CHAPTER IX
Harry mengetuk-ngetukan tangannya diatas meja, menatapi dimana dadu itu berhenti, ada senyum kecil diujung pipinya
“Azzureville…”
Kami semua menatap Harry, dia pun tersenyum.
“ayo pulang!” serunya sambil berdiri mengangkat kedua tangannya
Aku mengangkat alisku
“pulang?”
Karl menoleh kearahku “ kampung halamannya”
“ aku tak sabar… sudah 3 tahun aku tidak pulang ke Azzureville” serunya sambil mengepalkan tangan ke udara
Kami saling memandang satu sama lain, Harry bisa berseru, bergembira ia akan pulang, tapi ada kecemasan di wajah kami, terutama Karl. Kami semua cukup frustasi, karena kami takut mengecewakan Harry tentang apa yang akan dia lihat.
Bukan apa-apa, tapi aku merasa, sebaiknya Harry tidak banyak berharap karena seperti kubilang dampaknya tidak hanya pada Marwolaeth, tapi sepenjuru Negara bagian dia Duisser State… atau bahkan dunia.
Karl meletakkan kedua tangannya menutupi matanya yang sekejap berwarna merah. Kami sangat ingin membangunkan Harry dan memperlihatkan kenyataan, tapi biarlah sudah, sampai ia melihat sendiri.
“hey ayo tunggu apalagi, berkemas dan aku antar kalian kesana” serunya
Kami semua hanya tersenyum, memasang wajah pura-pura bergembira, kami hanya tak ingin mengecewakannya. Kami berdiri dan segera mengemasi barang-barang kami, dan membawa perbekalan serta senjata.
Setelah semua siap kami berkumpul diruang tengah, Lewinsky berdiri didepan perapian sambil mengusap-usap Frame foto yang dipajang didekat Kepala hewan yang digantung.
Aku pun mendekatinya, dan hanya menyaksikan apa yang ia lakukan, aku melihat matanya memerah, dan berkaca-kaca tapi ia tidak menangis, ia terus memandangi foto tersebut.
Aku melihatnya, seorang anak laki-laki yang mungkin berumur 8 tahun dengan topi Cowboy, membawa Ikan besar ditangannya, disebelahnya ada lelaki Tua berpakaian safari, mengenakan topi Cowboy dengan senapan laras panjang di tangan kirinya, dan pancingan di tangan kanan.
Aku bisa menebak… itu Lewinsky dan kakeknya
“ aku akan merindukan tempat ini…” bisiknya dengan suara parau
Aku menoleh kearahnya, dan ia memandangku, sepertinya ia mencoba tidak menangis.
“aku menghabiskan masa kecilku disini, bersama kakekku, dia sering menceritakan masa mudanya sebagai dongeng sebelum tidur, dia membuatkanku Panekuk hangat, kami biasa berbincang”
Kami terdiam
“ aku tak pernah menyangka akan secepat ini”
Aku menatap Lewinsky dan air matanya mengalir, aku menepuk pundaknya dan memberanikan diri memeluknya. Aku bisa mencium harum tubuhnya, seperti wangi sandalwood
“ kita semua kehilangan kan? Banyak hal yang akan berubah” aku tersenyum
Lalu aku melihat air mata menetes dari matanya, dan ia mencoba menyembunyikannya
“ aku cowok, aku gak boleh nangis…” senyumnya sambil menghapus air mata di pipinya
“ kata siapa?” tanyaku
“kakekku…” ia tersenyum
“kuatlah untuk kakekmu…” aku menepuk pundaknya
Lalu aku berbalik kebelakang dan melihat semuanya memandang kearah kami. Sekilas aku memperhatikan Harry yang terlihat bersemangat untuk pulang ke Azzureville, dan dibelakangku Lewinsky terlihat berat meninggalkan tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marwolaeth City
RomansaCam, Karl dan Marceline adalah tiga sahabat yang tinggal di ibukota Duisser State, Marwolaeth City . Diawali dari mimpi dan ketidak percayaan akan hal-hal ghaib telah mengubah hidup dan kota mereka menjadi gelap gulita. Pembongkaran indentitas merek...