HLAM : 21

76.9K 11K 1.2K
                                    

Ruangan J.D. Oh Sehun, LL.M.
Pendidikan Hukum Pidana.
Jumat, 12.46 KST.

"Aku tidak suka kau dekat-dekat dengan Jongin."

Napas Jayline tercekat, "K-kenapa?"

"Dia jelas-jelas mengajakmu mengobrol, padahal aku sedang menerangkan materi di kelas. Konsetrasimu menjadi pecah, dan kau tidak bisa menangkap apa yang aku jelaskan. Pada akhirnya nilai-nilaimu akan menurun dan kau akan kesulitan memulai skripsimu. Jadi aku sarankan agar kau tidak duduk berdekatan dengan Jongin. Kau bisa duduk di bangku depan saat aku sedang mengajar,"

Jayline mengerjitkan alisnya bingung, untuk beberapa saat ia berseru, "Baik Sir."

"Dan juga aku tidak suka melihat kau tersenyum pada Jongin atau pria lainnya." Wajah Sehun terlihat mengeras saat ia mengatakan hal itu. Iris matapun berubah menjadi lebih gelap.

"T-tapi Sir, saya tidak tersenyum dengan semua pria," elak Jayline.

Dia benar-benar tidak suka saat Mr. Sehun menuduhnya yang tidak-tidak. Dia bukan tipe wanita yang seperti itu.

Sehun tersenyum meremehkan, "Awalnya kau memang tidak melakukannya. Tapi pada akhirnya kau tetap tersenyum dan menyapa mereka dengan ramah. Seharusnya kau tidak perlu melakukan hal itu, Jay."

Sehun menjeda sejenak, "Mereka bisa saja salah paham dan mengira kau menyukai mereka. Maka dari itu aku sarankan kau jangan tersenyum ke sembarang pria."

Jayline menautkan alisnya bingung, "Sebenarnya apa yang anda inginkan Sir? Kenapa anda melakukan hal ini pada saya?"

Jujur, Jayline bingung dengan semuanya. Perlakuan Sehun padanya berbeda dari mahasiswa-dosen pada umumnya. Apalagi tatapan mata Sehun yang terlihat fokus padanya, menatapnya seolah-olah ia adalah wanita spesial.

Sehun tidak pernah memperhatikan mahasiswanya secara detail, tapi dari waktu  ke waktu Jayline dapat melihat secuil perhatian Sehun ada padanya.

Awalnya, Jayline menganggap kata-kata Sehun candaan belaka. Semua perhatian kecilnya, Jayline anggap sebagai bentuk kasih sayang karena ia bekerja pada Sehun. Tapi nyatanya, semakin hari, Jayline merasa semuanya berbeda.

Katakanlah Jayline terlalu percaya diri. Dia menduga Sehun tertarik padanya. Bukan apa-apa, tapi Jayline dari dulu mempunyai feeling yang kuat. Sadah ia katakan bukan kalau banyak orang yang mengatakan dirinya titisan mama Laurent?

Menghembuskan napas pelan, Jayline menatap Sehun sendu. Mencari kejujuran dari iris mata hitam yang menatapnya tajam.

"Sir! Tolong jangan bersikap soal-olah anda menyukai saya. Saya terganggu akan hal itu."

"Kenapa memangnya? Apa orang seperti ku tidak pantas menyukaimu? Apa karena aku duda beranak satu?"

Jayline menggeleng, "Bukan!Bukan seperti itu!"

Demi Tuhan ia tidak pernah memandang sebelah mata seorang pria yang berstatus duda.

"Lalu katakan apa alasan yang tepat sehingga aku tidak boleh menyukaimu?" erang Sehun penuh dengan nada frustasi.

Jayline bisa melihat sorot mata Sehun berubah sendu, menandakan pria itu sedang mengalami gejolak batin.

"Tentu saja tidak boleh." Mata Jayline berkaca-kaca, "Saya jauh dari standar anda Sir. Bukankah Mr. Sehun sendiri yang mengatakan pada teman-teman anda bahwa saya tidak pantas mendampingi anda?"

Jayline meremas buku-buku tangannya, menyakinkan dirinya untuk tidak menangis hanya karena hal sepele seperti ini.

"Saya masih ingat betul Sir..." Suara Jayline berubah serak, "saya masih ingat dengan kata-kata anda yang mengatakan saya perempuan yang tidak cantik, kolot,  tidak pintar, kuper dan sebagainya..."

Hot Lecturer and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang