HLAM : 30

67.3K 9.6K 892
                                    

Saat Jayline mengatakan Sehun seorang duda beranak satu, Yoo Sungjae tidak memberikan respon apapun. Pria paruh baya itu hanya diam lalu menanyakan berapa umur anak Sehun. Setelah itu ia tidak berbicara lagi.

Jayline mengira Sungjae tidak menyukai status yang melekat pada diri Sehun dan Jayline memaklumi hal itu, karena tidak semua Ayah mengijinkan anaknya berhubungan dengan duda. Tapi Jayline rasa, status Sehun tidak menghalangi hubungan mereka, karena Jayline menerima semuanya.

Baginya, status Sehun sebagai seorang duda tidak bisa dijadikan alasan jika kelak ayahnya tidak merestui mereka.

Banyak perempuan lajang memang memilih untuk tidak menjalin hubungan dengan seorang duda, apalagi yang memiliki anak dari istri terdahulu.  Tapi Jayline rasa di zaman sekarang stigma itu kian berubah.

Duda mempunyai daya tarik tersendiri. Wanita modern menganggap duda lebih mapan dan matang sehingga lebih menjanjikan untuk dijadikan pasangan dibandingkan dengan pria lajang.

Pemikiran Jayline pun sama dengan mereka. Baginya, sebuah pernikahan membuat pria menjadi lebih dewasa dalam berpikir. Mereka biasanya juga lebih mapan, karena pria lebih mementingkan kesuksesan sebelum memutuskan untuk menikah. Maka dari itu seorang duda ibarat paket lengkap, mapan, matang, dan mempunyai jam terbang sebagai kepala keluarga.

Lagipula, jika dudanya seperti Sehun, siapa yang akan menolak? Sudah kaya raya, dari keluarga terpandang, tampan, pria baik-baik, cerdas, manis, perhatian. Ditambah dengan seorang anak yang menggemaskan seperti Axel... wanita mana yang sanggup menolak?

Deringan handphone membuat fokus Jayline teralih pada layar pipih yang ada di atas meja. Saat ini ia sedang di kantin rumah sakit untuk makan siang. Ayahnya sedang tertidur pulas, akibat obat yang ia minum, jadi Jayline mengambil ancangan untuk mengisi cacing-cacing di perutnya.

Sudah Jayline duga, panggilan itu dari Sehun. Siapa lagi yang menelponnya setiap jam jika bukan kekasihnya itu.

Jayline jadi heran sendiri melihat kelakuan Sehun. Pria itu seakan tidak mau lepas darinya. Ia bisa merubah menjadi pria cerewet, manja dan menggemaskan di saat bersamaan jika menyangkut Jayline yang kerap telat memberikannya kabar.

Jayline cukup kewalahan menghadapi kelakuan Sehun yang seperti itu. Karena setau Jayline, dalam suatu hubungan pria kerap cuek terhadap pasangannya dan mereka jarang menuntut kabar. Berbeda halnya dengan wanita... tetapi disini? Malah sehun yang terlihat lebih over dan sedikit mengekangnya.

Pria itu sering cemburu tidak jelas, terlalu menuntut, dan tidak sabaran. Sepertinya Jayline harus lebih bersabar menghadapi tingkah prianya ini.

"Halo Sehun..."

"Jay! Astaga... kenapa kau tidak menghubungiku? Kau baik-baik saja kan? Bagaimana kondisi ayah?"

Jayline tersenyum saat mendengar nada khwatir Sehun dari seberang telepon, "Aku baik-baik saja Sehun, Ayah juga semakin baik."

"Kalau begitu kenapa tidak menghubungiku? Aku menunggu teleponmu selama satu jam. Mck!"

Jayline meringis, lalu melihat jam tangannya, ternyata sudah pukul 14.05. Dalam perjanjian yang ia buat dengan Sehun, Jayline wajib menelpon Sehun saat jam makan siang. Dan kali ini ia sudah telat lebih dari satu setengah jam.

"Maaf, aku lupa waktu..." ucap Jayline dengan nada menyesal.

Sehun mendesah, "Jay, aku tahu ini berlebihan... aku kerap menuntut kabar darimu atau terkesan menerror mu. Aku minta maaf kalau kau tidak nyaman...Aku melakukan itu memang untuk kenyamanan ku sendiri."

"Aku tidak akan tenang kalau tidak memastikan kau baik-baik saja. Apalagi disana kau sendirian tanpa pengawasanku... aku takut kau terluka, atau terjadi sesuatu yang tidak dinginkan. Aku khwatir Jay."

Hot Lecturer and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang