Part 7

355 22 3
                                    

Rangga memijit pelipis matanya perlahan.
Setelah obrolan panjang yang terjadi antara dirinya dan Bimo beberapa waktu yang lalu membuat Rangga teringat kembali dengan ucapannya.

"Maura berhak dapat yang terbaik".
Kata-kata tersebut berhasil membuat Rangga membuang napas dengan kasar.
"Cih..sejak kapan lo begini Rangga Aditya".

Rangga melihat jam tangannya sejenak, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas lewat duapuluh menit. Rangga tersenyum singkat dan langsung mengambil jas kerja yang ia sampirkan di kursi kerjanya dan beranjak keluar ruangan.

*****
Maura merenggangkan seluruh tubuhnya setelah berjam-jam lamanya ia duduk dikursi kerjanya.
Waktu sudah menunjukkan jam istirahat siang.

Maura bergegas merapikan rambut dan pakaiannya sesaat, memoleskan bedak dan lipstick matte bewarna nude dibibir mungilnya dan segera beranjak keluar dari toko farmasi.

Langkah Maura terhenti ketika menatap sesosok pria tampan masuk ke dalam toko farmasi dengan mengembangkan senyum yang bisa membuat setiap wanita jatuh hati padanya.

Maura memicingkan matanya ketika pria tersebut semakin mendekat padanya.
Maura sebenarnya tahu siapa pria ini.
Dengan cepat Maura memundurkan langkahnya ketika pria tersebut semakin mendekat padanya, Maura mengalihkan pandangannya kearah lain ketika pria tersebut berhenti tepat didepannya.
"Rangga"

"Udah mau keluar Ra? Untung masih belum telat sampe kesini, aku mau beli obat". Seulas senyum terlihat dari bibir Rangga.

Maura hanya membalas omongan Rangga dengan senyum manisnya.
"Sakit lagi nih orang" rutuk Maura dalam hati.

Maura paham omongan yang akan keluar dari mulut Rangga setelah berhasil mendapatkan obat yang ia cari.

"Makan siang bareng sekalian yuk Ra, gimana?"

Maura tersenyum tipis mendengar kalimat yang baru saja terlintas dipikirannya ternyata sudah keluar dari mulut Rangga.

Maura mengangguk dan langsung disambut senyum yang mengembang dari bibir Rangga. Tanpa banyak membuang waktu, Rangga dan maura segera bergegas menuju keluar toko farmasi.

*****

Sesampainya ditempat makan, Maura dan Rangga sengaja memilih tempat makan yang tidak terlalu ramai pengunjung karena ingin mendapatkan suasana yang sedikit tenang. Maura dan Rangga langsung memesan pesanan yang mereka inginkan ke pelayan restoran tersebut dan setelah itu mereka berdua hanya terdiam, sibuk dengan urusannya masing-masing.

Rangga saat ini sedang sibuk dengan ponselnya sedangkan Maura hanya terdiam memandang Rangga yang terlihat fokus dengan benda kontak kecil di hadapannya.

"Kenapa Ra?" Maura tesentak ketika mendengar suara Rangga dan melihat Rangga sudah menatapnya dengan intens. Maura langsung mengeluarkan catatan kecilnya dan menuliskan sesuatu di catatan tersebut.

Maura menunjukkan catatan tersebut ke Rangga dan mendadak Rangga langsung tersedak membacanya. "Kamu sakit parah ya ngga?". Tanya Maura kepada Rangga.

Rangga menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali dan menatap Maura.
"Aku baik-baik aja, kok kamu bisa nanya begituan Ra?"

Maura menulis kembali di catatan kecilnya dan menyodorkannya lagi ke arah Rangga.

"Kamu sering beli banyak obat di toko aku"
Rangga tertawa pelan dan menjadi salah tingkah ketika membaca catatan dari Maura.
"Mencolok banget ya aku sampe harus dibilang penyakitan" batin Rangga saat itu juga.

"Aku cuma mau nyetok aja sih Ra, buat jaga-jaga dirumah kalo ada yang sakit jadi aku gak perlu keluar rumah lagi". Alasan Rangga disambut dengan anggukan Maura.
"Shit!! basi banget nih alasan!!" Rangga membatin pada dirinya sendiri.
Suasana menjadi senyap seketika.

Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang