11

1.9K 147 1
                                    

/Author pov/

"Jennie?"

Jennie berbalik ke orang yang memanggil namanya. Jennie kaget menyadari itu Lisa. Tapi dengan sekuat tenaga Jennie memasang wajah datar, seakan-akan dia gak peduli ada atau enggaknya Lisa di situ.

Jennie membalikan badannya dan kembali mengintip Jimin.

"Jennie?", Lisa kembali memanggilnya. Karna Jennie sudah tak bisa menahan mulutnya untuk berbicara akhirnya dia pun buka mulut.

"Apa? Lo mau bilang lagi kalo lo kangen ama gue? Maaf tapi gue gak ngerasain hal yang sama" jawab Jennie ketus. "Dan.. gue gak mau sampe kak Suga tau kalo lo satu sekolah ama dia, jadi jauhin dia. Gue peringatkan jangan coba coba untuk muncul di depan kak Suga. Jangan buat dia sakit hati lagi" tambah Jennie.

"Jen, gue cuma...", "udahlah, gak ada yang perlu lo omongin atau jelasin ke gue. Karna semuanya udah jelas. Dan perlu lo tau, kalo gue bisa puter waktu, gue akan biarin ayah deket deket sama lo dan ibu lo!"

Sebenci itukah elo sama gue Jenn?-lisa

Maaf Lis, sebenernya berat gue ngomong gini-jennie

"Maaf. Gue minta maaf. Gue akui kesalahan gue. Kalo waktu itu gue tau, gue gak akan biarin semuanya terjadi." Kata Lisa.

"Waktu itu kita masih kecil. Dan.. oh ya. Sepenuhnya bukan kesalahan lo kok. Tapi kesalahan ibu lo yang gak tau malu itu" ucap Jennie.

Lisa menaikan tangannya dan hampir menampar Jennie tapi dia urungkan niatnya dan menurunkan tangannya. Jennie menatap Lisa dan tersenyum sinis.

"Hhh.. tampar aja Lis. Tampar gue!" Bentak Jennie sambil menarik narik tangan Lisa, memaksa Lisa untuk menamparnya.

Lisa menarik tangannya dengan keras. "Lo mungkin bisa ngehina gue sesuka hati lo. Tapi, jangan pernah bawa bawa ibu gue. Lo dan kak Suga sendiri tau, ibu gue bahkan gak tau kalo ayah udah punya istri. Dan lo juga lihat. Ibu gue hampir batalin pernikahan itu. Tapi ayah minta lanjutin" ucap Lisa.

"Dan lo pikir ibu gue rela du poligami?! Wanita mana yang mau suaminya punya dua istri?! Kalo lo jadi gue, apa lo mau kasih sayang ayah lo kebagi?!" Jennie berapi-api.

Keduanya kini berkaca-kaca. Lalu Jennie keluar dan mendapati Jimin di luar kamar mandi. Tanpa sadar Jennie menarik tangan Jimin dengan air mata yang menggenang.

/Lisa pov/

Aku cepat cepat menyeka air mataku dan pergi ke meja Jungkook.

"Lama ya kook?" Tanya ku
"Gak juga kok. Ngomong ngomong tadi Rose ke sini sama temen gue, mungkin itu kakel yang lo maksud", "mungkin" jawab ku.

Hening. Jungkook dari tadi diam kayak gelisah gitu. Aduuh, kok aku deg deg an gini ya?

"Lis?"
"Emm?"
"Kalo misalnya ada yang nembak lo, lo terima gak?"
"Tergantung. Kalo gue juga suka sama orangnya, ya pasti gue terima"
"Kalo gue yang nembak lo?"

Deg!

"Ha? M..maksudnya?" Duh, jadi gagap gini lagi.

Jungkook narik nafas panjang.

"Lis? Gue suka sama lo, dari awal kita ketemu. Pertamanya gue cuma tertatik sama lo, tapi lama lama gue jadi suka sama lo. Gue gak tau apa alasan gue suka sama lo. Tapi, gue nyaman kalo deket sama lo. Sekarang terserah lo mau jawab apa. Yang penting gue udah ngungkapin perasaan gue. Jadi gue udah lega sekarang."

Realy? Apa Jungkook barusan nembak aku? Ok.. sekarang rasanya aku mau mati.

"Emm, kok gue mati kata ya?" Eh, dasar goblok. Ngapain aku jujur?!

I NEED YOU! (Revisi Besar-besaran) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang