Niall's pov
Aku baru saja pulang dari studio bersama the boys. Seperti biasa, rumahku selalu ramai dengan anak-anak. Sayangnya mereka bukan anakku, melainkan anak-anak dari teman-teman satu band ku. Tidak salah lagi pasti ibu mereka yang membawa mereka kesini. Itu karena rumah kami saling berdekatan, bahkan rumahku dan Zayn berhadapan. Sedangkan rumah Harry, Liam dan Louis hanya berjarak sekitar 1 atau 2 rumah.
"Hellooo, kiddo!" sapaku saat membuka pintu. 2 orang anak menghampiriku.
"Uncle!" pekik mereka. Yang hadir malam ini hanya Danisha dan Peter. Mereka berumur 2 tahun setengah, sedangkan James dan Catherine baru berumur 1 tahun setengah. Mereka memang sedang lucu-lucunya. Aku menggendong anak Zayn dan Harry ini lalu mencium keduanya.
"Keenan, kau dimana?" teriakku. Aneh.. Disini ada anak yang masih kecil tapi dimana istriku? Dimana ibu kedua anak ini? Dasar bodoh, anak kecil ditinggal begitu saja.
"Dimana ibumu, Dan?" tanyaku pada Danisha.
"I think she's in aunty room" jawabnya. Danisha memang yg paling pintar berbicara diantara yang lainnya. Aku menggendong kedua anak ini lalu menaiki lantai atas mencari Keenan. Sampai di depan kamarku, aku seperti mendengar orang sedang mengobrol. Aku menyuruh Danisha, dan Peter untuk diam, lalu aku sedikit mengintip kebalik pintu itu.
Di dalam kamarku, aku melihat Keenan sedang menangis dipelukan Perrie, sedangkan Camilla mengelus punggungnya. Hey-- apa yg terjadi?
"...Bisa kau bayangkan kan bagaimana perasaanku?" Suara Keenan terdengar sangat menderita, membuatku terkejut bukan main.
"Uncle, let me down!" teriak Peter.
Shit! Peter tidak bisa diam, Keenan dan yang lainnya pasti mendengarnya dan menyadari kehadiran kami. Aku pun bertingkah senormal mungkin di depannya setelah masuk ke dalam kamar menyusulnya.
"Hi girls!" aku melambaikan tanganku.
"oh hi, Niall" sapa Camilla balik.
"Hey, apa Zayn sudah pulang juga?" tanya Perrie. Aku melirik kearah Keenan yg sedang menutupi wajah demi menghapus air matanya. Aku benar-benar tidak sabar ingin menanyakannya.
"Niall?"
"Uhm, ya?"
"Apa zayn juga sudah pulang?" Perrie mengulang pertanyaannya.
"Oh ya, ya tentu Zayn dan yang lainnya sudah pulang juga"
"Baiklah aku juga akan pulang, come on, Danish!" Perrie menggendong anaknya itu lalu pamit kepadaku dan Keenan, ia menuruni anak tangga dan menghilang dari pandanganku.
"Aku juga akan pulang. Harry pasti menunggu makan malamnya" sambung Camilla.
"Baiklah" ucap Keenan. Camilla dan Peter pun pergi. Kini hanya ada aku dan Keenan diruangan ini, dikamar kami.
"Hey, apa kau menangis? Ada apa?" Tanyaku kala mengelus rambutnya.
"Menangis? Tidak aku tidak menangis"
"Dont lie to me, Hun."
Keenan menatap kedua mataku dengan mata yang berbinar-binar. "Jika aku bercerita, berjanjilah kau akan menurutiku?"
Menuruti? Ah... Not again.
"Okay"
**
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH (On Editing)
Fanfiction"Where there is a hope, there is a faith. When there is a faith, miracles happened" Sequel from Deserve. [One Direction's Fanfiction] [Status: belum di revisi]