19

9 0 0
                                    

hay guys selamat hari raya idulfitri. mohon maaf lahir batin semuannya.


Andre berjalan gontai memasuki rumahnya. rasti dan doni mengerut melihat anaknya yang tampak lesu melewati ruang tamu.

"Re kamu kenapa???" tanya Rasti saat Andre melewatinya. Andre hanya diam lalu duduk disova dekat dengan mamanya. Lalu andre memejamkan matanya.

"bertemu dengannya setela mengetahui segalanya, sungguh membuatku gila" gumam andre. Rasti yang mendenar itu menatap suaminya. Mereka tahu betapa tersiksanya anak mereka setelah kejadian 5 tahun yang lalu. rasti mendekati andre lalu mengusap bahu andre pelan.

"Bersabarlah nak, mama yakin kamu pasti bisa membuat hati ratu kembali untuk mu" ucap rasti menyemangati andre.

"pasti ma, re gak akan membuat penantian rere sia sia" jwab andre menatap mamanya yang tersenyum padanya. Doni ikut tersenyum melihat semangat dan keyakinan anaknya.

"hmm ngomong-ngomong re, bagaimana reaksi raya saat bertemu dengan mu hari ini?" andre menatap papanya, lalu menatap hal lain. seketika aurah wajah andre berubah membayangkan tatapan kebencian yang selalu raya tunjukan padanya.

"seperti biasanya, tatapan yang memancarkan kebencian selalu yang aku lihat " jawab andre lalu menghembuskan nafas pelan. Rasti dan Doni menatap anaknya sendu.

"apa dia tidak menanyakan tentan perjodohan itu padamu?" kini rasti yang bertanya. Andre menggeleng tampa melihat pada Rasti.

"sepertinya dia belum tahu dengan siapa dia akan dijodohkan. re pun penasaran bagaimana reaksinya nanti saat pertemuan keluarga besok. apa dia akan kabur lagi?? ..... hmm apa re akan kehilangan dia lagi?? re tidak tahu ma pa. Mungkin inilah hukuman untuk re atas kesalahan re dahulu" ucap Andre panjang lebar. Setitik air mata jatuh kepipinya. Andre bangkit dari duduknya lalu pergi menuju kamarnya.

"re istirahat dulu ma, pa" doni dan rasti menatap kepergian andre hingga andre menghilang dibalik anak tangga yang paling atas.


Esok harinya.

Raya bangun dari tidurnya. hari ini adalah hari minggu jadi Raya bebas bangun siang. Raya merenggangkan tubuhnya yang terasa segar. Tangan Raya menyenggol sesuatu saat ia hendak menuruni ranjang

"huh apa ini?" guma Raya, lalu membaca kertas kecil yang terlipat didalam kotak.

"sayang pakailah ini untuk acara pertemuan keluarga nanti. Ingat dandan yang cantik. Jangan tampil dengan gaya blablakan mu itu. ini alamatnya. Bunda dan ayah akan menemui mu disana, bunda harap kamu datang. jangan kecewakan bunda" Raya meletakkan kertas itu lalu melihat isi kotak itu.

"hmm tidak terlalu buruk" gumam Raya saat mempaskan dress berwarna biru ketubuhnya. Raya meletakkan dress itu diatas ranjang lalu melesat menuju kamar mandi. waktunya bersiap siap hanya 1 jam mengingat sekarang sudah jam 12.

Raya pov

sekarang gue udah rapi dengan dress berwarna biru selutut. Rambut gue sengajain gue gerai dengan bando yang mengiasi puncak kepala gue.

"lo persis seperti ratu, gadis cengeng yang lemah" ucap gue pada pantulan diri gue di kaca. Terlihat persis seperti gue dulu. gue benci ini tapi waktu untuk mengubahnya tak ada lagi. Gue langsung menyambar kunci mobil dan tas genggam gue.

gue turun dari mobil yang dikendarai oleh supir pribadi gue. Sejenak gue menatap restoran mewah yang sering gue kunjungi bersama keluarga.
hari ini gue bakal bertemu dengan calon suami gue. miris memang umur masih muda tapi sudah dijodohkan. tampa ragu gue memasuki restoran itu, lalu menuju ruangan VIP yang menjadi tempat vaforit kelurga gue. mereka pasti disana jadi gue gak perlu celingak celinguk mencari keberadaan mereka. Gue lihat bunda tersenyum kearah gue dan...tante rasti dan om doni juga ada disini. oh mungkin bunda mengajak mereka bertemu dengan calon sumi gue. Sebahagia inikah bunda menikahkan puterinya sedini mungkin. gue tersenyum membalas senyuman bunda

"sayang akhirnya kamu datang juga" sapa bunda. gue hanya tersenyum membalas ucapannya.
lalu duduk disamping ani yang sibuk dengan ponselnya.

"hy ratu , lama tak jumpa kamu makin cantik ajah" ucap om doni. Gue tersenyum kepadanya

"tentu saja om, aku kan gadis amerika" jawab gue bergurau engan om doni membuat semuanya tertawa termasuk ayah gue. setelah itu gue hanya diam memfokuskan diri gue dengan ponsel karna ayah dan om doni sibuk membicarakan bisnis sedangkan bunda dan tante rasti sibuk membicarakan fasion. huh kapan sich cowok yang akan dijodohkan dengan gue datangnya.

"oh ini dia calon menantu bunda datang" ucap bunda membuat gue menatap bunda.

"maaf saya terlamabat, jalan sedikit macet" ucap pria itu. Gue seperti mengenali suara ini. gue mengalihkan pandangan gue menatap pria itu. Alangkah terkejutnya gue menatap seorang pria yang berdiri didepan gue tepat disamping tante rasti.

"gak papa kok sayang kami baru juga ngumpul" ucap tante rasti menatap pria itu sayang. eh tunggu tante rasti memanggil andre sayang??? apa jangan-jangan dia ??? oh tidak ini tiak mungkin.

"sayang dia adalah pria yang akan bunda dan ayah jodohkan pada mu" ucap ayah memperkenalkan andre pada gue. gue terhenyak mendengar hal itu. musuh gue ternyata adalah yang akan dijodohkan dengan gue??? dan lebih parahnya kemungkinan dia adalah???

"dan dia anak tante rasti, kamu ingatkan??" tanya bunda pa

da gue. Bagaikan ditimpah beban yang sangat berat saat gue mendengar kenyataan ini. musuh sekaligus orang yang tidak gue ingin temui. orang yang selama ini sudah gue kubur dalam-dalam di masa lalu. Kini hadir oh bukan dia sudah lama hadir. Namun gue yang terlalu bodoh yang tidak mengenalinya. bodoh sungguh bodoh!!!!. di dalam hati Gue meneriaki diri gue sendiri.

"aku permisi ketoilet sebentar" ucap gue tiba-tiba karna sejak tadi gue hanya diam lalu berjalan menuju toilet. Kini apa yang harus gue lakukan? jika gue menolak maka bunda akan kecewa. gue terduduk dilantai toilet tak sanggup untuk berdiri. Kenyataan ini sungguh membuat gue kembali mengingat masa lalu.

"kenapa??? kenapa harus dia??? di sekian banyaknya laki-laki kenapa aku harus bertemu dengannya lagi ya tuhan!!! hiks hikss hiksss hikss....." gue menangis sambil memukul-mukul dada gue yang mulai terasa sesak. Sama seperti dulu. Dada ini sesak kembali.

"hiksss... hikss kenapa ini terasa sangat menyakitkan?" tanya gue entah pada siapa, gue masih tetap memukul dada gue yang terasa tertusuk oleh ribuan jarum. setelah gue rasa cukup untuk meratapi hidup gue yang sangat buruk gue membasuh muka gue di wastapel lalu berjalan keluar menuju tempat dimana keluarga gue berkumpul. gue lihat mereka menatap gue cemas terutama bunda dan tante rasti. gue duduk lalu menatap kedepan tidak menatap andre meski andre duduk berhadapan dengan gue.

" jadi apa keputusannya? kapan pernikahan itu dilaksanakan?" tanya gue . gue yakin mereka kaget dengan pertanyaan gue. Gue bisa merasakan mereka sedang menatap gue termasuk andre.

"ray?" panggil ani. gue hanya diam dan tersenyum getir.

"apapun keputusannya aku akan setuju. tapi maaf aku harus pergi karna aku ada janji lain" ucap gue pamit lalu berdirih meraih tas genggam gue dan melangkah pergi.

"sayang??" panggil bunda. gue berhenti dan menghirup nafas dalam.

"tenang saja aku tidak akan kabur lagi" ucap gue tampa menoleh lalu melangkah pergi.

saat sudah jauh dari restoran tiba tiba gue merasakan tangan gue tertarik kebelakang sehingga tubuh gue ikut berbalik.

"tutu tunggu...!" gue menatap andre tajam lalu menyentak tangan gue yang dipegangnya

"lepas! gue bukan tutu." andre hanya diam menatap gue sendu.

"gue tahu ini berat bagi lo tapi..." gue memotong ucapan andre karna gue fikir tak ada gunanya gue berbicar dengannya.

"gue gak mau denger apa-apa dari lo, jadi pergi dari hadapan gue" gue berbalik untuk meninggalkannya.

"akhh andre lepas!!!" gue tertahan karna andre menggenggam tangan gue lalu menyeret gue

"andre!!!! breksek!!!!! lepasinn gue... sakit tahu" andre tidak memperdulikan gue yang sedari tadi meronta ronta meminta dilepaskan. Andre tetap diam dan terus menyeret gue. pergelangan tangan gue terasa panas.



loh itu musuh gue!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang