Aku, Raymond dan Harry mencoba untuk terus bertahan dibalik tank, mereka tidak akan bisa menangkap kami karena setidaknya mata kami tertutup. Tapi yang menjadi permasalahan bukan hanya itu.
Ada banyak Zombie berkeliaran, dan terkadang kami tidak bisa mengekspetasi hanya melalui indra penciuman karena faktanya mereka bisa datang dari mana saja.
Seketika aku merasa ada angin berhembus yang berasal dari kepakan jubah Vampire. Aku membuka sedikit mataku kemudian melihat Marceline, Rick, Cam dan Lewinsky bersama Glenn, Travis dan Alison.
Aku tersenyum memandang mereka karena setidaknya, teman-temanku sudah berkumpul semua. Aku mengalihkan pandanganku pada Rick, karena biasanya ia yang mengetahui hal-hal seperti ini.
"Rick, haruskah kita menunggu matahari muncul?" tanyaku
Rick duduk didekatku, kami semua memandangnya menunggu jawabannya
" sebenarnya bisa... tapi aku tidak yakin kalau ini akan membantu, belum lagi aku tidak yakin punya bendanya..."
"Benda?"
Rick mengangguk " iya, Golden Pendant..."
"jangan! Jangan Golden Pendant..." ujar Raymond dengan nada ketakutan
Rick menoleh kearah Raymond
" apa-apaan ini? Vampire? Dari..???" serunya terkejut
" Rick... kita bahas ini nanti" ujarku
Rick memandangku, menyadari kalau penjelasannya bisa lain kali.
" Kita bisa menggunakan Golden Pendant bertuah untuk menghasilkan cahaya yang menyerupai cahaya matahari. Sebenarnya pada dasarnya cahaya yang dikeluarkan mungkin seperti lampu senter, tapi Hantu-hantu ini hanya bisa terkecoh dengan cahaya buatan Golden Pendant..."
"Tapi... kita kan tidak punya Golden Pendant..." Ujar Marceline
" jangan! Jangan Golden Pendant, itu bisa melukai Vampire, cahayanya begitu kuat!" Seru Travis
" Kalau masalah itu bisa kita akali..." sergah Alison
Kami semua diam tanpa pilihan. Goldent Pendant itu berada entah dimana, Mungkin pilihan satu-satunya memang seharusnya kita menunggu matahari muncul. Entah kapan waktunya
" eh uhm... Golden Pendant itu seperti apa ya?" tanya Lewinsky
"Bentuknya bulat, permukaannya dari emas ditengahnya ada batu berwarna merah yang menyala..."
Lewinsky mengerutkan keningnya memandang Rick, ia mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya, kemudian ia mengelurkan benda yang berbentuk seperti kalung. Kurang lebih terlihat seperti kalung milik Meggie, tapi warna batunya merah.
" ini bukan?" tanya Lewinsky sambil menunjukan kalungnya
Rick tercengang memandang benda tersebut, ia mengambilnya dan tersenyum tidak percaya.
"darimana kau dapat ini!???" tanyanya
" ehm... Owen memberiku..."
"Owen!??"
Ekspresi wajah Rick berubah, Marceline memandang Lewinsky mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi kami tidak punya banyak waktu untuk berdebat dan bercerita.
" apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Harry
Rick memandang kami semua sambil memainkan Golden Pendant tersebut
" Seseorang harus memantulkan cahaya golden pendant ini, dengan emas juga. Membawanya tidak jauh dari gerhana, nanti cahaya nya akan tersebar"
"lalu bagaimana dengan Vampire?" protes Raymond
Rick tersenyum " masuk kedalam gedung, tutup mata kalian, berlindung dengan jubah, semudah itu kan?" ujarnya
Raymond mengangguk kemudian menoleh pada saudara-saudaranya
"Beritahukan yang lain..." ujarnya sambil melompat terbang
Rick menoleh pada Perisai Harry, ia mengambilnya dan memberikannya pada Cam.
"lakukan..." ujarnya
" aku... aku gak mengerti..." ujar Cam gugup
"Dekati gerhana, pantulkan cahaya pendant ini dengan perisai Harry..." ujarnya sambil menyodorkan dua benda tersebut.
" Cam..." ujar Marceline sambil memandangnya
" Mungkin memang benar ada di tanganmu..." senyumnya
Cam tersenyum, kemudian ia mengambil perisai dan golden pendant tersebut. Ia berdiri, dengan matanya terbuka menatap kami kemudian ia tersenyum.
" wish me good luck..."
Cam melompati salah satu mobil dan terbang mendekati gerhana. Di satu sisi langit di penuhi Vampire yang menyerobot masuk kedalam gedung lewat jendela, memecahkan kaca-kaca.
Sedangkan kami disini, memutukan untuk masuk kedalam Tank sambil menutup mata kami, berharap setidaknya Zombie dan pasukan itu tidak akan menganggu kami selama pintu tank dan mata kami tertutup rapat.
Tapi sesekali aku mengintip keluar melalui periskop yang ada di dalam. Aku melihat Cam yang terbang melesat, naik mendekati gerhana walau terkadang Hantu-hantu itu menghalaunya tapi dia bisa menggunakan Perisai Harry dan pendant itu dengan baik.
Tidak lama, ia sampai, sambil menutup matanya ia memantulkan cahaya dari pendant tersebut. Seketika cahaya yang begitu terang memantul ke sepenjuru Marwolaeth. Cam terlihat berbeda, mata putihnya menyala, ada kekuatan yang seakan mengelilinginya.
Aku mengadahkan tanganku, melindunginya dari cahaya yang masuk. Cahaya itu menyebar ke sepenjuru kota menembus kabut-kabut putih didepannya. Tidak lama hantu-hantu itu lenyap entah kemana bersama dengan kabutnya. Menyisakan teriakan-teriakan kesakitan dan ringkikan kuda.
Aku kembali membuka mataku, membuka atap Tank dan merasakan angin yang berhembus keluar dengan salju yang turun memberat. Aku menatap Cam yang ada diatas langit perlahan turun dengan warna matanya yang seketika berubah menjadi merah.
Aku keluar, dan kami berlari kearah Cam. Diatas gedung para Vampire mengintip dan bertebaran turun ke jalan.
"sudah? Sudah selesai???" tanya Cam girang
Aku tersenyum walau sebenarnya aku tidak yakin perangnya sudah usai. Mendadak, langit kembali menyambarkan petir dan kilatnya. Suara tawa menggema di sepenjuru Marwolaeth.
Sebuah Limosin hitam berhenti tidak jauh di depan kami, dari dalam muncul Davidson, Owen dan ayahnya seakan berdiri menyambut kami dengan stelan jas mereka.
" Jangan senang dulu Vampire... itu baru Appetizer nya, kalian belum merasakan Main Course nya belum lagi Dessert..." ujar Davidson
Aku memandang Owen tidak percaya, dari matanya aku bisa melihat keengganan dan keterpaksaan tapi pengkhianat tetaplah pengkhianat, no excuses. Kilat dan petir menggema tidak karuan, aku menoleh ke kanan dan kekiri melihat hanya ada beberapa tentara yang masih tersisa.
Zombie-Zombie sesekali muncul walau jumah mereka tidak sebanyak tadi, setidaknya hantu itu sudah lenyap sekarang, tapi perasaanku masih tidak enak. Tiba-tiba aku mendengar suara serupa retakan, tapi ketika aku menoleh ke bawah, tanah dibawah kakiku baik-baik saja.
" Karl..." ujar Harry sambil menunjuk langit.
Aku melihat lubang besar seperti retakan diatas langit Marwolaeth, dari celahnya bermunculan monster-monster yang entah apa itu.
" portal Underworld terbuka..." gumam Rick
" bagaimana kita menutupnya?" tanyaku
" Hanya ada satu cara, kita harus membunuh Typhon..." gumamnya
Tidak lama, tanah di bawah kakiku retak dan membelah, aku mengangkat kakiku , mencoba menghindari retakan tersebut. Tidak lama, keluar Mongolian Worm dari dalam tanah. Mereka muncul dalam jumlah yang banyak.
" LARI!!!!" teriak Rick
Harry langsung menarik tanganku, kemudian kami berlari tunggang langgang dari kejaran Mongolian Worm tersebut. Sejujurnya aku percaya dengan Mongolian Worm walau aku menyimpulkan kalau mereka adalah cacing purba yang telah punah. Setengah percaya, setengah tidak. Beberapa penduduk yang tinggal di gurun Mongolia kadang mengatakan kalau mereka sering menjumpai cacing ini yang memakan sapi-sapi mereka.
Mongolian Worm adalah cacing raksasa panjangnya seperti 3 buah bus sekolah yang dijajarkan, mereka tidak punya mata, hanya mulut yang besar dengan gigi-gigi menyerupai gergaji. Dan yang mengejutkan lagi, mereka menembakan setruman listrik dari mulut mereka.
Aku tidak tahu harus berlari kemana, sedangkan Cam bisa dengan mudahnya terbang dan menghindar. Cacing itu masih mengejar kami dibelakang, keluar masuk dari dalam tanah, Zombie-Zombie dilahapnya, setidaknya pekerjaan kami dari Zombie Apocallypse tidak begitu membebani lagi.
Tapi mereka bergerak begitu cepat belum lagi tanah dibawah kakiku retak dan membelah dengan cepat seiring dengan langkah kakkiku. Kalau aku melambat, maka tanah ini akan runtuh dan bisa saja aku habis dilahap cacing tersebut.
Aku hendak berbelok tapi langkahku terhenti ketika muncul Cacing didepan kami yang sudah mengumpulkan listrik di mulutnya untuk diluncurkan kearah ku. Harry mendorongku untuk menghindar kemudian kami terjatuh di atas tanah selagi listriknya melesat mengenai Mongolian Worm yang lain.
Aku baru saja akan bangkit ketika tanah dibawah kakiku runtuh, dan perlahan aku terjatuh kedalam lubang yang entah berapa dalamnya, tapi Harry menggenggam tanganku.
Aku tahu bahkan Harry sekalipun tidak akan bisa bertahan lama diatas tanah sambil menggenggam tanganku karena sepertinya jalan dibawahnya juga tidak lama akan runtuh.
Aku memandang Harry, dia mencoba menarikku tapi tanganku tidak kuat menggenggamnya, mata Harry membelalak ketika ia memandang ke bawah tanah. Aku menoleh dan terkejut menemukan mulut cacing-cacing itu yang menganga tidak jauh dariku.
Di sisi lain, tanganku terlepas dari genggaman Harry. Aku berteriak, sedangkan Harry tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolongku. Aku hampir masuk kedalam mulut sang cacing, tapi sesuatu melesat menangkap tubuhku.
" Ray???" ujarku sambil perlahan membuka mataku
Raymond tersenyum memandangku, aku menoleh menatap Harry yang terlihat terkejut dengan apa yang baru ia saksikan, kemudian Travis melesat dan membawanya pergi.
Mereka mendaratkan kami diatas gedung, memberi kami sedikit waktu untuk berfikir apalagi yang bisa kami lakukan untuk menyelamatkan diri. Kami memandang portal Underworld yang menganga, mengirimkan entah mahluk apalagi yang akan datang.
Aku menghela nafasku, lelah... aku tidak yakin bisa bertahan untuk beberapa jam lagi.
"bagaimana kita bisa membunuh Typhon kalau dianya saja tidak ada..." protes Marceline
"siapa bilang tidak ada?" ujar Rick
Aku memandang Rick mencoba menebak apa isi kepalanya
" dia ada di dekatmu, kau mau menunggunya berubah wujud? Dia itu pengecut mungkin tugas kita adalah... bertarung disini, karena yang akan menyelesaikan Typhon adalah bangsa Vampire"
Aku menoleh kearah Cam, langit-langit dipenuhi oleh Vampire yang berlalu lalang bagaikan burung Gagak. Tentara-tentara yang masih tersisa mencoba menumbangkan Cacing-cacing yang keluar masuk tanah. Membuat jalan rusak, berlubang dan bergelombang.
Marwolaeth porak-poranda, beberapa gedung roboh dan membuat gempa diatas tanah. Api dimana-mana, bom-bom berjatuhan. Sedangkan diatas langit helikopter-helikopter baru bertebangan keluar menembakkan peluru ke cacing-cacing dibawah.
Ini salah, semua ini salah. Setelah Zombie, pasukan Hantu itu datang dan tidak berapa lama setelah mereka menghilang cacing-cacing raksasa muncul. Entah mahluk-mahluk apalagi yang akan keluar dari portal Underworl diatas langit.
Tanah berguncang, sesuatu menerobos keluar dari tanah, aku melihat mahluk yang begitu menyeramkan keluar sambil membawa semacam tongkat Baseball tapi dengan duri-duri di permukaannya.
Mereka tinggi, mungkin sekitar 10 meter. Kulitnya bersisik seperti kulit ular berwarna ungu, rambut mereka seperti Medusa, mata merah dan taring layaknya Dracula, ekor mereka begitu panjang dan tajam menghancurkan tank-tank yang ada di belakang mereka.
Keadaan memanas dan aku mulai ketakutan, perang akan berakhir sampai Vampire menghancurkan Typhon dan selama itulah kami harus bertahan entah bagaimana caranya.
" itu apa?" tanyaku menunjuk mahluk-mahluk yang berjalan menyisir jalanan Marwolaeth.
"Dracanae..." gumam Cam
Aku tidak tahu apa itu Dracanae, tapi sepertinya Cam tahu cukup banyak tentang mahluk-mahluk mitologi kuno. Iya, dia memang terobsesi dengan cerita dewa-dewi yunani walau ia tidak pernah mempercayai mereka.
" Okay demigod, kau tahu apa yang harus kau lakukan?" tanyaku pada Cam
Cam diam-diam tersenyum ketika aku memanggilnya demigod, aku cukup terkesan dia masih bisa tersenyum di saat seperti ini.
" uhm... aku tidak tahu, tapi mereka tidak sekuat apa yang terlihat..." ujarnya
Aku kembali melongo kebawah, Dracanae tersebar di jalanan, mungkin jumlah mereka lima atau tujuh. Entah kenapa, Zombie sudah tidak terlihat semengerikan mereka sebelumnya.
" Aku akan coba sesuatu, mungkin itu bisa membantu..." ujar Cam
Cam melesat turun kebawah, menemui segerombolan Dracanae dan cacing-cacing di depannya. Cakarnya melesat membuntungi Cacing-cacing tapi tidak cukup kuat menghancurkan Dracanae di depannya.
"aku pikir kekuatan mereka tanpa batas..." sergah Marceline
Aku menatapnya, kemudian ingat kalau memang seharusnya kekuatan Vampire akan ada dalam titik tanpa batas pada hari ini.
" pada waktu yang tepat..." ujar Rick
Aku tidak mengerti dengan semua ini, kekuatan Vampire tanpa batas tapi sampai sekarang mereka belum bisa melumpuhkan kekacauan yang terjadi. Aku merasa aku tidak bisa hanya diam disini. Tanpa berfikir aku terjun kebawah, melayangkan jubah hitam yang diberikan Meggie.
Kakiku mendarat diatas Taxi kuning yang tidak lama lagi akan jatuh kedalam lubang. Aku berlari, melompati atap-atap mobil dibawah kakiku selagi tanah hendak rubuh.
Aku tidak punya rencana apapun, selain menghancurkan monster-monster ini sebelum lebih banyak lagi yang datang . Beberapa Zombie mendekatiku tapi itu tidak terlalu menjadi masalah karena tidak begitu lama mereka juga jatuh masuk kedalam tanah.
Aku berlari hendak mendekati Cam ketika sulur-sulur akar mencuat dari dalam tanah dan membelit kakiku. Aku terjatuh, sulur itu menarikku, aku menengok kebawah dan aku melihat bongkahan besar tanah-tanah bersalju tiba-tiba bangkit dan mereka memiliki mata yang menyala.
Aku merogoh Samuraiku dan memotong sulur-sulur yang melilit kakiku. Aku kembali berlari walau sulur-sulur di belakangku terus mengejarku. Helikopter diatas kepalaku menembakan peluru pada tanah-tanah itu. Kemudian dibalik kemudi muncul Edwin.
Tangga helikopter terbuka, ia menginjakkan kakinya diatas tanah. Dibelakangku aku melihat Marceline dan yang lain memasuki tank walau aku ragu tank bisa membantu.
" apa yang bisa kita lakukan?" tanyaku pada Edwin
Edwin tidak menjawab pertanyaanku, matanya memandangi langit. Aku melongok keatas dan menemukan 3 matahari yang berjejer diatas langit. Mataku tidak bisa mempercayai apa yang aku lihat, kemudian sebuah cahaya berwarna kuning muncul dari dalam tanah seakan membelah langit.
" KARL!!!" teriak Rick dari balik Tank
" Katakan pada Cam kalau para Vampire harus tersebar tidak jauh dari tiga titik cahaya, akan ada dua cahaya lagi nantinya membentuk segitiga sama kaki, tapi aku butuh kordinat yang spesifik..."
" kordinat yang spesifik?" tanyaku
" cahaya itu akan melesat tegak lurus dengan tiga matahari, minta para Vampire ada disana, biar kita yang urus masalah disini..." ujar Rick seraya melompat keluar dari balik Tank.
Rick berlari mendekatiku, sambil membawa busur dan panah milik Cam. Ia melemparkannya padaku.
" Suruh Cam berada pada sudut 90 derajat segitiga... itu ada di cahaya yang pertama, kalau Typhon datang, suruh dia lesatkan panahnya tepat di dada..."
Aku mengangguk mengerti, kemudian aku kembali berlari dan melompat melayangkan kakiku mendekati Cam.
" CAM!!!" teriakku
Cam menengok sambil menorehkan cakarnya pada wajah Dracanae di depannya.
"iya???"
Aku melempar busur dan panahnya, Cam berhasil menangkapnya, kemudian ia memandangku dengan wajah kebingungan.
"ini?"
"dengar, ada 3 matahari diatas sana, mereka membentuk segitiga. Masing-masing akan melesatkan cahayanya, sudah ada satu yang akan menjadi sudut ke 90 derajat. Aku mau kau kesana, lalu lesatkan panahmu di dada Typhon jika ia datang"
Cam memandang cahaya yang melesat di matahari yang pertama, ia mengangguk pelan kemudian terbang menuju kesana. Aku memandang langit dengan retakan-retakan yang memunculkan lava api diatas. Kemudian aku melihat sesuatu melesat memenuhi langit.
Aku memicingkan mataku, mencoba melihat apa itu. Kemudian aku terkejut ketika melihat elang-elang raksasa memenuhi langit, mengejar Vampire-Vampire yang tersebar.
" Aku tidak akan membiarkan kalian Sampai pada Matahari!!!" ujar suara Davidson yang menggema...
KAMU SEDANG MEMBACA
Marwolaeth City
RomanceCam, Karl dan Marceline adalah tiga sahabat yang tinggal di ibukota Duisser State, Marwolaeth City . Diawali dari mimpi dan ketidak percayaan akan hal-hal ghaib telah mengubah hidup dan kota mereka menjadi gelap gulita. Pembongkaran indentitas merek...