Rangga menarik napas sejenak ketika berada di taman kota yang sudah terlihat sangat sepi.
Saat ini waktu menunjukkan pukul delapan malam tapi suasana di taman sudah mulai tak berpenghuni.Rangga duduk dibangku taman yang menghadap danau kecil di taman tersebut sambil merenung segala kejadian yang ia hadapi saat ini.
Sangat tidak terduga bagi Rangga ketika menghadapi setiap terpaan cobaan yang seolah tak berhenti datang beberapa hari ini.Rangga mengacak kasar rambut hitam tebalnya dan langsung beranjak bangkit dari bangku taman tersebut.
"Aargh!!!!"
Rangga berteriak di dalam kesunyian untuk melepas segala beban yang ia hadapi saat ini.
Ia bingung, apa yang seharusnya ia lakukan saat ini di depan Maura? Tampang seperti apa yang harus ia tunjukkan pada sosok gadis yang beberapa bulan ini telah memenuhi hati dan pikirannya? Marah kah? Kecewa atau tampang mengiba karna rangga telah mengetahui segala rahasia yang selama ini maura simpan?.Semua terasa berat tatkala setiap pertanyaan yang selama ini Rangga sembunyikan dari Maura mulai terungkap semuanya, tetapi Rangga tak pernah menyangka akan seperti ini jawabannya.
Gadisnya, gadisnya mengalami hal yang begitu mengerikan tetapi ia masih tetap terlihat normal setiap berada di dekat Rangga.
"Kenapa Ra?? Kenapa harus seperti ini?". Rangga bicara pada dirinya sendiri saat ini.
"Lepasin jika itu bisa ngebuat lo lebih tenang". Suara bariton terdengar dari arah belakang Rangga dan seketika Rangga memutar arah matanya melihat arah suara tersebut.
Bimo dan Nando sudah berada di sana memperhatikan Rangga yang terlihat sangat kacau.
Bisa dipastikan Rangga belum pulang kerumah sama sekali, terlihat dari kemeja yang masih ia kenakan saat ini sama dengan yang ia kenakan kemarin.Bimo dan Nando berjalan mendekat kearah Rangga, Bimo hanya menepuk pundak Rangga dan langsung memilih untuk duduk dibangku taman, sedangkan Nando membawa sekantong besar makanan junkfood dan minuman langsung memberikannya ke Rangga.
"Gue sama Bimo lapar, lo pasti juga belom makan apa-apa kan sejak pulang dari urusan kantor lo". Ucap Nando santai sambil menyerahkan bungkusan besar tersebut dan memilih untuk ikut duduk bersama Bimo yang saat ini memperhatikan mereka.
"Gue gak selera makan". Ucap Rangga yang saat ini sudah bergabung di kursi taman tersebut sambil melihat isi makanan yang dibawa Nando.
"Bos besar malah galau berat, gimana urusan lo mau kelar? Gimana mau jadi kepala rumah tangga kalo hal yang begini udah ngebuat lo kayak gak punya semangat hidup!" omel nando sambil mengambil dan membuka bungkusan burger dan menyerahkannya ke Rangga.
"Ocehan lo udah ngalahin tante Lulla Nan, serem gue". Ucap Bimo sambil bergidik dan disambut senyum kecut Rangga.
"Gue hanya gak habis pikir dengan hal yang menimpa Maura, kenapa gak dari awal gue nyari tahu tentang dia, kalian bisa lihat kan selama ini Maura terlihat normal, baik-baik aja". Rangga bicara panjang lebar sambil menggigit potongan burger yang sudah ada ditangannya.
Nando dan Bimo hanya menyimak curahan hati sahabatnya tersebut sambil sesekali menikmati udara malam yang begitu menenangkan.
"Kita berdua juga gak nyangka dengan apa yang udah dialami Maura Ngga, makanya kita berdua dibelakang lo tetap ngawasin Maura, tapi untuk kasus Rena, gue sama Nando benar-benar gak tahu sama sekali". Ucap Bimo dan diamini Nando.
"Untuk semua ini, anggap aja ini ujian tahap pertama lo, apa lo akan tetap maju atau mundur setelah tahu segala hal tentang Maura". Nando menimpali.
"Setelah ini apa yang bakal lo lakuin?". Tanya Nando sambil menyesap minuman soda nya.
"Belum tahu, Maura juga gak bisa gue hubungi daritadi". Rangga mengusap kasar wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Maura [COMPLETED]
Romance[My first story on wattpad] [18+] "Masalalu melukaiku, merobek asa dan semangat hidupku. Jika aku masih disini sekarang, ingatkan aku untuk mencari penawarnya". -Maura Aulia "Jika masalalumu sangat menghancurkanmu, ingatlah masih ada aku yang bersed...