Niall pov
Malam ini terasa aneh. Maksudku Keenan yg aneh. Ia menjadi cuek secuek cueknya denganku. Sebenarnya apa yg terjadi?
Misalnya seperti saat makan malam tadi, saat ia tidak menerima sepiring nasi yg padahal sudah aku siapkan untuknya. Atau seperti saat ia bermain dengan riang bersama Cal lalu aku datang dan tiba-tiba ia pergi meninggalkan ku dan Cal.
Aneh.
Sekarang aku mencoba merayunya lagi. Kulihat ia sudah masuk kamar dengan pijamanya. Aku segera membuatkan segelas susu untuk ibu hamil ini. Lalu kubuka pintu kamar perlahan, Keenan sedang duduk didepan meja riasnya sambil membersihkan wajahnya dengan krim malamnya.
"Here for you babe" aku menyodorkan gelas ini namun ia malah mengabaikanku. Tidak menjawab dan masih sibuk dengan wajahnya semula.
"Apa-apaan ini? Kau mengabaikanku sedari kemarin, Keenanta!!!" aku membentaknya sambil mendorong pelan pundaknya. Akhirnya ia menoleh.
"Aku tidak butuh apapun darimu" Ia menepis gelas yg kubawa sehingga gelas itu jatuh dan pecah, susu yg kubuatkan pun bertumpahan.
"Kau egois, Keenan! Beritahu aku apa yg membuatmu marah padaku?"
"Sungguh kau mau tau apa yg membuatku marah padamu?" Aku mengangguk ragu.
"You are the stupid man, Horan! Now i know everything!" Sungguh jantungku berdetak cepat kali ini.
"What you mean?"
"Aku sudah tahu sekarang. Aku tahu semuanya, Niall! Aku tahu seharian ini kau mengajak anakku kerumah pacarmu itu. Iya kan?" ia berteriak didepan wajahku.
"Hei pacar? She's not!" jawabku berusaha berbohong dan ia mendecak.
"Seharusnya kau bilang dulu dengan Cal untuk tidak memberi tahu padaku apa yg kalian lakukan hari ini. Seharusnya kau ancam Renai untuk tidak mengadu padaku bahwa kau dan dokter sialan itu resmi berpacaran jika kau tidak mau semua ini terjadi!!!"
Aku tidak bisa menjawab apa apa. Sungguh.
"Aku...aku ikhlas. Aku ikhlas jika kau berpacaran dengannya. Aku bisa apa? Aku hanya bisa marah. Aku sadar diri, dokter itu yg menyelamatkan hidupku. Kurelakan kau dengannya, Niall."
Ia pergi meninggalkanku disini sendirian. Aku masih terperangkap oleh perkataannya tadi. Aku tidak bisa mencegahnya.
**
Keenan pov
Tok tok tok.
Aku mengetuk pintu ini kencang. Karna bel sialan ini yg sama sekali tidak membantuku. Aku akan tidur dirumah Zerrie malam ini. Aku muak dengan Niall. Tentang Cal, aku percayakan ia dengan Renai. Jadi aku bisa sedikit tenang.
Akhirnya Zayn membuka pintu. Ia memandangku dari atas sampai bawah. Aku masih menahan tangisku. Tapi akhirnya tidak bisa. Aku memeluk Zayn dan menangis sejadi jadinya.
"Keenan what happen?" tanyanya lalu aku melepas pelukanku.
"Where's perrie?"
"Dia ada diatas. Dikamarku"
Aku segera berlari menuju kamar Perrie. Lalu membuka pintunya, aku melihat Perrie yg baru saja menutupi dirinya dengan selimut lalu aku langsung memeluknya.
"Keenan? Hey ada apa?"
**
Zayn pov
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH (On Editing)
Fanfiction"Where there is a hope, there is a faith. When there is a faith, miracles happened" Sequel from Deserve. [One Direction's Fanfiction] [Status: belum di revisi]