"Lo yakin ini perbuatan Rena Ngga?". Tanya Nando sambil bersedekap.
"Gue yakin". Jawab Bimo dengan tatapan serius.
"Gue nanya Rangga bukan lo Bim!". Ucap Nando dengan nanda manja sambil mengedipkan mata.
"Najis". Bimo bergidik.
"Gue belum tahu kebenarannya, cuma entah kenapa yang ada dipikiran gue saat ini hanya ada Rena. Kalian tahu kan gimana Rena?". Tanya Rangga kepada kedua sahabatnya.
"Gue gak ragu sama sekali dengan pikiran lo, gue satu pikiran sama lo, cuma kita perlu bukti yang lebih, gak hanya sekedar asumsi kita" . Bimo menjelaskan.
Rangga berjalan menuju sofa kerjanya, menghempaskan tubuhnya dan menggosok kasar wajahnya.
"Tenangin diri lo dikit napa Ngga". Nando menepuk bahu Rangga dan ikut duduk di sofa kerja Rangga, bergabung dengan Bimo yang sedari tadi sudah duduk disana.
"Gue gak bisa tenang kalo udah menyangkut Maura, kalian tahu gue sama Maura belum ada kemajuan apapun tapi dia udah jadi sasaran seseorang". Keluh Rangga sambil menghembuskan nafasnya kasar.
"Gimana keadaan Maura sekarang?". Tanya Bimo berhati-hati sambil melirik kearah Nando yang juga terlihat penasaran.
"Maura baik-baik aja, kemarin gue nginap dirumah Maura". Ucapan Rangga sontak membuat kedua sahabatnya membelalakkan matanya.
"Serius demi apa Ngga?!! Ngapain aja lo disana?!" Nando menutup mulutnya dan Bimo hanya menggelengkan kepalanya saat ini.
"Serius, gak gue apa-apain, lo pikir gue cowok brengsek?". Rangga memberi jawaban dan diikuti helaan nafas Nando yang terlihat mulai tenang.
"Jadi kemarin ngapain lo nginap disana?" tanya Bimo lebih serius.
"Maura minta temenin gue setelah kejadian kemarin, dan disana gue juga nemuin pergelangan tangan Maura terluka lagi, sama seperti waktu itu, jadi gue mutusin buat nemenin dia, dan kalian tahu apa yang temuin dirumah Maura?" ucap Rangga dan kedua sahabatnya memasang tajam telinga mereka untuk mendengar jawaban Rangga selanjutnya.
Rangga membuang nafas perlahan.
"Gue nemuin cutter dan sekotak silet di kamar dan tas Maura, ditas Maura!! Tiap hari dia ngebawa tuh barang ditasnya pikir gue". Ucap Rangga lancar.
Bimo dan Nando saling melirik satu sama lain ketika mendengar omongan Rangga.
"Terus? Lo gak nanya Maura kenapa dia ngelakuin hal itu?" Bimo membuka omongan kembali.
"Gue belum berani nanya hal itu ke Maura, gue yakin Maura belum siap karena kemarin dia nangis sejadi-jadinya di depan gue, gue gak yakin dia seperti itu hanya karena sebuah mobil yang mau nabrak dia. Pasti ada yang lain". Ucap Rangga
"Mungkin lo harus sedikit bersabar buat nemuin kebenarannya". Ucap Nando menenangkan Rangga.
"Untuk masalah siapa yang mau mencelakai Maura kemarin serahin ke gue, gue bakal berusaha buat nyari tau siapa pelakunya" Bimo mencoba mencairkan suasana yang mulai tegang sejak awal.
"Oke, gue serahin ke kalian untuk masalah ini" ucap Rangga tegas.
Rangga melihat jam tangannya ketika jarum jam menunjukkan pukul sebelas siang.
"Gue mau keluar". Rangga langsung bergegas mengambil jas kerjanya yang ia sampirkan di kursi kerjanya.
"Kemana lo?? Gak makan siang bareng?" tanya Nando sambil memperhatikan gerak Rangga yang terlihat terburu-buru.
"Makan siang bareng Maura, mau ikut?" Tawar Rangga.
"Mauuuu", "Gak" Nando dan Bimo menjawab bersamaan tetapi jawabannya berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Maura [COMPLETED]
Romance[My first story on wattpad] [18+] "Masalalu melukaiku, merobek asa dan semangat hidupku. Jika aku masih disini sekarang, ingatkan aku untuk mencari penawarnya". -Maura Aulia "Jika masalalumu sangat menghancurkanmu, ingatlah masih ada aku yang bersed...