Part 27

214 14 0
                                    


Maura membuka aplikasi chat di ponselnya ketika melihat nama Ardhi tertera disana.

Ia tersenyum lebar melihat foto-foto yang Ardhi kirimkan untuknya.

Foto Ardha dan Ardhi bersama tante Laura dan Gilbert yang tengah makan malam bersama, serta foto Ardha bersama pasangannya yang terlihat sangat mesra.

Air mata Maura mendadak lolos dari pelupuk matanya. Ia begitu merindukan satu-satunya keluarga yang masih menyayanginya hingga saat ini. Karena Maura sejujurnya tak pernah dekat dengan keluarga kedua orangtuanya karena mereka semua tidak berada di satu kota yang sama dengannya.

Maura mengetik beberapa pesan untuk Ardhi. "miss you so much guys". Maura mengirimkan pesan tersebut dan tak lama kemudian Ardhi terlihat sedang mengetik pesan balasan untuk Maura.

"Kita juga!!!!, jaga diri baik-baik disana ya Maura-ku. Sebulan lagi gue sama yang lain bakal pulang. Ngomong-ngomong Rangga ngejagain lo kan Ra?". Maura membaca pesan Ardhi dengan senyum tipis bibirnya. Ia berpikir sejenak apakah Rangga memang menjaganya selama ini.

Setelah Laura dan Gilbert berserta anak-anaknya berangkat keluar negeri untuk urusan bisnis. Maura memang mengalami beberapa hal yang cukup serius, sampai-sampai ia lupa mengabarkan keadaannya kepada Ardha dan Ardhi disana.

Maura mengetikkan kembali pesan balasan untuk Ardhi sebelum ia memutuskan untuk tidur.

Terkirim. Maura langsung meletakkan ponselnya di atas nakas dan merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.

🌟🌟🌟🌟🌟

"Udah gue urus, kalian tinggal datang aja ntar". Rangga menahan ponselnya dengan bahu kanannya sambil membolak-balikkan beberapa lembar dokumen di hadapannya.

Senyum Rangga mengembang ketika mendengar suara dari sebrang line telfonnya. "Oke secepatnya gue urus, ntar--".

Tok..tok..
Rangga menghentikan kegiatan menelponnya ketika ia mendengar suara ketukan dari luar pintu kamarnya.

Ia bangkit dari kasurnya dan berjalan perlahan menuju pintu kamarnya. Rangga membuka pintu kamarnya dan terkejut ketika melihat Muara dengan raut wajah pucat dan ketakutan. Sudut dahinya mengeluarkan darah segar dan Maura menangis dihadapannya sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Flashback On.

Maura berdiri di ujung lorong rumahnya. Ia kebingungan saat ini, seharusnya ia berada di rumah Rangga dan sekarang ia tengah berdiri tepat dilorong lantai atas rumahnya.

Maura mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru rumah dan mendadak tatapannya terhenti di depan kamar Naura.

Bagaimana bisa saat ini pintu kamar Naura terbuka lebar dan dengan jelas ia bisa melihat kedua orangtuanya beserta Naura tengah terduduk lemas ketika kedua pria bertubuh kekar dan bewajar sangar tersebut menarik lengan baju ayahnya dan meninjunya dengan kuat.

"Ayah!!!". Maura berteriak kencang dan seketika ia menutup mulutnya kembali. Bagaimana ia bisa berteriak sedangkan ia sama sekali tak bisa berbicara. Maura menatap kembali ke arah kamar Naura yang masih terbuka lebar.

Mata Maura membelalak lebar ketika saat ini ia melihat Naura yang masih berumur lima tahun di cekik dan diangkat oleh salahsatu penjahat tersebut. Naura menangis sambil mencoba melepaskan genggaman tangan penjahat tersebut yang masih mencengkram erat lehernya.

Suara Maura [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang