Niall's pov
Tour kami telah selesai. Kami kembali pulang kerumah, aku sangat rindu dengan istriku.
"I'm home!" teriakku setelah membuka pintu rumah. Tidak ada jawaban, aku berlari ke dapur dan tidak menemukan Keenan. Lalu aku berlari kekamar juga tidak menemukannya, sampai pada akhirnya aku menemukannya di balkon.
Berdiri menatap langit dan cuaca yang indah pagi ini. Aku berjalan pelan tanpa langkah suara, lalu memeluknya dari belakang. Menopang daguku dipundaknya dan menciumi pipinya. Aku tahu perempuan selalu suka jika dipeluk dari belakang.
"Niall you surprised me!" ucap Keenan.
"Hey what you doin here?"
"Aku hanya-- aku hanya mencari nama yg bagus untuk anak kita"
Apa iya benar benar excited untuk mengadopsi seorang anak? Ia belum tahu bahwa aku sudah tahu tentang rencananya. Jadi aku akan berpura pura tidak tahu didepannya.
"Anak?" tanyaku.
"Astaga. Aku lupa memberi tahumu. Perrie menyarankanku untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan. Menurutnya siapa tahu anak itu bisa membawa nilai positif untukku. Apa kau setuju Niall?"
Aku bisa melihat matanya yg berbicara seperti memohon.
"Niall?"
"Apa aku pernah tidak menuruti permintaanmu Keenan?"
Ia langsung memelukku dan mencium bibirku lama.
**
Keenan pov
Pengurus panti asuhan itu benar benar menyambutku dan Niall dengan baik. Setelah berdebat cukup lama dengan Niall, akhirnya aku memutuskan untuk mengadopsi seorang anak perempuan. Niall menginginkan anak laki laki, aku tidak mau. Aku ingin perempuan. Dengan terpaksa, Niall menurutiku. Ia memang selalu menurutiku.
"Tapi maaf tuan Niall, sebaiknya anda tidak ikut istri anda dalam memilih anak nanti" ucap Mrs.Jane, pengurus panti itu.
"What? but why mrs.jane? aku berhak ikut memilih" protes Niall.
"Begini, anda bisa dibilang orang terkenal, anak anak pasti ingin diadopsi oleh anda tapi anda hanya menginginkan 1 orang anak kan? Akan menyakitkan perasaan yg lain jika mereka tidak terpilih, uhm anda mengerti kan?"
Sebenarnya memang ada benarnya omongan Mrs.Jane tapi akupun ikut bingung jika Niall tidak disampingku nantinya.
"Aku ada cara agar aku bisa ikut memilih" ucap Niall.
**
Hanya dengan kacamata kotak berlensa bening saja Niall melakukan penyamaran. Syukurlah anak anak tidak mengenalnya. Aku dan Niall sudah memilih seorang anak perempuan.
Umurnya 4 tahun, namanya Lucy.
Biar kujelaskan dari fisik, ia tidak begitu tinggi yaa normal nya anak seumur dia lah tingginya. Rambutnya lurus berwarna blonde, Niall senang akan ini. Matanya biru seperti aku dan Niall. Bibirnya tipis dan hidungnya hampir mirip denganku.
Aku pamit membawa Lucy dari panti asuhan ini. Sampai dimobil sekarang pun Lucy belum tahu bahwa Niall yg mengadopsinya.
"Lucy are you happy?"
Ia menunduk.
"Lucy?" panggil Niall. Kali ini ia menoleh.
"Aku seperti pernah mendengar suaramu" Lucy menunjuk Niall yg sedang menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH (On Editing)
Fanfiction"Where there is a hope, there is a faith. When there is a faith, miracles happened" Sequel from Deserve. [One Direction's Fanfiction] [Status: belum di revisi]