Part 25

228 13 1
                                    

"Nyenyak tidurnya?". Rangga mengelus puncak kepala Maura ketika Maura berjalan ke arahnya dan duduk di sofa ruang keluarga Rangga.

Maura hanya mengangguk singkat sambil mengucek matanya dan kemudian menyandarkan tubuhnya ke bahu Rangga sehingga Rangga menariknya kedalam pelukannya.

Rangga mengelus puncak kepala Maura perlahan, sedangkan Maura menutup matanya, menikmati sentuhan lembut Rangga yang membuatnya ingin melanjutkan tidurnya kembali.

Tapi ia ingat bahwa hari ini seluruh keluarga Rangga akan berkumpul!!! Ya berkumpul!!!

Maura mendadak bangkit dari posisi tidurnya dan menatap Rangga yang saat ini balik menatapnya dengan keheranan. "Kenapa Ra?". Rangga merapikan rambut Maura yang sedikit berantakan, mengelus tangan Maura yang saat ini menyentuh bahunya.

Maura meraih ponselnya yang sempat ia letakkan di atas meja dan mulai mengetik sesuatu disana."Hari ini keluarga besar kamu datang kan?". Maura memperlihatkan tulisan tersebut ke Rangga, dan Rangga hanya mengangguk dan meng-iyakan pertanyaan Maura barusan.

Rangga bisa menangkap kegusaran Maura saat ini, ia paham bahwa Maura pasti sangat gugup. Ia pun akan seperti itu jika ia diposisi Maura saat ini. Ketika Maura mulai beranjak dari sofa dan meninggalkannya untuk segera membersihkan tubuhnya, Rangga dengan cepat menyambar tangan Maura dan menariknya perlahan.

Maura menatap Rangga sesaat dan kemudian kembali duduk menghadap Rangga.

Rangga menyentuh wajah Maura. "Jangan terlalu tegang, keluarga aku bukan keluarga yang aneh yang mungkin terpikirkan dipikiran kamu saat ini". Rangga tersenyum geli melihat ekspresi Maura saat ini yang hanya merespon dengan anggukan dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Yaudah, kamu mandi sekarang. Aku mau siap-siap mau jemput mereka". Maura langsung bangkit dan meninggalkan Rangga sendirian di sofa.

Rangga memperhatikan Maura yang berjalan semakin jauh dan menghilang dari pandangannya. Ia menghela napas sejenak, mengingat kejadian tadi malam.

FLASHBACK ON.

Setelah ia memeluk Maura, Rangga menarik Maura ke meja makan. Maura duduk disana dengan tenang dan memperhatikannya yang mulai berjalan mengambil piring dan menyendokkan nasi ke dalam piringnya.

Ya, Rangga mulai menyantap makan malamnya yang sangat larut saat ini. Ia memang belum menyentuh apapun sejak pulang dari kantor karena ia terburu-buru untuk bertemu Rena. Dan sekitar satu jam yang lalu mamanya menelfon dan mengatakan bahwa Maura terlihat muram karena ia terlambat pulang dan tak ikut makan malam karena malam ini Maura dengan spesial memasak untuk mereka semua terutama untuk Rangga.

Rangga tersenyum samar sejenak mendengar omelan mamanya di seberang sana. Ia langsung segera pulang ke rumah dan ketika sampai, Maura lah orang pertama yang ia lihat.

Maura memperhatikan Rangga yang begitu lahap memakan makan malamnya.

Rangga menatap maura sesaat dan tersenyum. "Masakan kamu enak". Rangga tersenyum kembali sambil mengacak rambut Maura dan kemudian melanjutkan makan malamnya.

Maura hanya terdiam dan merona malu mendengar pujian dari Rangga. Awalnya ia memang merasa sangat kesal dengan Rangga yang tak kunjung pulang bahkan mengabarinya. Ia khawatir memikirkan Rangga.

Tapi saat ini Maura merasa lega karena melihat Rangga baik-baik saja dan melahap masakkannya dengan lahap. Walaupun beberapa waktu lalu kejadian yang sedikit aneh menimpanya.

Maura segera bangkit dari tempat duduknya dan mengambil segelas air putih untuk Rangga ketika melihat makanan di piring Rangga hampir tandas.

"Makasih yang". Rangga tersenyum dan menyambut gelas yang Maura berikan padanya dan mulai meneguknya perlahan.

Maura hanya tersenyum dan menatap Rangga lekat-lekat. "Terimakasih sayangku untuk makan malamnya, maaf aku gak ikut makan malam bareng kamu". Rangga meraih tangan Maura dan menggenggamnya erat.

Maura hanya tersenyum dan membalas genggaman tangan Rangga. Ia menepuk punggung tangan Rangga perlahan.

Ada perasaan bersalah yang Rangga rasakan saat ini ketika menatap senyum Maura, ia masih belum bisa menceritakan kejadian yang ia alami tadi bersama Rena.

Maura belum boleh tahu atau sebaiknya Maura memang tak perlu tau hal ini, pikirnya.

FLASHBACK OFF.

*****

Maura mematut di depan cermin kamarnya, ia tidak sedang memperhatikan penampilannya saat ini.

Tatapannya kosong. Ia mengenggam erat ponsel yang ada ditangannya saat ini. Maura menatap nanar pantulan dirinya di depan cermin.

Ia mendadak mengingat kejadian tadi malam.

Flashback on

Maura masih merebahkan tubuhnya di kasur empuk kamarnya sambil mengecek ponselnya, menunggu kabar dari Rangga yang sedari tadi tak kunjung menghubunginya.

Pandangannya menerawang ke langit-langit kamarnya, ia sedikit gusar memikirkan dimana Rangga saat ini. Ia berguling kesana kemari di kasurnya dan mendadak ponselnya berbunyi dan Maura dengan secepat kilat menatap layar ponselnya.

Tertera satu pesan masuk di ponselnya dan Maura langsung membukanya.

Alis maura bertaut ketika melihat pesan gambar yang masuk ke ponselnya. Ia mencoba memperhatikan dengan seksama orang yang ada di gambar tersebut. Ia menarik kedua sisi layarnya untuk memperbesar gambar tersebut. Maura meneguk salivanya ketika mengetahui siapa orang di balik gambar tersebut.

Seorang pria yang sangat ia kenal sedang berpelukan dengan seorang wanita.

Dada Maura mendadak bergemuruh dan ia mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum airmatanya terjatuh.

Mendadak ia mendengar suara mesin mobil masuk ke pelataran parkiran rumah Rangga dan ia segera bangkit dari kasur, menuju keluar kamar untuk bertemu pria yang ada di gambar tersebut.

Ia sangat mengenal sosok di gambar itu dan ia ingin memastikannya saat ini.

Flashback off.

Maura keluar dari kamar dan menuju ke bawah ketika samar-samar ia mendengar suara gaduh dari arah dapur.

Ia menyusuri anak tangga perlahan demi perlahan sambil memanjangkan leher dan menajamkan telinganya mendengar obrolan di dapur rumah Rangga.

Ketika ia sudah berada di anak tangga paling bawah, Maura terlonjak kaget mendengar suara yang berasal dari ruang keluarga Rangga.

Maura tak memperhatikan bahwa banyak mata yang sudah memperhatikan gelagatnya sejak ia mulai menyusuri anak tangga satu demi persatu sedari tadi. Ia terlalu fokus dengan asal suara di dapur tanpa menyadari bahwa di ruang keluarga Rangga juga mulai banyak sanak keluarga Rangga berkumpul.

Ia mencoba berbalik perlahan ke arah suara yang membuatnya terlonjak kaget karena ucapannya barusan berhasil membuat Maura meremas ujung dressnya.

"Ini calonnya rangga ya".

Akhirnya update lagi setelah beberapa minggu pikiran author berantakan teman-teman yang budiman.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan comment dan vote cerita ini ya 😘




Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang