Aku menyalakan radarku, dan mencoba melakukan hal terbaik yang bisa aku lakukan. Aku sudah berkutat didepan monitor berjam-jam untuk mencari dimana keberadaan Vampire itu, tapi entah sampai sekarang aku tidak bisa menemukannya.
Aku memukul meja kerjaku, lalu melempar kertas-kertas dokumen kelantai. Aku terduduk lemas, dan merasa sangat frustasi. Untuk apa Davidson mencari Vampire ini? Dan untuk apa dia membiarkan sisa ras Vampire hidup? Aku tak mengerti apa yang hendak dilakukannya.
Berabad-abad kami menunggu untuk mengembangkan Virus tersebut, dan mencoba mewujudkan ramalan itu, tapi dia begitu bodoh dengan membiarkan satu Vampire pun hidup.
Aku terduduk lemas, dengan api yang seakan menyala kesekujur tubuhku, mengalirkan amarah diatas kepalaku. Aku sudah memonitor ke sepenjuru Duisser State, ke beberapa Negara, sampai bagian terkecilnya, tapi aku tak bisa menemukan dimana Vampire itu.
“Vampire bodoh! Umurnya hanya 17 tahun, dan belum tentu dia masih hidup, aku heran kenapa Davidson selama ini selalu merepotkanku, kalau bukan karena hutangku padanya, aku tidak akan melakukan semua ini”
Aku menggerutu, mencaci -maki dibalik kursi kerjaku. Aku mencoba untuk menenangkan diriku sejenak. Lalu kembali melihat dokumen tersebut, tapi nihil, tak ada informasi yang bisa aku cari.
Aku mengadahkan kepalaku keatas meja, merasa sangat frustasi, mencari mutant tak pernah sesulit ini sebelumnya, dengan radar satellite, aku selalu bisa mendeteksi mutant dengan mudah, lalu kenapa sampai sekarang aku tidak bisa menemukannya?
Aku terdiam, lalu berfikir, apa yang salah?. Aku berdiri, dan mengambil air putih dari dalam kulkas, lalu meminumnya. Aku kembali duduk diatas kursiku, sambil mengutuk sumpah pada Vampire tersebut.
Aku meletakkan botol air putihku, lalu memainkan jariku sambil mengadahkan kepalaku kelangit-langit, lalu aku menoleh ke botol tersebut, dan membaca label yang tertera dipermukaan botolnya.
‘Oxygen…, O… Oracle…”
Mataku membelalak, aku langsung terbangun dari kursiku, seakan aku baru menyadari sesuatu. Betapa bodohnya aku, kenapa aku tak menyadarinya dari tadi, ini semua pasti ulah para Oracle. Aku sudah tahu kalau yang luar biasa harus dipecahkan dengan cara yang tidak biasa pula.
Aku memejamkan mataku, mencoba menerawang, mencoba membayangkan wajah Vampire tersebut, lalu aku seakan menemukannya. Ada banyak rumah-rumah pohon disekitarnya, dan banyak mutant, lalu aku mencoba menerawang dimana tempat itu tepatnya berada, lalu aku menemukan sebuah petunjuk.
“Azzureville…” gumamku
Aku membuka mataku. Aku sudah mengira sebelumnya, ini pasti ulah para Oracle yang memasang pengaman, agar luput dari radarku. Sayangnya…mereka tak bisa menyembunyikannya dariku. Aku langsung mengambil walkie talkie ku dari atas meja, dan menghubungi Davidson.
“David… aku sudah menemukannya, dia di Azzureville, 250 KM dari sini..”
*****************************************************************
Aku menoleh kearah jam tanganku dan waktu sudah menunjukkan pukul 6. Matahari terlihat sudah meninggi dan aku memutuskan untuk kembali ke pondok. Hari ini aku berlatih memanah dengan Instruktur memanahku, Keneddy.
Dia tidak mengajarkanku apapun, tidak satu teknik pun. Dia hanya menatap busurku, lalu memanggil salah satu muridnya yang bernama Sam, dan meletakkan sebuah apel diatas kepalanya untuk aku panah.
Aku sangat ketakutan waktu itu, panahku terbuat dari perak dan Sam adalah seorang Lycan. Tentu saja dia juga terlihat ketakutan karena kalau aku salah sasaran, aku bisa saja membunuhnya.Tapi Keneddy terlihat sangat percaya diri. Dia hanya berdiri disebelahku sambil melipat kedua tangannya dan menungguku memanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marwolaeth City
RomansaCam, Karl dan Marceline adalah tiga sahabat yang tinggal di ibukota Duisser State, Marwolaeth City . Diawali dari mimpi dan ketidak percayaan akan hal-hal ghaib telah mengubah hidup dan kota mereka menjadi gelap gulita. Pembongkaran indentitas merek...