Bukan yang di harapkan

222 22 1
                                    

Semua Kumpulan X school, kecuali Basket, Dhea Absen. Mumpung yang lain belum ada kegiatan lomba. Kini ia hanya fokus pada satu pertandingan.

Dhea mengusap keringatnya yang menetes di dahi. Sudah panas, ia kali ini harus melakukan latihan Fisik. Lima kali turun naik tangga itu, rasanya luar biasa. Mana ada 17 anak tangga. Kaki Dhea serasa ingin patah karna tidak kuat.

"Fisik lo paling lemah, Ayo naik lagi" Ucap Desis sambil menyalip Dhea yang pelan pelan menaiki tangga.

Dhea dengan susah payah menelan air liurnya. Tenggorokkannya mendadak kering saat ini. Kakinya makin melemas dan tak kuat menahan tubuhnya sendiri.

Mungkin Dhea sudah terjatuh jika tidak ada tangan yang menahannya saat ini. Dhea melihat orang itu sambil memijit kepalanya yang mulai pusing. Samar samar ia mengenali wajah itu, tapi kemudian ia tak sadarkan diri.

Sidik segera menggendong Dhea ke UKS, tanpa membalas pertanyaan pertanyaan dari anggota basket yang lain.

Yumna yang baru selesai menjalani latihan fisiknya baru menyadari ketidak hadiran Dhea di lapangan.

"Dhea mana?" Tanya Yumna pada Anggota Basket.

"Di bawa Si Sidik. Kayaknya ke UKS" Balas Desis singkat.

"Kenapa?" Tanya Yumna kembali.

Semuanya mengangkat bahu tidak tau.
"Yang belum selesai lanjutin. Kalau udah, Istirahat dulu 10 menit, nanti gue balik lagi kesini" Pesan Yumna, lalu ia berlari kecil menuju UKS.

Nara yang baru menyelesaikan latihannya langsung merebahkan diri di atas Matras.  Allah memang baik, saat dia butuh tempat istirahat yang nyaman, ia di beri matras di pinggir lapangan.

"Nikkmaat sekalleee" Ucap Nara sambil mengusap usap matras yang ia tiduri.

"WOYY.. Minggir, gue tiban baru tau rasa lo"

"Tu Cewe gila apa kenapa yah?"

"Lahhh tiduran di situ. Ini kita lagi praktek koprol, mau gimana?"

"Awasss woy"

"Malu gue ngakuin kalau dia temen smp gue dulu"

"Ahhh bocah gila"

Beberapa ocehan terlontar dari anak anak 11 IPS 4. Mereka sedang menjalani Praktek, namun ada satu gangguan di tempat mereka memperoleh nilai.

Nara yang mendengar brisik brisik itu langsung bangun dan mengubah posisinya jadi duduk.

Tiga meter di depannya banyak orang orang yang menatap ia dengan tatapan membidik. Sadar akan suasana, Nara hanya tersenyum lalu segera lari dari pandangan mereka.

Nara berlari menuju kantin sekolah, dimana ia tidak akan malu dengan siapapun. Toh penjaga kantin tidak melihat kejadian di lapang tadi.

"Apes banget jadi gue" Nara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berat ujiannya hari ini. sungguhh berat.

***

"Assalamualaikum, Dhea kenapa ka?" Tanya Yumna saat sampai di UKS.

"Waalaikumsalam, kayanya dia kecapean. Badannya keringetan, tapi dingin" Jawab Sidik sebenarnya.

Yumna menghembuskan nafasnya pelan. "Harusnya dia bilang kalau udah gak kuat. Kalau udah kaya gini, gimana mau ikut tanding?" Yumna lebih mendekat ke ranjang Dhea. Dan Dheapun masih belum membuka matanya.

"Emang kapan kalian tanding?"

"Ntar pulang sekolah"

Melodi Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang