Marce
Aku membuka mataku, dan tiba-tiba aku sudah berada disebuah ruangan yang biliknya terbuat dari bambu, aku menoleh kekanan dan kekiri dan menemukan teman-temanku sudah sadarkan diri.
“apa yang terjadi?” tanyaku
“mereka menyandera kita dan membawa kita kesini” bisik Karl
“ehem…”
Aku menengok kedepan dan melihat seorang nenek tua duduk didepan kami, di kanan dan kirinya terdapat dua orang laki-laki yang umurnya terlihat tak begitu jauh dari kami, ada yang mengenakan kacamata tebal dan bekaus putih, yang disebelahnya mengenakan Jeans dan berkulit gelap.
Di depan nenek tersebut terdapat sebuah meja kayu dengan banyak bunga, darah, tulang maupun daging yang diletakkan diatas piring dari tanah liat.Tak jauh dari nenek tersebut, terdapat sebuah perapian. Aku menoleh sekilas dan aku melihat beberapa kepala tengkorak dibakar didalamnya, perapian itu mengeluarkan asap yang baunya membuatku mual.
Nenek tersebut terdiam, menatap kami satu – persatu, ia tersenyum kemudian tertawa. Lalu ia mengambil salah satu mangkuk berisi air didepannya, lalu menggerakkan tangannya memutari piring tersebut sambil menutup mata dan mulutnya berkomat-kamit mengucap mantra.
Lalu ia kembali menatap kami.
“ kalian tak usah takut…” ujarnya
Kami hanya terdiam saling memandang
“ kami tak menyembah Zombie, dan kami tak akan menjadikan kalian santapan kami, kami hanya melakukan pemeriksaan pada kalian, dan membawa kalian kemari…”
Aku membenarkan posisi dudukku, merasa sedikit lega, tapi masih penasaran dengan apa yang akan Nenek ini lakukan.
“ dimana kami?” Tanya Cam
Nenek itu tersenyum
“ Kau si Chupacabra rupanya… sudah lama kami tak menemui spesies sepertimu, kami pikir kau sudah punah. Kami ini suku pedalaman di Azzureville, ini kampung kami”
Kami semua memandang Camleave, kenapa dia dipanggil Chupacabra? Dia juga terlihat kebingungan, dan apa maksudnya dengan punah? Memang Cam turunan Chupacabra? Bagaimana dia bisa punya keturunan anjing mistis?
Aku menengok kebelakang, ada sebuah jendela besar, aku melihat keluar jendela, dan aku terkesima melihat perkampungan ini, rumah ini ternyata letaknya diatas pohon - pohon tua yang besar. Sejauh mataku memandang, rumah-rumah berjejer diatas pohon, semuanya terlihat indah dan mengesankan.
“ Kampung ini aman?” Harry bertanya
Nenek itu mengangguk
“kami memasang pengaman, dan kami menyegel tempat ini dengan sihir”
Aku tersenyum “keren”
Lalu melihat Karl dan Cam dengan wajah skeptik mereka.
“lalu kemana para warga di Azzureville? Apakah mereka mati? Apakah mereka menjadi Zombie?”
“mereka pergi, ramalan sudah mengatakan hal ini akan terjadi dan mereka sudah mengantisipasi”
“ramalan? Ramalan apa?” Tanya Karl
“ah kalian orang-orang kota tak tahu apa-apa, kalian hanya mementingkan ilmu pengetahuan dan uang, dimana rasa kemanusiaan kalian? hal ini sudah diramalkan turun-temurun, manusia sudah menjadi mayat, buta dengan uang dan kekuasaan, mereka dikutuk”
Seketika api disebelah nenek itu padam.
Aku berfikir omongan nenek ini terlalu berlebihan.
“nenek tahu apa yang terjadi? Maksudku, kau tahu sesuatu? Kalau memang itu yang terjadi, lalu kenapa kami selamat? Kenapa yang lain menjadi Zombie dan kami tidak?” Tanya Karl
KAMU SEDANG MEMBACA
Marwolaeth City
RomanceCam, Karl dan Marceline adalah tiga sahabat yang tinggal di ibukota Duisser State, Marwolaeth City . Diawali dari mimpi dan ketidak percayaan akan hal-hal ghaib telah mengubah hidup dan kota mereka menjadi gelap gulita. Pembongkaran indentitas merek...