Sebelum dibaca boleh minta bintangnya kan di sudut bawah 😘
Flashback On.
Maura membuka matanya perlahan ketika ia mendengar suara yang cukup berisik di sekitarnya. pandangan yang awalnya mengabur kini semakin jelas ketika Maura dapat melihat Laura dan Gilbert beserta Ardha dan Ardhi sedang sibuk berbicara cukup serius di kamar inapnya.
Maura menyadari jika saat ini ia telah berada di rumah sakit. Ia menatap pergelangan tangannya yang di infus dan mulai merasakan sekujur tubuhnya begitu sakit. Maura memejamkan matanya sejenak, mencoba mengingat kembali kejadian yang ia alami sebelum ia berbaring tak berdaya di kasur rumah sakit saat ini.
Pikirannya melayang jauh, mengumpulkan kepingan ingatan yang terjadi beberapa saat lalu. Maura menarik napas dalam ketika ia membuka matanya kembali dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan rumah sakit.
Napasnya memburu, tenggorokannya mulai tercekat ketika Maura berhasil mengingat kejadian yang ia alami. Maura bangkit dari posisi tidurnya dan mulai meringkuk memeluk dirinya sendiri sambil menatap satu persatu penghuni dikamar nya.
Ardha dan Ardhi yang sebelumnya masih sibuk berbicara dengan kedua orangtuanya yang membelakangi Maura kini melihat raut ketakutan Maura. Ardha dan Ardhi dengan bersamaan bangkit dari sofa dan menghampiri Maura yang kini mulai terlihat kacau.
"Tenang Ra, ada gue sama Ardha". Ardhi merengkuh tubuh mungil Maura dengan erat sedangkan Ardha mengelus punggung Maura, ikut menenangkan. Laura dan Gilbert yang ada disana pun kini ikut duduk di pinggir kasur Maura. Laura menggenggam erat tangan Maura, mengalirkan kekuatan dan kehangatan untuk Maura yang kini terlihat semakin hancur berantakan.
Maura menangis tersedu di dalam pelukan Ardhi tanpa menyadari bahwa kini yang mengelus punggung mungilnya kini bukan Ardha, tapi Rangga.
Rangga menatap sendu pujaan hatinya saat ini. Ia dapat melihat beberapa bagian tubuh dan wajah Maura yang lebam dan tulang rusuknya yang patah akibat pukulan dan tendangan Nina malam itu. Maura hampir dua minggu lamanya tak sadarkan diri karena luka dan trauma yang ia alami hingga kini Maura siuman.
Ketika suasana kamar rumah sakit Maura kini begitu sunyi, terdengar suara pintu kamar diketuk dan dibuka dari luar. Sontak semua penghuni kamar menatap ke arah pintu dan melihat seorang dokter paruh baya masuk bersama perawat dan Gilbert di belakangnya.
"Karena nona Maura baru siuman, kita mau periksa sebentar ya. Untuk ibu dan saudara yang lain mohon pengertiannya". Ucap sang dokter dengan senyum ramahnya dan kini mulai memeriksa keadaan Maura.
Maura hanya terdiam pasrah sambil mengelap airmatanya, memasrahkan diri ketika sang dokter paruh baya tersebut mengecek keadaannya. Pandangannya kini menyapu kembali seisi ruangan ketika akhirnya pandangannya terhenti ke arah sosok yang berdiri di ujung sofa sambil menatapnya. Tatapan Maura bertaut dengan tatapan sang pria tersebut, siapa lagi jika bukan Rangga.
Rangga menatapnya lamat-lamat begitupun dengan Maura. Hingga akhirnya ketika sang dokter pamit undur diri dan diantar oleh Laura dan Gilbert keluar dari ruangan. Rangga yang masih setia berdiri di disamping sofa kini berjalan pelan ke arah Maura.
Ardha dan Ardhi yang paham benar bahwa kedua orang tersebut butuh privasi sejenak akhirnya melangkah keluar menyusul kedua orangtuanya.
Kini hanya Rangga dan Maura yang saling membisu. Hanya tatapan yang saling mereka lemparkan ke satu sama lain. Ketika Rangga mulai berjalan ke arah Maura dan duduk di ujung kasur Maura, mendadak Rangga tercekat melihat Maura yang mencoba menahannya untuk lebih dekat. Rangga kini mematung di ujung kasur sambil tetap menatap gadis pujaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Maura [COMPLETED]
Romance[My first story on wattpad] [18+] "Masalalu melukaiku, merobek asa dan semangat hidupku. Jika aku masih disini sekarang, ingatkan aku untuk mencari penawarnya". -Maura Aulia "Jika masalalumu sangat menghancurkanmu, ingatlah masih ada aku yang bersed...