali Dhea, Selain harus beradu mata dengan Haikal.
"Waalaikumsalam, Na" Balas Dhea saat telepon sudah tersambung.
"Bang Ical?" Dhea melirik Abangnya itu dengan tatapan tidak suka.
Haikal menolehkan pandangannya dari buku, karna merasa namanya dipanggil."Yang pasti dia belum mati" Lanjut Dhea mengalihkan pandangannya. Haikal melemparkan pulpen yang sejak tadi ia pegang, dan pulpen itu mendarat tepat di kepala Dhea.
"Aw. Sakit njir" Dhea kembali menatap Abangnya yang mulai mengibarkan bedera perang.
"Lo do'ain gue mati, hah?" Tanya Haikal dengan mata melotot.
Dhea mendelik Sebal, ternyata abangnya itu mendengarkan pembicaraannya. Dikira saat sedang sakit, telinga Haikal kurang peka.
"Semua juga pasti mati Bang. Yang tersisa saat ini, dikatakan 'Belum' Mati, kok pinteran gue sih dalam mengartikan kata kata? Padahalkan lo ambil jurusan bisnis" Balas Dhea panjang lebar.
"Gak ada sambungannya dodol!! Balikin tuh pulpen gue! " Kata Haikal kembali kesal.
Dhea mengambil pulpen di atas lantai, tanpa pikir panjang, Dhea langsung Melemparkannya kembali kepada Haikal. Karna tidak siap menangkap, jadilah Hidung Haikal menjadi sasaran.
"Whahaha Ajirr, pinter banget gue lemparnya" Karna terus tertawa, Dhea tak sadar bahwa Haikal tengah memerhatikan layar handphone yang mengarah padanya.
"Tawa aja terus. Sampe lupa, kalo lo lagi bohong" Ucap Haikal sambil memandang Dhea jengkel.
Seketika, tawa Dhea terhenti. Mimik wajahnya sangat menampilkan kebingungan. Apa yang di ucapkan Haikal?
"Maksud?" Tanya Dhea yang masih belum paham.
Kini keadaan berbalik. Haikal terkekeh dengan tingkah bodoh adiknya. "Sadar gak, kalo lo udah liatin layar handphone lo ke gue?" Tanya Haikal.
"Layar?" Dhea melihat layar handphonenya, tidak ada notifikasi apapun atau...
Dhea membuka mututnya lebar, Tak lama dari itu, Dhea tersenyum seimut mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Hati [SELESAI]
Ficção AdolescenteDhea Farach Al-anamy, si Cewe multi talenta yang di miliki sekolah Nusantara. Aktif di segala bidang dan berambisi menjadi pemenang. Cantik, Jago bermusik, dan sikap Humor yang menjadikan dirinya menarik. Kisah ini, tentang hidupnya. Tentang Ci...