HLAM : 33

64.4K 9.1K 468
                                    

Sehun berdehem, menghilangkan kecanggungan yang beberapa menit ini ia rasakan. Bagaimana tidak, calon mertuanya baru saja memergoki ia mencium putrinya dengan perasaan menggebu-gebu. Sehun merasa citranya sebagai pria baik-baik sudah hancur akibat tingkahnya yang tidak bisa mengontrol diri.

Ck! Semua ini salah Jayline, siapa suruh wanita itu memancing sesuatu dalam dirinya. Dari dulu, Sehun sudah menahan diri untuk tidak menyentuh Jayline lebih dari sekedar pelukan. Tapi untuk kali ini, pertahanannya runtuh saat bibir Jayline mengecupnya pelan. Sehun mengartikan kecupan itu sebagai sebuah undangan agar ia membalasnya lebih jauh, seperti memberikan lumatan dan decapan hangat misalnya.

Shit! Membayangkan itu semua membuat udara disekitar Sehun menjadi panas. Ia butuh ke kamar mandi.

"Sejauh apa hubunganmu dengan Jayline, nak?"

"Kita sudah merencanakan pernikahan." Sehun menjawab mantap, sembari menoleh ke arah Jayline yang masih menunduk malu-malu, "Tepatnya 6 bulan dari sekarang, Yah."

Sehun tersenyum saat mengetahui ia diterima baik oleh keluarga ini. Bahkan Yoo Sungjae memperbolehkan Sehun untuk memanggilnya Ayah.

"Baguslah... semakin cepat semakin baik."

"Tapi bagaimana dengan keluargamu? Mereka setuju kan?"

Tubuh Jayline menegang, tapi sepertinya Sehun tidak terpancing, pria itu masih menyunggingkan senyum hangat.

"Ayah tidak usah khwatir, aku akan mengatasinya."

Tapi seakan bisa membaca ketakutan Jayline, Yoo Sungjae menggenggam tangan putri semata wayangnya, "Aku harap kau tidak akan menyakiti putriku. Dia sudah terlalu banyak menderita."

Sehun tersenyum, "Tidak akan."

"Dad!" Suara Axel memecah pembicaraan hangat di antara mereka. Anak itu berlari-larian sembari membawa seekor kucing yang menggemaskan.

Sehun sedikit khwatir, kucing itu terlihat tidak higenis, "Apa kau baru saja memungut kucing liar?"

Axel mengangguk, "Bolehkan kalau kita membawanya pulang?" Axel terkikik saat melihat kucing kecil berwarna putih itu menjilati jari-jarinya.

"Tidak boleh! Vivi bisa marah "

Kening Sungjae mengkerut, "Siapa Vivi?"

"Anak kesayangan Daddy, Kek." Axel mengerucutkan bibirnya sembari mendekat ke arah Sungjae untuk memperlihatkan anak kucing yang baru saja ia pungut, "Lihat, dia bersihkan?"

Sungjae mengangguk, "Tapi tetap saja dia kucing liar Axel." Tangannya terjulur mengelus pucuk kepala Axel sembari meraih kucing itu ke pangkuannya, "cuci tangan dulu, setelah itu kita makan."

Axel menghela napasnya, lalu berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangannya yang terkena kotoran dedaunan. Tadi ia memungut kucing itu di semak-semak, maka tak heran tangan Axel menjadi sedikit kotor karena merangkak untuk membebaskan kucing itu dari lilitan daun kering.

Setelah Axel pergi, Sungjae menatap Sehun penuh selidik, "Apa kau mempunyai dua orang anak?"

"Tidak, hanya saja---"

"Vivi itu anjing Sehun, Yah" Jayline yang sedaritadi diam ikut menimpalinya. Ia tidak mau ayahnya ikut-ikutan menjadikan seekor anjing sebagai anak Sehun.

"Ya, dia anjingku. Axel sering cemburu jika aku terlalu perhatian kepada Vivi."

Sungjae terkekeh, "Kalau begitu kau harus lebih perhatian padanya."

"Tentu saja, maka dari itu aku melamar Jayline. Dia sangat perhatian kepada Axel... Iya kan Jay?" Sehun menatap Jayline yang mengalihkan wajahnya pura-pura sibuk, ia tahu gadis itu sedang malu karena Sehun menggodanya di depan sang Ayah.

Hot Lecturer and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang