Hari sudah larut ketika kami memasuki gerbang markas para tentara yang dilindungi kawat besi diatasnya. Aku melihat beberapa mobil berlalu-lalang membawa senjata, obat-obatan dan perbekalan. Aku melihat beberapa bangunan dan tenda dengan lambang salip merah, serta pos-pos keamanan yang siap berjaga jika terjadi invasi.
Darah terus mengucur dari kakiku, rasa sakitnya seakan membunuh, aku tidak seharusnya berlari, apalagi menggunakan kekuatanku untuk melesat. Mereka mengatakan kalau mereka punya obat untuk lukaku dan berjanji akan menanganinya.
Mobil berhenti, beberapa tentara keluar sambil membuka pintu bagasi. Mengeluarkan Harry dari dalam dan mendudukkanku diatas kursi roda. Membawa kami berdua kedalam ruang perawatan sedangkan yang lain menunggu diluar.
Aku memasuki sebuah gedung bercat biru dengan tempat tidur yang berjajar dikanan-kirinya. Aku melihat banyak mutant yang sedang dirawat dengan selang infus yang mencuat dari pergelangan mereka.
Tentara yang mendorong kursi rodaku memberhentikan langkahnya disebuah tempat tidur yang terletak dipaling ujung, kemudian dia membantuku naik keatas ranjang. Disebelahku, terbaring Harry yang sedang diberi bantuan pernafasan dan beberapa obat untuk menyembuhkan beberapa lukanya.
Sekumpulan perawat dan dokter mendatangiku sambil membawa beberapa meja dorong dengan baskom-baskom berisi air dan beberapa handuk. Beberapa ada yang membawa semacam kawat jeruji melingkar yang nantinya mungkin akan dipasangkan dikakiku.
Perawat-perawat tersebut kemudian menggulung celanaku sampai kelutut. Tulang keringku terlihat memar, biru dengan sebuah luka yang cukup besar dan darah segar yang mengalir.
“belum terinfeksi…” ujar salah satu dokter
Mereka bergegas membersihkan lukaku dengan air dan alcohol yang terasa begitu perih sambil mencoba menghentikkan pendarahanku. Setelah kering dan bersih mereka memberikan semacam obat merah yang dioleskan dan sebuah balsam. Kemudian mereka membalut kakiku dengan gisp dan memasangkan kawat mengelilingi kakiku.
“ini akan butuh waktu yang cukup lama, mungkin paling cepat dua minggu atau mungkin sebulan…untungnya patahnya tidak sampai keluar permukaan daging, jadi tidak butuh proses yang terlalu lama” ujar seorang dokter yang mengenakan kacamata.
“Aku boleh kembali bersama teman-temanku? Karena sepertinya aku merasa kurang nyaman disini”
Dokter itu tersenyum kemudian membantuku turun menaiki kursi rodaku, membawaku pergi meninggalkan ruangan ini dan Harry didalamnya. Ketika aku keluar aku melihat Rick, Jack, Owen dan Marceline yang sudah berdiri menungguku.
“ sudah selesai? Bagaimana rasanya?” tanya Marceline
“sedikit lebih baik…”
“dimana Harry?”
“dia masih didalam, mereka sedang membantunya bernafas”
Seorang tentara berkulit hitam dan berseragam lengkap yang tadi datang menyelamatkan kami di hutan berjalan mendekat sambil tersenyum. Pria itu mengenakan sebuah seragam berwarna biru pucat dengan topi diatasnya, aku bisa melihat seragamnya yang bertaburan nelaca dan bintang-bintang. Aku memandang wajahnya, dari sorot matanya yang menyala dibawah bulan aku bisa menebak…dia seorang Lycan
“ Perkenalkan aku Edwin, aku salah satu komandan disini. Kami punya sebuah gedung dengan banyak kamar dan aku rasa akan lebih aman jika kalian masuk ke sana dulu agar kalian bisa beristirahat… it’s a tough day…” ujarnya sambil menjabat tangan kami satu-satu
Dokter dibelakangku tersenyum lalu menyerahkan kursi rodaku ke Marceline dan membiarkannya mendorongnya untukku.
“Edwin benar, sebaiknya kalian beristirahat…”
KAMU SEDANG MEMBACA
Marwolaeth City
Storie d'amoreCam, Karl dan Marceline adalah tiga sahabat yang tinggal di ibukota Duisser State, Marwolaeth City . Diawali dari mimpi dan ketidak percayaan akan hal-hal ghaib telah mengubah hidup dan kota mereka menjadi gelap gulita. Pembongkaran indentitas merek...