Part 20

230 16 1
                                    

Cuaca sore ini terlihat sangat mendung ketika mobil Rangga telah terparkir tepat di depan rumah Maura.

Setelah dua hari ini menghabiskan akhir pekan di rumah Bimo, Rangga mengantar Maura pulang kerumahnya.

Rangga membukakan pintu mobil untuk Maura sambil mengulurkan tangannya ke arah Maura. Maura meraih tangan Rangga dan turun dari mobil sesegera mungkin karena cuaca sore ini menunjukkan akan turun hujan yang cukup deras.

Maura merapikan pakaiannya sesaat dan menatap ke arah Rangga yang sedaritadi sudah menatapnya lamat-lamat.

"Semuanya udah dibawa kan??". Ucap Rangga sambil meyampirkan anak rambut Maura ke balik telinga Maura.

Maura hanya mengangguk dan menunjukkan tas pakaiannya.
Rangga tersenyum dan mengacak rambut Maura perlahan. "Yaudah kalo gitu cepetan masuk, cuaca lagi kurang bagus sekarang". Perintah Rangga langsung disambut dengan anggukan Maura.

"Sampe dirumah entar aku hubungi". Rangga memamerkan senyum tampannya ke arah Maura dan kemudian mengacak puncak kepala Maura.

Maura melambaikan tangannya ketika Rangga memacu kendaraannya menjauh dari rumah Maura.

Maura menatap jalanan komplek rumahnya sejenak ketika tak lama seorang kurir mengejutkannya.

"Mohon maaf mba, paket atas nama Maura??" sang kurir dengan masker diwajahnya bertanya kepada Maura.

Maura hanya mengangguk dan sang kurir menyerahkan paket tersebut beserta tanda terima paket.

Sang kurir langsung beranjak pergi dan Maura mulai masuk mengunci rapat pagar rumahnya dan berjalan santai melewati halaman rumahnya sambil membuka paket yang berbentuk kotak ukuran sedang tersebut.

Tidak ada nama pengirimnya pikir Maura, mendadak Maura merasa sedikit was-was dan berhenti sejenak sebelum sampai menuju pintu rumahnya.

Maura membuka paket tersebut dan terpaku sejenak. Paket yang ia terima saat ini sama dengan paket yang ia terima sebelumnya, hanya saja kali ini bangkai tersebut mengeluarkan bau yang sangat menyengat dengan isi perut yang berantakan.

Maura melihat secarik kertas disana,mengambilnya dan membacanya.

Rintik hujan mulai turun membasahi ketika Maura mulai berlari kearah pagar rumahnya dan mencoba mencari jejak kurir tersebut.

Tidak ada jejak sama sekali dijalanan, kurir tersebut sudah menghilang dari pandang Maura. Hujan yang mulai turun sangat deras membuat suasana di komplek Maura menjadi sangat sepi. Maura berlari kembali menuju kerumahnya dan berteduh sejenak.

Maura merogoh tas mungilnya dan meraih ponselnya, hanya ada nama Rangga saat ini yang ada dipikirannya.

Maura menekan tombol dial untuk menghubungi Rangga, tetapi nomor Rangga sedang sibuk saat ini. Ia mengurungkan niat untuk menghubungi Rangga kembali karena saat ini hujan sangat deras, ia tidak mau Rangga kenapa-napa dijalan karena khawatir terhadapnya.

Maura menyimpan kembali hp nya, membuka kunci rumah dan berlari menuju ke arah dapur untuk mengambil kantong plastik berukuran sedang. Setelah mendapatkan yang ia cari, Maura memasukkan paket tadi ke dalam kantong berwarna putih dan mengikatnya erat.

Tanpa pikir panjang, Maura berlari keluar rumah, menguci pintunya dan menuju ke garasi rumahnya, Maura mengambil sepeda miliknya.

Ya, Maura tak bisa mengendarai sepeda motor ataupun mobil hingga saat ini, padahal dirumahnya sebuah mobil x-trail orangtuanya terparkir dengan rapi di garasi, begitu pula dengan sepeda motornya.

Dengan segera Maura menaiki sepeda kesayagannya, meletakkan paket tersebut di kemudi sepedanya. Setelah Maura menutup pintu pagar rumahnya, Maura bergegas mengayuh sepedanya ke kantor polisi terdekat.

Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang