Part 19

228 16 2
                                    

" Akan kuciptakan bahagiamu bersamaku. Aku mencintaimu, Maura".

*****

Maura membuka matanya tatkala tenggorokannya terasa kering, Maura mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar tidurnya yang terang benderang.

Terakhir seingatnya ia berada diruang tengah rumah Bimo bersama Rangga, tetapi sekarang ia sudah berada dikamar tamu dengan selimut yang masih melekat ditubuhnya.

Mungkin Rangga yang membawanya ke kamar, pikirnya.

Maura mengucek matanya sesaat dan menguap ketika akan bangkit dari kasurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi ketika Maura meraih ponselnya di atas nakas. Ia memutuskan untuk turun kebawah untuk mengambil segelas air putih yang lupa ia bawa ke kamar sebelum tidur.

Suasana rumah sangat sunyi saat ini, beberapa lampu di setiap ruangan sengaja dimatikan, tetapi Maura masih bisa melihat cahaya lampu masih menerangi ruangtengah rumah Bimo dengan tv yang masih menyala.

Perlahan Maura turun dan menuju ke arah ruang tengah, hanya sekedar untuk mengecek siapa yang masih terjaga sepagi ini.
Seperjalanan menuju kebawah Maura dapat melihat sosok Rangga dari kejauhan walaupun saat ini posisi Rangga membelakanginya tetapi Maura sangat yakin bahwa sosok yang ada di depannya adalah Rangga.

Maura berhenti dan melihat tepat ke arah sofa. Rangga terlihat sangat pulas dalam tidurnya. Dengan posisi duduk dan kepala menyandar ke sofa, Rangga terlihat sangat nyenyak tanpa merasa terganggu dengan posisi tidurnya.

Ia menatap pria itu sejenak, kemudian beranjak menuju dapur dan mengambil segelas air putih untuk membasahi tenggorkannya. Setelah itu Maura kembali ke lantai atas dan tak lama turun kembali dengan membawa bantal dan selimut.

Maura meletakkan bantal di ujung sofa dan dengan perlahan Maura merubah posisi Rangga yang sebelumnya sedang duduk menjadi rebahan.

Maura membuka selimut tebal yang ia bawa tadi dan menutupi tubuh jangkung dan bidang Rangga sampai leher. Ia memperhatikan Rangga yang semakin lelap dalam tidurnya. Maura duduk sejenak di atas lantai yang beralaskan permadani tebal tersebut dan menopang dagunya sambil membelai lembut wajah Rangga.

"Bagaimana pria seperti kamu bisa di kecewakan?". Maura membatin sambil terus menatap Rangga lekat-lekat.

Ia sempat berpikir bahwa Rangga tak pernah mengalami masalah berat dalam hidupnya. Ia dapat melihat bahwa Rangga adalah sosok yang sempurna, dengan wajah yang rupawan, ramah dan sangat berkecukupan rasanya tak mungkin Rangga pernah kecewa. Hanya wanita yang tak bisa bersyukur yang menyia-nyiakan sosok Rangga, bahkan saat ini pun ia merasa seperti mimpi bisa bersama Rangga.

Ada perasaan minder dalam diri Maura karena melihat dirinya tak pantas bersama Rangga.
Lihatlah, ia tak memiliki paras yang menawan, bentuk tubuh yang tidak proporsional dan pastinya hargadiri Maura sudah berantakan.

Beberapa pesan singkat yang ia dapatkan beberapa hari ini seperti menamparnya kembali bahwa ia sangat tak pantas bersama Rangga, tetapi ia mencoba menepis semua itu.

Maura sangat yakin bahwa Rangga tak mempermasalahkan masalalunya karena sampai saat ini Rangga masih disisinya, menjaganya.

Seulas senyum terukir dibibir Maura, ia bersyukur untuk segala hal baik yang datang kepadanya. Maura berharap setelah masa kelam yang ia hadapi beberapa waktu lalu bisa perlahan demi perlahan ia ikhlaskan walaupun sampai saat ini masih ada ganjalan di hatinya.

Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang