"Sssst..jangan menangis". Suara lembut yang seharusnya terdengar begitu menenangkan menjadi sangat menakutkan saat ini.
Maura memeluk erat tubuhnya sendiri sambil menekuk lututnya dengan tangisan yang sama sekali tidak terdengar.
Maura hampir kehilangan napas karena terlalu banyak menangis. Ia menatap lurus ke arah wajah seseorang yang saat ini menatapnya dengan senyum yang merekah. Senyum yang terlihat begitu manis jika keadaannya tidak seperti ini.
"Gue mohon jangan menangis". Suara lembut tersebut terdengar kembali sambil menyentuh wajah Maura yang sudah terlihat berantakan.
Sudut bibir Maura terlihat mengeluarkan darah segar akibat tamparan yang ia dapatkan sebelumnya.Maura tidak bergeming dan masih menangis sesenggukan.
"Gue bilang berhenti nangis!!!". Nada suara sosok yang ada di depan Maura saat ini mulai meninggi dan diikuti dengan suara tamparan yang begitu kuat mendarat kembali di wajah Maura.
Maura menahan posisi duduknya sambil menahan rasa panas dan sakit di wajahnya. Sudut bibir kanannya kembali mengeluarkan darah yang semakin banyak.
Seketika tangis Maura berhenti, ia mencoba menahan airmatanya dengan napas yang tesengal. Dan belum sempat Maura berhasil mengatur napasnya tiba-tiba sosok tersebut menjambak rambut panjang Maura dan menyeretnya menuju keluar kamar.
Maura hanya bisa mengaduh dan menahan rasa sakit ketika di seret keluar dari kamarnya menuju kamar yang berada di sebelah kamar Maura. Tanpa sadar napas Maura tercekat, ia tahu benar dimana ia saat ini.
Kamar Naura.
Ia menatap nanar sosok di depannya yang berhasil menyeretnya masuk ke kamar Naura. Bagaimana bisa ia tidak menyadari selama ini. Bagaimana bisa ia merasa begitu nyaman berada di dekat sosok yang saat ini terlihat sangat menakutkan.
Ia merasa sangat bahagia ketika sosok yang ada di depannya dulu mengatakan bahwa ia menganggap Maura seperti adiknya sendiri.Maura begitu percaya dengan semua perlakuan Nina padanya saat itu.
"Lo tahu apa kesalahan Lo?". Suara Nina kembali membuyarkan pikiran Maura.
Maura tidak menggubris semua ucapan Nina sedari tadi. Ia hanya terus menatap nanar ke arah Nina dan begitu juga sebaliknya.
Nina meraih dengan kasar dagu Maura dan menariknya untuk mendekat dengan wajahnya.
Ia meneliti setiap jengkal wajah Maura yang sudah sangat berantakan dengan sudut bibir yang koyak dan mengeluarkan darah.
Nina menyeringai dan semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Maura.
"Lo udah ngebuat orang yang gue sayang terluka". Nina membuang wajah Maura dengan kasar dan dengan cepat menjambak kembali rambut panjang Maura.
Maura mengaduh kesakitan, terlihat dari wajah dan sudut mata Maura yang mengeluarkan airmata.
"Lo udah ngebuat orang yang gue jaga setengah mati selama ini jadi hancur berantakan".
Plakk!!!
Dan lagi, sebuah tamparan kini bersarang di wajah sebelah kiri Maura. Maura memegang pipi kirinya sambil terdiam dan tertunduk lemah.Nina bangkit dari posisi duduknya dan dengan cepat ia menendang tubuh Maura hingga tersungkur di lantai. Maura semakin tidak berdaya ketika Nina menendang dengan keras perut Maura berkali-kali hingga tubuhnya melengkung menahan rasa sakit yang luar biasa.
Nina melampiaskan rasa bencinya dengan memukul dan menendang Maura dengan gelap mata.
Darah segar keluar dari mulut Maura hingga akhirnya Nina berhenti dan menatap ketidakberdayaan Maura dengan penuh kemenangan. Kemudian ia beralih menatap kearah kedua pria bertubuh kekar yang sedaritadi setia berdiri di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Maura [COMPLETED]
Romance[My first story on wattpad] [18+] "Masalalu melukaiku, merobek asa dan semangat hidupku. Jika aku masih disini sekarang, ingatkan aku untuk mencari penawarnya". -Maura Aulia "Jika masalalumu sangat menghancurkanmu, ingatlah masih ada aku yang bersed...