Keenan pov
Niall sangat senang akan kehamilanku, tapi ia juga menjadi sangat over protective, dan itu sangat mengganggu. Bayangkan saja, aku tidak boleh menggendong Danisha yg beratnya tidak seberapa.
Apa lagi menggendong Cal yg beratnya lebih besar dari Danisha? Aku juga tidak boleh berbelanja keperluan sendirian. Bahkan aku tidak boleh berjalan-jalan kemanapun tanpa Niall. Bodoh. Ini berlebihan. Kalau begini terus bisa-bisa aku seperti orang lumpuh.
Hari ini kebetulan Niall tidak ada dirumahku. Ia bilang ia akan pergi tapi tidak memberi tahu pergi kemana dirinya. Kandunganku sudah berjalan 3 bulan, perutku sudah makin terlihat bahwa aku hamil. Berita kehamilankupun sudah menyebar luas keseluruh dunia. Kau tahu lah, siapa sih di dunia ini yg tidak mengenal Niall?
**
Sophia dan Perrie mengunjungiku dirumah dan membawakan beberapa donat untukku dan Cal.
"Where's Niall?" Sophia bertanya.
"Aku tidak tahu. Dia hanya bilang bahwa ia akan pergi, tapi tidak mengatakan kemana tujuannya" jawabku seadanya.
"Dia tidak bilang apapun?" tanya Sophia lagi dan kemudian aku mengangguk. "Aku takut yg dibilang Liam itu....benar" sambungnya membuatku kebingungan. Aku dan Perrie menoleh kearah Sophia yg kebetulan berada ditengah-tengah kami.
"what you mean?"
"ah...ng...aku..." Sophia terlihat gugup, ada apa dengannya?
"Sophia jawab!" suruhku dan ia membuang nafasnya perlahan sebelum menjawab.
"Liam bilang padaku bahwa.....Niall pernah blushing saat ia menceritakan tentang...uhm...siapa ya aku lupa namanya!"
"Damn! Sophia kau membuatku penasaran" protes Perrie yg sudah sama kesalnya denganku.
"Itu loh-- dokter yg menanganimu itu aduh aku lupa" Sophia mengetuk-ngetuk kepalanya berusaha mengingat.
"Dr.Evelyn" aku menyebutkan namanya lesu.
"Hey-- ada apa, Kee?"tanya Perrie kepadaku, aku menoleh. Sebaiknya aku menceritakan kecurigaanku ini kepada mereka karna bagaimanapun juga mereka sahabatku.
**
Niall pov
Aku menelfon Renai, baby sitternya Cal untuk tidak menjemput Cal disekolahnya hari ini karna aku yg akan menjemputnya. Dari kemarin, Keenan sama sekali tidak bicara denganku. Maksudku ia hanya bicara sepentingnya padaku. Entah apa yg sedang terjadi.
Apa mungkin ia marah karna kemarin aku pergi? Tapi bukankah ia sudah memberi izin? Atau ia marah karna aku tidak memberi tahu kemana aku akan pergi? Lagipula memang ia akan mengizinkan jika aku pergi dengan Eve?
Ups...
Ya. Iya aku memang pergi dengannya kemarin. Hanya menemaninya berbelanja makanan untuk persediaannya di apartemennya nanti. Sekaligus aku membantunya. Karna kemarin ia baru saja pindah dari NY ke London. Ia bilang pekerjaannya menjadi doktor disana sudah selesai. Karna di sini, di London ia akan membuka praktik sendiri. Lebih tepatnya klinik kecil-kecilan.
Lupakan dulu tentang Eve. Karna sekarang aku sedang bingung dengan 3 hal. Pertama, aku bingung kenapa Keenan tidak mau berbicara denganku. Kedua, alasan apa lagi yg akan ku ucapkan pada Keenan nanti? Karna siang ini aku akan menemui Eve lagi. Ketiga, alasan apa yg akan ku ucapkan pada the boys nanti? Karna sebenarnya siang ini aku ada latihan dengan mereka tapi....
Ah sudahlah. Aku tidak peduli. Eve sedang membutuhkanku kali ini.
**
Evelyn pov
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH (On Editing)
Fanfiction"Where there is a hope, there is a faith. When there is a faith, miracles happened" Sequel from Deserve. [One Direction's Fanfiction] [Status: belum di revisi]