Part 28

228 15 0
                                    

"Gila!!!! Ini lo Bim??". Nando terperangah sambil berdecak kagum melihat Bimo yang saat ini sudah menggunakan setelah pengantin berwarna putih gading tengah tersenyum menatap bayangannya sendiri di depan cermin besar di kamarnya.

"Iya dong Bimo Garin Ramadhan". Untuk pertama kalinya Bimo menjawab dengan percaya diri di hadapan kedua sahabatnya.

"Ck~ bener-bener lo ya, jadi pengen gue, bener gak Ngga". Nando menatap Rangga yang sedang bersedekap bersandar di samping jendela dan tersenyum. "Pengen apa lo? Nikah atau pakaian yang dipake Bimo?". Tanya Rangga sambil berjalan dan kemudian duduk di samping Nando.

"Dua-duanya lah, pasti gue juga bakal setampan Bimo sekarang". Puji Nando pada dirinya sendiri. Diantara kedua sahabatnya, Nando memang terlihat paling tampan. Jika wajah Rangga dan Bimo begitu kental dengan wajah tampan khas pria Indonesia, Nando memiliki wajah sedikit oriental karena ibunya berdarah Tionghoa, ditambah dengan begitu supelnya sifat Nando yang ramah kepada siapapun di bandingkan kedua sahabatnya yang pendiam, Nando mempunyai nilai tambah tersendiri.

Ketika mereka bertiga sedang asyik berbincang, mendadak pintu kamar Bimo terbuka dan muncul lah Tania, kakak Bimo yang hanya terpaut usia dua tahun lebih tua dari Bimo. "Ih Bim ayok, buruan kebawah kita siap-siap". Perintah Tania yang langsung di amini Bimo.

"Yaudah yuk kita kebawah aja". Bimo terlihat sangat bahagia hari ini, bagaimana tidak, siapa yang tak akan bahagia di hari pernikahannya.

Nando mengambil langkah pertama menuju keluar kamar dan seketika Nando berhenti dan terdiam hingga akhirnya Bimo dan Rangga menyeruduk tubuh tegap Nando dari belakang.

"Shit!!! Nan, ini rumah gue ya nan bukan jalan raya pake macet-macet begini". Rutuk Bimo dan Nando Hanya terdiam.

"Bim, masih ada satu pelaminan lagi gak ntar pas di acara resepsi lo?". Sungguh pertanyaan yang mengejutkan untuk Bimo dan Rangga saat ini.

"Apaan sih lo Nan". Bimo mendorong tubuh tegap Nando hingga langkah Nando maju selangkah dan akhirnya Bimo melihat ke arah mata Nando saat ini.

Kedua sahabat itu tersenyum jahil sambil melirik ke arah Rangga yang masih berdiri di dalam kamar Bimo. "Ada sih nih Nan, bisalah gue pinjemin pelaminan gue, asalkan si Rangga mau aja". Rangga yang mendengar ucapan Bimo langsung menyeruduk kedua sahabatnya dan melihat ke arah pandang Bimo dan Nando saat ini.

Rangga hanya terdiam dan beberapa detik kemudian ia tersenyum. Maura yang saat ini menggunakan kebaya seragam dengan keluarga Bimo terlihat sangat anggun dan mempesona dengan rambut yang di gelung sederhana, dandanan natural yang begitu menonjolkan sisi polos Maura membuat beberapa orang yang melihatnya akan langsung menyukainya.

Maura sedang berdiri anggun di ujung tangga memperhatikan Bimo dan kedua sahabatnya dengan senyuman yang tak pernah lepas kearah mereka.

"Lo liat bim, lo liat Bim temen lo, senyum mulu dia kayak liat penampakan". Nando mengulum senyumnya menatap Rangga, begitu pula dengan Bimo.

"Jadi gimana?? Mau pake pelaminan gue Ngga?". Bimo ikut menimpali sambil berjalan memuju ke arah tangga yang diikuti oleh Rangga dan Nando. "Gak bayar kan tapi Bim?". Rangga tersenyum jahil ke arah Bimo.

"Shit!! Lo bangkrut? Cewe lo Maura Ngga, bukan dari klan Kardashian". Nando tertawa lepas, begitu juga dengan Rangga dan Bimo yang ikut tertawa.

Ketika mereka sudah berada di anak tangga paling akhir, dengan penuh semangat Nando berlari kecil ke arah Maura, meninggalkan kedua sahabatnya yang melongo menatap tingkahnya yang sambil tersenyum lebar menatap Maura. "Lo cantik Ra, sumpah gue pangling liatnya, kalo lo mau-- anjir!!!. Omongan Nando terpotong ketika Rangga dengan sigap menyusul dan menarik kerah batik yang Nando kenakan untuk menjauh dari Maura.

"Lo cari sendiri yang kayak begini Nan, gue penjarain lo ntar ganggu punya gue". Rangga dengan sigap menarik tangan Maura dan menjauhi Nando yang menatap mereka dengan bersungut-sungut.

"Saya terima nikahnya Nina Arlita Binti Sutowo dengan seperangakat alat sholat dibayar tunai!".

"Sah?!".

"Sah!! Alhamdulillah". Suara gemuruh para tamu yang memanjatkan puji dan syukur atas pernikahan Bimo terdengar begitu kentara memenuhi halaman rumah Nina yang begitu luas yang dijadikan tempat prosesi akad pernikahan mereka.

Rona bahagia sangat terpampang jelas di wajah Bimo maupun Nina saat ini. Walaupun sebelum acara pengucapan ijab qabul sedikit diwarnai dengan gangguan kecil tetapi acara tetap berjalan dengan lancar hingga detik ini.

Maura yang duduk di samping kedua sepupu Bimo ikut bangkit dan memisahkan diri menuju ke arah meja yang menghidangkan beberapa makanam ringan disana.

Langkah Maura terhenti ketika Rangga menahan lengan mungil Maura dan menariknya untuk duduk di bangku kosong yang sedikit jauh dari keramaian para tamu undangan.

Maura hanya menurut dan ikut duduk di samping Rangga saat ini. "Capek?". Kata pertama yang keluar dari mulut Rangga ketika mereka duduk disana sambil menyuapkan cheese cake ke arah Maura. Maura hanya mengangguk dan menerima suapan dari Rangga.

Rangga mengusap pelan puncak kepala gadisnya saat ini dan kemudian berbisik di dekat telinga Maura. "Kamu cantik". Sontak ucapan Rangga barusan membuat Maura menatapnya dengan rona merah di pipinya saat ini dan tanpa sadar Maura menangkup kedua pipinya sambil tersenyum malu. Rangga yang melihat tingkah lucu Maura hanya tertawa dan mencubit pelan pipi Maura.

Mereka tertawa melihat tingkah konyol mereka saat ini tanpa memperdulikan para tamu undangan yang juga sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Rangga menarik dan menggenggam tangan Maura saat ini dan menatapnya dalam. Tatapan mereka beradu sambil melemparkan senyum satu sama lain. Rangga menarik nafas dalam dan kemudian menghembuskannya perlahan, mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud dan tujuannya menarik Maura menjauh dari kerumunan para tamu saat ini.

"Minggu depan keluarga Ardha sama Ardhi ke sini kan?". Maura hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaan Rangga. Beberapa hari yang lalu ia memang menerima kabar dari tante Laura bahwa mereka akan ke Indonesia selama seminggu untuk urusan mendadak.

Rangga hanya mengangguk dan kemudian mengelus pelan punggung tangan Maura. Ia tersenyum samar saat ini sambil memperhatikan tangan Maura yang masih dengan setia ia genggam. Maura yang sedari tadi menangkap gelagat aneh dari pria-nya saat ini kemudian menyenuh wajah Rangga dan menatapnya, menanti apa yang sebenarnya ingin Rangga katakan kepadanya.

Rangga mengangkat kepalanya dan tersenyum sambil menggeggam kembali tangan Maura yang berada di wajahnya saat ini. Ada rasa hangat yang menjalar di hatinya ketika Maura menyentuhnya.

Ia menyentuh wajah halus Maura saat ini dan tersenyum menatap Maura. "Minggu depan kosongin semua jadwal kamu ya Ra, aku sama keluarga aku mau bertamu kerumah kamu".

Akhirnya!!! Rangga mengucapkannya walaupun ia harus berpikir keras dan memantapkan dirinya terlebih dahulu untuk mengucapkannya.

Maura yang mendengar ucapan Rangga barusan hanya melongo, terdiam. Mencoba mencerna kembali kata-kata yang Rangga ucapkan barusan dan tak lama kemudian mata Maura membulat sempurna dan tanpa sadar ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil menatap ke arah Rangga yang saat ini memamerkan senyum mautnya ke arah Maura.

Ya, Maura tahu maksud ucapan Rangga barusan, ia sangat tahu dan rasanya seluruh tubuhnya terasa ringan saat ini.

Rangga menyetuh wajah Maura dan mendekatkan wajahnya hingga dahi dan hidung mereka menempel hingga nafas hangat mereka saling beradu satu sama lain.

"Menikahlah denganku Maura". Rangga tersenyum dan mengecup singkat bibir Maura dengan lembut.

Halo!!!
Maaf ya update nya telat terus sekarang. Author lagi banyak pikiran yang gajelas ini.hehe

Jangan lupa comment sama vote yang semuanya❤❤❤

Enjoy with Rangga & Maura 😘

Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang