HLAM : 27

80.9K 10.9K 1K
                                    

"Happy weekend guys... cuaca sangat cerah ya," sapa Sehun sembari mendaratkan bokongnya di meja makan.

"Cerah? Daddy tidak sedang bercanda kan?" Balas Axel sembari menyuap roti lapisnya malas.

"Abaikan saja Daddy mu Axel. Dia gila!"

Chanyeol geleng-geleng kepala melihat tingkah luar biasa Sehun pagi ini. Pria itu senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh. Dan juga apa maksud Sehun saat mengatakan hari ini cuaca sangat cerah? Jelas di luar sedang hujan badai, disertai bunyi gemuruh yang menggelegar. Belum lagi kilatan petir yang membuat siapapun ketakutan untuk keluar rumah. Tetapi Sehun mengatakan hari ini cuaca sedang cerah? Wow luar biasa sekali dosen kita satu ini!

Sehun memilih mengabaikan hinaan jenaka dari Chanyeol. Ia sedang bahagia, jadi ia tidak mau merusak harinya untuk mengomel tidak jelas. Tetapi beberapa detik setelahnya, kesadaran Sehun kembali saat melihat Axel yang masih duduk di meja makan, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh lima menit. "Kau tidak sekolah Xel? Bukannya ada pelajaran olahraga renang, setiap hari minggu?"

Wajah Axel berubah semakin kusut, "Ada pohon tumbang di depan komplek Dad, jadi bus mini yang biasa mengantarku ke sekolah tidak bisa lewat."

"Terus Chanyeol, kenapa dia bisa kesini?"

"Astaga Daddy tidak sadar? Paman Chanyeol dari tadi malam ada di rumah kita. Dia menginap di kamarku."

Sehun langsung menatap Chanyeol tajam, "Kau tidak mengajarinya yang aneh-aneh kan?"

"Astaga! Memangnya aku seburuk itu" Chanyeol mendengus tidak terima. Begini-begini dia penyayang anak-anak, jadi tidak mungkin ia menyesatkan anak sehabatnya yang unyu itu.

"Baguslah. Ngomong-ngomong aku tidak melihat Jayline. Dia kemana?"

"Di belakang. Tante Jay sedang memberi makan Vivi."

"Jadi dia belum sarapan?"

Chanyeol mengendikkan bahunya, "Mana aku tahu."

"Mck! Anak itu." Sehun langsung berdiri dari tempat duduknya, untuk mencari Jayline.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Sehun tidak mau perut wanitanya sakit jika telat sarapan. Aishh... Mengingat Jayline yang sudah resmi menjadi wanitanya membuat rona merah mejalar di kedua pipi Sehun. Ahhh Sehun merasa dirinya seperti remaja yang baru saja mengenal cinta. Sungguh ironis!

"Jay..."

"Jayline! Astaga, kau kenapa?"

Sehun langsung menghampiri Jayline yang sedang duduk di lantai dengan tangan bergetar.

"Se-sehun..." Tangis Jayline pecah. Sehun langsung berlutut untuk menenangkan Jayline dengan cara menepuk-nepuk punggungnya.

"A--aku mau pulang...Ayahku kambuh lagi."

"Tidak bisa sekarang Jay, ada pohon tumbang di depan komplek. Kita tunggu dua jam lagi."

Jayline menggeleng, "Aku tidak bisa, aku khwatir. Bagaimana kalau ayah---"

Sehun merangkul Jayline, "Ssstt kita cari solusinya."

Sehun tidak tahu apa yang terjadi dengan Ayah Jayline. Yang ia tahu, ayah Jayline sedang sakit. Tapi Sehun belum tahu sakit apa yang menimpa pria yang akan menjadi 'calon' mertuanya itu.

"Tenangkan dirimu dulu Jay. Kau tidak boleh drop." Sehun menuntun Jayline berdiri, karena Jayline tidak kuat menopang tubuhnya.

"Kita sarapan dulu, setelah itu aku akan mengantarkanmu ke Busan."

Hot Lecturer and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang