"Kalo bukan Rena, jadi siapa?". Nando bertanya pada dirinya sendiri ketika ia baru saja memarkirkan mobilnya di pelataran parkiran halaman rumahnya.
Nando keluar dari mobilnya dan bergegas menuju ke dalam rumah minimalis yang sudah tiga tahun ini ia tempati sendirian.
Ia merebahkan tubuhnya di sofa empuk miliknya sambil merenggangkan tubuhnya yang begitu lelah karena seharian ini harus berada di restoran.
"hmm??". Nando meletakkan ponsel di telinganya ketika melihat ponselnya bergetar tanda panggilan masuk.
"Gue baru sampe rumah, Nina kemana?". Nando bangkit dari posisi tidurnya dan duduk disofa sambil membuka dua kancing kemejanya.
"Jadi masih di rumah Rena sekarang? Ngomong-ngomong gue udah dapat hasil kemarin. Lo kerumah gue aja sekarang sekalian nungguin Nina". Nando menjelaskan dan kemudian terdengar jawaban di sebrang sana dan tak lama kemudian sambungan terputus.
Nando menghelas napas sejenak dan kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Flashback On
Rangga membuka matanya ketika sinar matahari mulai mengintip dari jendela kamarnya. Rangga menguap sejenak dan kemudian menatap Maura yang masih terlelap di sampingnya. Ia tersenyum menatap wajah polos Maura yang terlihat sangat kelelahan dengan kejadian tadi malam.
Rangga mengelus wajah mulus Maura sejenak dan kemudian ia mengecup pelan dahi Maura sambil mendekap kembali tubuh mungil Maura di dalam tubuh besarnya. Rangga menghela napas pelan dan kemudian ia melirik ponsel Maura yang berada di atas nakas.
Rangga menatap ponsel Maura dan kemudian meraihnya. Ia membuka ponsel Maura yang sama sekali tidak terkunci dengan mudah dan kemudian membuka pesan masuk yang ada di ponsel Maura. Entah setan apa yang mendorongnya untuk membuka ponsel Maura saat ini, yang ia tahu ia hanya penasaran dengan isi kotak masuk di ponsel Maura.
Ketika ia membuka salahsatu pesan yang tidak memiliki nama tersebut mendadak tatapan Rannga membulat. Ia dapat melihat isi pesan yang berisi gambar ia yang sedang memeluk Rena pada saat kejadian malam itu. Rangga mencoba mengecek kembali nomor yang tidak dikenal tersebut tetapi ia sama sekali tidak mengetahui nomor tersebut. Tanpa pikitr panjang Rangga menari kontak Nando dan menghubunginya.
"Nan, tolong bantuin gue".
Flashback off.
"Jadi apa hasilnya Nan?". Bimo membuka kulkas Nando dan mengambil minuman soda disana dan berjalan menuju sofa, menyusul Nando yang masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Nando menatap Bimo sejenak dan kemudian bersedekap. "Gue dapat laporan dari bawahan gue kalo selama ini yang neror Maura bukan Rena Bim". Bimo berhenti meneguk minumannya dan kemudian membalas tatapan Nando yang menatap datar kearahnya.
"Dari pantauan mereka, kejadian dicafe, di apotik, sampe teror yang Maura alami, Rena cuma punya andil ngelabrak Maura di apotik dan sisanya bukan Rena". Nando menjelaskan kembali.
"So? Jadi siapa pelakunya Nan?". Bimo meletakkan minuman sodanya sambil memijit kepalanya yang mulai terasa pusing.
"Seseorang yang sayang sama Rena". Ucapan Nando terdengar sangat serius dan seketika Bimo mendongak menatap Nando tajam.
"Gak mungkin!". Suara Bimo mulai terdengar serius dan dalam.
Nando tersenyum samar menatap Bimo dan kemudian mengambil minuman Bimo, meneguknya hingga tandas untuk sekedar membasahi tenggorakannya dan kemudian meletakkannya sambil menatap ke arah Bimo.
"Hidup penuh kejutan Bim". Jawab Nando singkat.
Flasback off.
Maura masih terduduk di lantai kamarnya sambil memeluk kedua kakinya yang ia lipat di dada. Matanya mulai sembab akibat menangis hingga riasan di wajahnya terlihat berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Maura [COMPLETED]
Romance[My first story on wattpad] [18+] "Masalalu melukaiku, merobek asa dan semangat hidupku. Jika aku masih disini sekarang, ingatkan aku untuk mencari penawarnya". -Maura Aulia "Jika masalalumu sangat menghancurkanmu, ingatlah masih ada aku yang bersed...