Part 32 [ END]

331 14 4
                                    

Boleh minta bintangnya gak sebelum dibaca 😄

🌟🌟🌟🌟🌟

Rangga membuka matanya ketika sinar matahari mulai mengintip dari jendela kamarnya. Ia bangkit dari posisi tidur dan duduk bersandar di sandaran tempat tidurnya, memijit kepalanya sejenak kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian kamarnya.

Suara gaduh mulai terdengar di bawah sana, siapa lagi jika bukan Lulla sang mama yang mulai sibuk dengan rutinitas paginya menyiapkan sarapan untuk sang suami dan anaknya.

Rangga membuka selimut yang membungkus pinggul dan kakinya dan kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap ke kantor.

"Hari ini langsung pulang kerumah ya Ngga, temenin mama ke rumah tante Lisa". Ucap Lulla sambil menyajikan makanan di atas meja makan.

Rangga hanya mengangguk singkat dan terus melanjutkan sarapan paginya tanpa berkata-kata. Lulla yang menatap Rangga yang terlihat tidak bersemangat tersebut hanya bisa menggeleng pelan.

"Jangan seperti ini terus Ngga". Ucap Lulla yang terdengar getir.

Rangga menatap Lulla sejenak dan kemudian tersenyum. "Iya ma, yaudah Rangga ke kantor dulu". Rangga beranjak dari kursi makan, mencium tangan kedua orangtuanya dan kemudian segera pergi.

Lulla yang menatap punggung kokoh sang anak hanya bisa terdiam, begitu juga dengan sang suami.

Rangga memacu kencang kendaraannya sambil mengangkat sambungan telfon dari sekretarisnya. "Saya datang telat, dokumen-dokumen yang harus saya tandatangani kamu letakkan di meja saya saja". Rangga memutus sambungan telfonnya dan kembali fokus ke jalan raya.

Rangga menyempatkan untuk berhenti di sebuah toko bunga dan membeli sebuket bunga mawar merah sebelum melanjutkan perjalanannya kembali. setelah membayar bunga tersebut Rangga masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya perlahan.

Perjalanan terasa sangat jauh, padahal jarak rumah dengan lokasi yang akan ia tuju hanya menghabiskan waktu sekitar tigapuluh menit. beberapa panggilan masuk terdengar dari ponsel Rangga tetapi Rangga sama sekali tak menggubris.

Mobil Rangga berhenti pada sebuah tempat pemakaman umum, setelah ia berhasil memarkirkan mobilnya, Rangga beranjak keluar sambil menggenggam erat buket bunga mawar yang sempat ia beli tadi.

Rangga menghela napas panjang sebelum menginjakkan kakinya ke dalam. Suasana tenang di tempat pemakaman umum tersebut membuat dada Rangga terasa sesak. Ia terus berjalan masuk ke dalam.

Ini bukan kunjungan pertamanya, hampir setiap minggu Rangga menyempatkan diri untuk datang kesini hanya untuk menyapanya. Sekedar bercerita singkat bagaimana kehidupannya beberapa tahun ini dengan kesendirian.

Rangga memperhatikan setiap nama yang ada di batu nisan tersebut, mulai dari jenis kelamin, hingga umur mereka yang sangat bervariasi hingga akhirnya Rangga berhenti pada nama yang ia cari.

Rangga berjalan menuju makam tersebut dan duduk disamping makam sambil meletakkan bunga mawar yang sempat ia beli sebelumnya. Ia mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar makam dan kemudian memanjatkan doa.

"Aku rindu". Adu Rangga ketika ia selesai memanjatkan doa.

Rangga menyentuh batu nisan tersebut dan menghela napas pelan. "Apa kabar disana?". Rangga tersenyum getir sambil terus menatap nisan tersebut.

"Mama bilang aku gak boleh begini terus, tapi bagimana? Semua ini menyiksa aku". Rangga meremas kedua tangannya dengan rahang yang mengetat. Mencoba meluapkan segalanya.

Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang