HLAM : 09

77.3K 11.5K 1.5K
                                    

Sehun memijit tengkuknya, sembari memposisikan tubuhnya senyaman mungkin. Dengan wajah lelah, ia meraih iPad miliknya untuk mengirim beberapa email.

"Kau tidur saja, biar aku yang menjaga Axel," seru Jayline sembari memberikan secangkir kopi hangat untuk Sehun.

Semalaman ini mereka menginap di rumah sakit, karena suhu tubuh Axel yang tidak kunjung turun. Seperti seorang ayah pada umumnya, Jayline dapat melihat betapa paniknya Sehun semalam.

Sehun sama sekali tidak memejamkan matanya, dia hanya duduk di kursi tunggu sembari mengamati gerak-gerik Axel. Jika Axel merintih, dengan sigap Sehun menggenggam tangannya, lalu membisikan kata-kata lembut untuk menenangkan putranya.

Jujur, Jayline sedikit kagum.

Ibarat kata, Sehun seperti paket komplit idaman kaum hawa. Tidak hanya wajahnya yang tampan, tapi Sehun juga pria cerdas yang berpendidikan. Di umurnya yang ke 28 tahun, Sehun sudah menamatkan pendidikan S2 nya dan mendapatkan gelar Master of laws di Harvard university. Tidak tanggung-tanggung, Sehun menamatkan pendidikan S2nya hanya dalam waktu 1,5 tahun dengan IPK yang nyaris sempurna. Pantas saja ia menjadi dosen yang paling disegani di kampus.

"Kau kenapa?"

Sehun meletatakkan kopi panasnya, lalu menatap Jayline penuh selidik.

"Kenapa memperhatikan ku, heh?" tanya Sehun sinis.

Jayline mencibir, "Tidak apa-apa, kau terlihat lelah. Istirahatlah, biar aku yang menjaga Axel."

Dengan sedikit membenarkan kaca matanya, Sehun menatap Jayline dengan pandangan menilai.

Dengan sedikit membenarkan kaca matanya, Sehun menatap Jayline dengan pandangan menilai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jika dilihat dari dekat kau sangat jelek," kekeh Sehun.

What the...

"Ehem." Jayline ingin mengumpat, tapi ia mencoba untuk mengabaikannya. Toh sudah puluhan orang yang mengatainya jelek, jadi ia sudah tidak heran lagi.

Awalnya memang sedikit sakit dan ia merasa tersinggung, tapi lama-kelamaan Jayline biasa saja.

"Jay, kau tersinggung?"

Dengan senyum tipis, Jayline menggeleng. Buat apa juga ia tersinggung, kan memang itu kenyataannya. Malah Jayline lebih tersinggung jika orang mengatakannya cantik, karena mereka akan melukai egonya.

"Aku sudah terbiasa mendengarnya, dan ya, aku sama sekali tidak tersinggung."

Sehun tersenyum, sedikit rasa bersalah terbenam di benaknya.

Jika dilihat-lihat Jayline tidak sejelek itu. Rambutnya panjang dan tampak lembut untuk di elus manja, mungkin lebih lembut dari bulu Vivi. Hidungnya kecil tapi cukup mancung, dan kulitnya sedikit gelap dari gadis Seoul lainnya.

Sehun memperhatikan Jayline lagi, dia baru sadar Jayline cukup manis saat tersenyum.

Tapi buat apa manis, jika tidak mempunyai dada?

Tubuh Jayline terlalu kurus, apalagi bagian dadanya yang sama sekali tidak berbentuk. Sehun yakin jika Jayline bertemu dengan Chanyeol, wanita itu pasti dihina habis-habisan.

Karena menurut Chanyeol, perempuan tanpa dada itu, ibarat makanan tanpa garam. Hambar.

"Berhenti memperhatikanku, kau membuatku tidak nyaman."

Jayline memalingkan wajahnya yang sedikit memerah. Mata tajam Sehun, menatapnya seperti sinar laser. Dadanya yang rata, bisa semakin rata jika di tatap seperti itu. Ya, sedari tadi Sehun menatap dadanya dengan wajah penasaran dan Jayline cukup tersinggung akan hal itu. Ia merasa di lecehkan.

"Aku beruntung punya pelayan sepertimu. Kau sangat baik padaku dan juga Axel. Aku sangat berterimakasih,Jay. Mungkin jika kau bukan mahasiswaku, aku bisa saja menikahimu," kekehnya

"A--APA?"

"Aku hanya bercanda."

Tawa Sehun semakin kencang, padahal itu semua tidak lucu.

Jayline akui dia cukup akrab dengan Sehun, pria itu tidak sekaku yang ia kira. Tapi tetap saja selera humornya garing, niatnya bercanda tapi malah membuatnya jantungan. T*i.

"Jay, kenapa Axel sering memanggilmu Mommy?"

Sehun mengganti pertanyaannya, dan lagi-lagi pertanyaannya itu membuat Jayline gugup. Ia melirik Axel yang tertidur pulas dengan cairan impus yang mengalir ke tubuhnya. Sebenarnya Jayline juga tidak tahu kenapa pria kecil itu sering memanggilnya Mommy, semuanya terjadi begitu saja.

"Apa mungkin dia menginginkan sosok ibu?" tanya Sehun lagi,

Jayline yang sedari tadi diam, hanya mengendikkan bahunya, "Aku tidak tahu, mungkin saja dia hanya nyaman denganku lalu refleks memanggilku Mommy, anak-anak memang sering seperti itu kan?"

Sehun menangguk, tanda setuju dengan jawaban Jayline.

Setelah itu terjadi keheningan yang cukup lama, sebelum pernyataan Sehun membuat roh Jayline terhempas dari badan kasarnya.

"Jay, jika aku masih belum bisa menemukan ibu yang baik untuk Axel, kau mau kan menjadi ibunya?"

APA-APAAN INI?







Tbc


Hot Lecturer and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang