HLAM : 28

67.2K 10.1K 943
                                    

Jayline melangkahkan kakinya di sebuah rumah sakit yang tidak terlalu besar, tapi masih bersih dan terawat.

Di belakangnya, Sehun masih setia mengikuti Jayline tanpa bertanya sedikitpun tentang kondisi ayahnya. Jayline tahu Sehun penasaran, semua itu terbaca jelas dari kerutan wajahnya, tapi Sehun lebih memilih bungkam. Ia menunggu Jayline untuk menceritakan semuanya.

"Dokter Cho!" Jayline berlari saat melihat seorang dokter keluar dari ICU.

"Bagaimana keadaan Ayah saya dok?"

"Jayline?" Dokter Cho tersenyum menenangkan, "dia baik-baik saja, kau jangan khwatir."

Lalu tatapan dokter Cho beralih ke seorang pria yang ada di belakang Jayline. Dokter Cho tidak tersenyum pada pria itu, dia hanya meliriknya sekilas.

"Ayahmu jatuh dari kamar mandi karena ia mencoba bangun dari kursi rodanya. Dia  tak sadarkan diri hampir 12 jam karena  mengalami pendarahan di kepala..."

Jayline menutup mulutnya saat mendengar penjelasan dokter Cho Kyuhyun, pandangan matanya pun mangabur akibat krystal bening yang kapan saja siap menetes.

"Tenang Jay... sekarang Ayahmu sudah melewati masa kritisnya. Tunggu beberapa jam lagi, beliau pasti akan siuman."

"Kau bisa memakai costume yang sudah disediakan untuk mengunjunginya."

Jayline mengangguk, "Terimakasih dokter..."

"Tidak masalah, itu sudah tugasku." uap Dokter Cho sembari menepuk pundak Jayline singkat, sebelum ia berlalu menuju kamar pasien yang lain.

Sekali lagi, ia hanya melirik Sehun tanpa berniat menyapa pria itu.

Sontak Sehun mendengus kesal, ia merasa saingannya di mana-mana.

"Sehun, kau tidak ikut masuk?"

Sehun menggeleng, "Nanti saja, aku keluar sebentar untuk membeli makanan. Kau pasti lapar."

"Tidak perlu, aku tidak lapar." sanggah Jayline. Ia benar-benar tidak berselera.

"Mck! Kau harus makan Jay. Siapa yang akan menjaga ayahmu jika kau sakit?"

Akhirnya Jayline mengalah dan membiarkan Sehun membelikannya makanan.

Saat membuka knop pintu, air mata Jayline langsung jatuh saat melihat Ayahnya terbaring lemah dengan alat penyangga kehidupan yang ada di sekeliling tubuhnya.

Jayline menggigit bibirnya menahan isakkan saat melihat wajah Ayahnya mengurus. Tulang pipinya terlihat jelas saking kurusnya.

"Ayah..." Jayline berseru sembari menggenggam tangan Ayahnya.

Hening,

Hanya suara monitor yang terdengar congkak, membuat Jayline ketakutan jika suara itu memanjang dan lenyap.

"Maaf Jayline baru bisa datang." Jayline menggenggam tangan Yoo Sungjae sembari mengecupnya berkali-kali.

Ia mengutuk dirinya sendiri karena pergi merantau, dan membiarkan ayahnya sendirian di panti sosial milik bibinya. Seharusnya ia menjaga ayahnya di kala beliau sakit, bukannya bersikap egois dengan meninggalkannya.

Jayline tidak punya siapa-siapa, selain Ayah yang selalu mendukungnya. Seharusnya ia tetap di samping pria itu, membangun kenangan-kenangan indah tiap harinya.

Meskipun hidup dengan serba kekurangan, Jayline rasa itu lebih baik jika ia ada di dekat keluarganya.

"Jay sudah datang yah, Jay disini... jadi buka matanya." Jayline menunduk menghamburkan kepalanya di lengan sang ayah. "Ayah... Jay takut."

Hot Lecturer and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang