Sebuah Ancaman

228 28 0
                                    

.
.

Dua remaja kini tengah berniat bermain ps di ruang keluarga. Sepagi ini, Haikal datang kerumah sahabatnya itu, hanya untuk bermain, menyia-nyiakan jam tidur yang seharusnya panjang hari ini. Berhubung mereka tidak ada kelas di kampusnya, bersantai jadi pilihan keduanya, walaupun ada skripsi yang harus di kerjakan.

"Kok maen mortal kombat? Gak ada yang lebih sulit apa? Inimah anak Tk juga udah mahir!!" Ucap Haikal saat Fahri memilih salah satu permainan.

"Yah terus mau main apa? Biasanya juga itu" Tanya Fahri malas, karna sejak tadi satu permainanpun belum mereka mainkan.

Tidak menjawab, Haikal kini sedang memilih milih permainan yang ia inginkan. Di satu nama, Haikal memencet tombol X dan permainanpun berjalan.

"Nascar Rumble? Inimah permainan gue waktu umur lima taun!!"

"Ah.. Ribetdah lu. Gak usah main ps aja. Kita maen Congklak, gimana?" Usul Haikal dan langsung menerima pelotottan dari Fahri.

"Itumah permainan Cewe. Bekles aja!" Fahri mengeluarkan satu bola karet berukuran kecil dan beberapa kuningan dari dalam laci.

Haikal mendelik, tetapi sesaat kemudian menyetujui permainan itu. Rumah Fahri sangat Sepi, mamah papahnya tidak ada di rumah.

Ting... Nong...

Bel Rumah Fahri berbunyi, menandakan ada tamu yang menunggu dibukakan pintu.

"Ah anjir, lagi seru juga. Siapa juga yang dateng sepagi ini? Ngeganggu aja!" Cetus Haikal yang tetap serius memantukan bola.

"Gak nyadar! Lu sendiri, pagi pagi udah ganggu jam tidur gue!"
Fahri berjalan mendekati pintu. Sebenarnya berat meninggalkan Haikal saat bermain, Karna kemungkinan besar, Haikal akan Curang.

Fahri menemukan sosok laki laki dengan baju kaos merah dan celana jins panjang.
"Cari siapa?" Tanya Fahri sambil terus menatap tajam kearah lawan bicaranya.

"Yumnanya ada bang?"

Fahri mengingat beberapa waktu lalu, ada laki laki yang datang kerumahnya, menemui Yumna hanya untuk bertanya tentang Dhea.

"Mau apa? Kalau cuma buat nanya tentang Dhea ke ade gue. Mending lo ke rumah Dhea langsung aja. Gak usah ganggu Yumna"

"Enggak kok bang. Gue ada urusan sama Yumna. Tugas!" Kata lelaki itu yang mengundang senyum sinis dari Fahri.

"Tugas di tengah libur panjang? hhh, Alibi!!" Fahri memang selalu seperti ini. Urusan Yumna adalah urusan yang serius. Seratus persen, Fahri harus bisa menjaganya.

"lama banget sih lu ri. Elahh, tamu itu di ajak masuk! Bukan malah ngobrol di depan pintu" Haikal tiba tiba hadir di saat pertanyaan Fahri belum di jawab.

Laki laki kaos merah itu tersenyum kearah Haikal, dan di balas senyuman kembali. Fahri melangkah masuk kedalam rumahnya , diikuti dua lelaki di belakangnya.

"Siapa nama lo?" Tanya Fahri dengan kedua tangan terselip di kantong celana pendek yang ia kenakan.

"Derry" Setelah itu Fahri langsung pergi kekamar adiknya di lantai dua.

Sampai di sana, Fahri melihat Yumna sedang berteleponan dengan seseorang. Menyadari kehadiran Fahri, Yumna menjauhkan handphone di telinganya.

"Kenapa?" Tanya Yumna malas.

"ada temen lo yang namanya Derry di bawah!!" lapor Fahri dengan Jelas.

Yumna langsung menempelkan kembali handphonnya di telinga.

"Dhe udah dulu yah, si Manusia batu datang"

"Derry? Ngapain dia"

"Gak tau. Byyy"

Yah Yumna tadi berteleponan dengan Dhea. Tiap pagi di hari libur, keduanya akan mengucapkan selamat pagi dan sedikit bercerita.

Di ruang tamu sudah terlihat Haikal sedang bertanya tanya kepada Derry. Dan saat Fahri datang, Haikal langsung mendekat dan berbisik di telinga sahabatnya itu.
"gue tadi tanya tu bocah. Katanya dia calon pacar Yumna"

Seketika Fahri langsung melotot kearah Haikal. Dia takut posisi sebagai laki laki yang paling di butuhkan Yumna di ambil oleh orang lain.

Haikal hanya menyeringai mendapati mimik wajah yang sudah ia duga. Perhatiannya berlebihan.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Yumna saat sudah berada di depan Derry.

"Lo harus bayar sisanya!" Ucap Derry dengan wajah dinginnya itu.

Mengerti akan maksud Derry, Yumma langsung mendelik tidak suka. "Mau lo gimana?" tanya Yumna pada akhirnya.

"Ketempat Yang sama!" Balas Derry.

"Gue ganti baju dulu" Derry mengangguk lalu tersenyum puas.

Kemarin Yumna di paksa mamahnya untuk menemani Derry mencari buku yang ia inginkan di salah satu Mall kota mereka. Derry adalah anak dari teman arisan Maya, mamah Yumna. Entah apa motivasi Maya menyuruh anaknya untuk mengantar Derry, saat dia tau bahwa Lia mamah Derry tidak bisa mengantar anaknya. Belum selesai Derry mencari bukunya, Yumna sudah meminta ijin pulang.

Dan karna itulah Hari ini Derry berada di rumah Yumna, meminta Yumna melaksanakan Tugas yang belum selesai. Yah, namanya juga batu kaku berprinsif. Perintah tentap perintah.

***

Buku sudah di temukan. Niatnya sih ingin cepat pulang, tapi Derry memaksa Yumma untuk menemaninya makan sebentar. Mana mungkin Yumna mau kalau tidak ikut makan. Jadilah mereka sekarang berada di satu restoran di dalam mall.

Derry sedikit menimbang nimbang ucapan yang akan di katakan kepada gadis di depannya ini. Memangnya Yumna gadis? Yang ada, dia itu Jelmaan Singa.

"Na. Ada satu hal yang pengen gue omongin!" kata kata yang terucap pasti tidak ada tangga nadanya, datar.

"Ngomong aja" tak mau kalah,  Yumnapun tidak memperdulikan ucapan yang mengarah ke hal yang serius.

"Lo tau gue adalah salah satu bakal calon ketua osis sekolah kan?"

Yumna menganguk tanpa melihat lawan bicaranya. Menurutnya juga tidak penting.

"Kalau Dhea menang, lo harus siap jadi pacar gue!"

Uhukk.. Uhukk (batuk)

Makanan yang baru saja masuk kedalam tenggorokan Yumna, seakan memaksa untuk di keluarkan kembali. Ucapan Derry benar benar membuat Yumna tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

"Lo ngomong apa hah? Lo mau ngancem gue? Sportif dong!" Yumna menatap Derry dengan tatapan elangnya. Derry hanya membalas dengan senyum yang sulit di artikan.

"Keputusan di tangan lo. Buat dia kalah, atau lo jadi milik gue!"

Yumna langsung menarik kerah baju Derry dengan kasar, dia tak terima. Sedangkan Derry terus menampilakan senyum tak berarti.

"Harus lo inget. Gue bakal terus dukung Dhea. dan gue gak akan pernah peduli dengan Ancaman lo yang gak berguna!" Yumna langsung mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Derry yang masih tersenyum itu.

Dugaan gue benar, lo bakal tetap mihak sahabat lo. Gue juga pingin Dhea yang menang, karna itulah tujuannya. Emang banci, tapi gue bakal tetep lakuin ini.


___

Wohooo...
Jadi Derry...
Pinter sekali analisismu nak. Ibu bangga. Haha..

Maaf baru update
Terkadang ada rasa bosen untuk menulis. Namanya juga manusia.

Jangan tanya Author Manusia apa bukan!!!
Tolong di vote dan comen yah.

Melodi Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang