Part 5

378 25 0
                                    

Satu bulan kemudian

Rangga membuka matanya ketika mendengar suara ketukan dari arah luar pintu kamarnya yang begitu mengganggu pendengarannya. Rangga menutup wajahnya dengan bantal untuk meredam suara ketukan tersebut tetapi suara ketukan di pintu kamarnya semakin menjadi.

"Rangga, buka pintunya, udah pagi kamu gak ngantor?'. Terdengar suara wanita diluar sana yang Rangga tahu pasti perbuatan Lulla, sang mama. Dengan rasa malas yang masih mendominasi dirinya Rangga mencoba bangkit dari tidurnya daripada ia menjadi anak yang durhaka pikirnya.

Rangga berjalan gontai kearah pintu, membuka kunci pintu kamarnya dan kini terlihatlah wanita paruh baya yang sedang berkacak pinggang sambil menggeleng pelan menatap anak semata wayangnya yang saat ini masih berantakan. Rangga berjalan kembali menuju kasur dan disaat Rangga akan merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur, dengan cepat Lulla sang mama ikut berjalan masuk dan menarik kaos oblong Rangga hingga akhirnya Rangga terjatuh kelantai dengan tangan yang sempat berada di atas kasur.

Rangga mengaduh kesakitan sedangkan Lulla hanya tertawa melihat tingkah sang anak. "Kamu kalau belum siap-siap ke kantor mama kawinin ya sama anak teman mama!". Ancam Lulla yang berhasil membuat Rangga bangkit dari posisi jatuhnya dan kini duduk di samping kasur menatap sang mama. "Iya-iya Rangga bangun maaa". Rangga mengangkat kedua tangannya seperti penjahat yang menyerah.

Lulla hanya tersenyum dan kemudian ikut duduk di samping Rangga. "Entar sebelum makan siang tolong mama tebus obat buat papa kamu ya Ngga". Lulla menyerahkan resep obat ke Rangga dan Rangga hanya mengangguk pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Gimana kerjaan dikantor?". Lulla mengelus puncak kepala sang anak sambil terus menatapnya penuh kasih sayang. "Baik-baik aja ma". Jawab Rangga singkat. "Terus calon menantu buat mama gimana? baik-baik juga?". Rangga yang mendengar pertanyaan Lulla langsung menatap Lulla dengan alis yang bertaut.

"Tumben mama nanyain calon menantu?". Rangga yang keheranan hanya bisa merespon pertanyaan Lulla dengan pertanyaa. Lulla tertawa singkat dan kemudian menepuk punggung Rangga dengan keras hingga Rangga kembali mengaduh kesakitan. "Kamu kok makin dewasa makin gak pinter sih nak, mama sama papa hampir jamuran nunggu kamu ngenalin calon menantu buat kami berdua tapi mana? kamu tahun ini udah masuk kepala tiga loh". Ucap Lulla yang berhasil menohok hati Rangga.

Ia hampir lupa bahwa ia sudah sangat cukup umur dan mampu untuk membina rumah tangga, tetapi karena Rangga begitu sibuk dengan pekerjaannya, ia tak sempat untuk memikirkan masalah hatinya hingga sekarang.

Lulla mengehembuskan napas pelan dan menggenggam tangan sang anak. "Ini bukan karena dia kan kamu begini?". Lulla memberanikan diri untuk bertanya perihal masa lalu Rangga. "Gak lah ma, cerita lama jangan diungkit lagi ma". Rangga tersenyum tipis menatap Lulla sambil ikut membalas genggaman sang mama. "Bagus deh kalau gitu, yaudah kamu siap-siap ke kantor, jangan lupa pesanan mama". Lulla bangkit dari posisi duduknya dan kemudian berjalan keluar dari kamar Rangga.

Rangga yang menatap punggung Lulla hanya bisa terdiam dan mulai memikirkan permintaan sang mama barusan.

*****

Rangga sudah berada di depan toko farmasi yang Lulla kirimkan namanya lewat pesan singkat beberapa saat yang lalu. Sambil menatap layar di ponselnya untuk mengurus urusan kerjanya yang sempat tertunda, Rangga sesekali menatap toko farmasi tersebut dan membaca ulang resep obat sang papa yang sama sekali ia tak mengerti tulisannya.

Setelah mengirimkan pesan untuk sekretarisnya, Rangga keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam toko farmasi yang terlihat cukup ramai pengunjung tesebut. Rangga membuka kancing jas kerjanya dan menyugar rambut hitam tebalnya hingga meninggalkan kesan yang sangat mempesona bagi siapapun yang melihatnya. Sambil terus berjalan masuk mencari tempat yang cukup leluasa dari antrian, tiba-tiba mata Rangga membulat sempurna ketika melihat seseorang dihadapannya sekarang.

Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang