Chapter III

68 4 0
                                    

KRRRRIIIIIINGGGGG

“ AGGHHHHKKKKKKK!!!!!!!!”

Aku sontak terbangun dari mimpi burukku ketika alarm ku berbunyi. Keringat dingin mengguyurku dan seketika aku pun  sesak nafas, Karl dan Marce hanya menatapku dengan perasaan cemas, saling menoleh satu sama lain sambil mempertanyakan apa yang terjadi padaku.

Pikiranku masih kalut, antara ketakutan setengah mati dan rasa syukur karena semua hanyalah mimpi, aku mencoba untuk tenang, tapi semuanya begitu nyata bagiku.

Aku berdiri dan membuka jendela kamarku dan melihat para siswa sedang bermain bola salju dibawah, terlihat bahagia seakan tak ada apapun yang terjadi. Lalu aku memutar tubuhku, dan menatap Karl dan Marce yang hanya bisa mematung melihatku.

“ kau taka pa? kau ingin aku ambilkan air hangat?” Tanya Marce

Lalu mataku terasa sembab, dan air mataku mengalir ketika melihat mereka. Tak terbayangkan olehku jika hal itu benar-benar terjadi, menyaksikan Zombie-zombie mengerikan memakan teman-temanmu.

“ Marceline? Karl? … kalian masih hidup?” isakku

Marceline dan Karl menoleh satu sama lain,terlihat kebingungan

Tangisku pecah, aku berlari dan memeluk erat mereka.

“thanks god, it was only nightmare…” bisikku

“ memang apa yang terjadi?” Tanya Karl

“ oh it was really bad, kalian… kalian mati…”

“ what?....”

Marceline dan Karl pun tertawa terbahak-bahak. Tapi aku tak menganggap itu lelucon sedikit pun, entah kenapa aku merasa bahwa mimpiku tadi malam merupakan sebuah peringatan. Aku merasa lega itu hanya mimpi tapi entah kenapa ada perasaan yang menghantuiku.

Aku pun duduk diatas tempat tidurku, hari ini hari Sabtu dan sekolah libur, yang artinya kami bebas berkeliling Marwolaeth, biasanya aku menghabiskan waktu bersama teman-teman nongkrong di Café.

Tapi untuk hari ini, setelah mimpi tadi malam, aku memilih untuk tinggal didalam kamarku dan menghabiskan wakut dengan Marceline dan Karl. Karl membuatkanku coklat panas, dan Marceline dengan senang hati mengusapkan sapu tangan yang sudah direndam air dingin ke wajahku.

Karl duduk disebelahku dan memberikan coklat panas padaku, aku menghirupnya dan serempak Marceline dan Karl menatapku, menunggu aku sedikit tenang agar aku bisa bercerita

“jadi…ceritakan apa yang terjadi…”

Aku menghirup coklat panasku, dan menarik nafas sejenak. Lalu aku menceritakan semuanya, tentang Projecte Verde, tentang Zombie-Zombie yang mengepung kami, dan bagaimana Marceline dan Karl mati mengenaskan, dan aku yang terjun bebas dari Air terjun yang aku prediksi lebih tinggi dari Angel Fall yang merupakan air terjun tertinggi di dunia.

“ Cam, itu hanya mimpi jangan terlalu kau ambil pusing…” bujuk Karl

“ tapi bagaimana kalau benar terjadi? maksudku kau pernah dengar soal mimpi buruk yang menjadi nyata kan?” ujar Marceline

Karl sontak memukul punggung Marceline dan mencubit tangannya

Marceline sadar bahwa aku masih dalam keadaan panik dan ketakutan, dan ia hanya memperburuk semuanya “ aku cuman bercanda kok…”

“ Cam… kau tak mau keluar untuk main seluncuran atau perang bola salju, kau harus keluar untuk merasa lebih baik, ketimbang mengurung dirimu didalam asrama dan terus memikirkan mimpimu…”

Aku menoleh kearah Marceline, entah aku merasa sangat bersalah dengan Marceline, aku terlalu menganggap semua ceritanya tentang Alien, Werewolf, Vampire bahkan Zombie terlalu mengada-ngada, dan tadi malam aku tidak mempedulikan pendapatnya mengenai percobaan Nuklir

Marwolaeth CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang