Bagian 21

6 1 0
                                    

"Baiklah murid-murid, pelajaran kita akhiri sampai disini. selamat siang" bu mirna meninggalkan kelas.

Raya merapikan buku-bukunya, memasukkan kedalam tas ranselnya. Raya tidak menoleh sedikitpun kesebelah kiri. Tidak seperti biasanya raya dan andre sibuk dengan diri masing-masing. kelas terasa sunyi dengan perubahan sikap mereka. bukan hanya siswa didalam kelas mereka saja yang menyadari hal ini namun seisi penghuni sekolahpun menyadarinya.

"Ray gue nebeng ya sama lo" mala mengait lengan raya yang tenga jalan menuju pakiran.

"hmm terserah lo deh" raya dan mala berjalan beriringan menuju parkiran. tiba-tiba raya terhenti menatap ban mobilnya.

"ada ap.. yahhh ampun Ray... kok bisa kek gini sich?" mala menutup mulutnya kaget melihat ban mobil raya kempes keempat-empatnya.

"Ray..." panggil mala lirih. Raya hanya diam menahan emosinya. Meskipun begitu masih jelas terlihat dimatanya kemarahan yang terpendam. Raya mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang.

"hallo pak, jemput ray disekolah sekarang dan jangan lupa bawa tukang montir kesini" ucap raya pada seseorang yang dihubunginya. Mala hanya melihat apa yang Raya lakukan.

"supir gue bakal jemput kita kok." ucap raya datar.

"hmm gue tahu kok, tapi siapa yang udah berani melakukan ini semua!!"

"gue gak tahu , mungkin mobil gue keinja paku dijalan" Mala menatap Raya garang. disituasi seperti ini raya masih sempet bercanda. Raya menatap sekeliling fakiran yang mulai sepi. disudut fakiran terlihat Andre dan rival berjalan menuju mobil Andre. Raya mengalihkan tatapannya saat Andre juga menatap .

"hy ayank beb, kok masih disini?" Mala menatap rival bosan.
Rival keluar dari mobil Andre.

"kenapa mobilnya ray??" raya mengarahkan matanya pada ban mobilnya sehingga rival mengikuti arah pandangnya.

"what???? lo injek apaan sich ray, kok bisa ban mobil lo kempes semua??" Rival memeriksa ban mobil raya satu-persatu . Andre yang baru keluar dari obilnya pun ikut memperhatikan ban mobil raya.

"ini pasti ada yang ngerjain." tukas Andre.

"siapa?" tanya rival cepat menatap andre.

"siapa lagi kalau bukan yang ngomong. kan musuh raya disini kan cuma situ" sindir mala yang langsung dijitak rival. Andre tidak memperdulikan ucapan mala namun Andre malah menatap Raya yang duduk dijok mobil nya dengan pintu yang dibuka. Andre berjalan mendekati Raya yang sibuk dengan ponselnya.

"Loh pulang bersama gue!" Raya menahan lengannya yang ditarik Andre.

"apaan sih, gak usah repot-repot. supir gue udah dalam perjalanan " Andre tidak peduli dengan ucapan Raya, Andre tetap menarik lengan Raya.

"lepas!!! gue gak mau" bentak Raya . Mala geram melihat Andre memaksa Raya ikut bersamanya. Mala ingin menghadang Andre namun dicegah oleh Rival.

"pokoknya loh ikut gue. atau gue bakal-"

"bakal apa?" potong raya bertanya menatap Andre tajam. Andre melepas cekalannya pada lengan Raya lalu dengan senyum evilnya Andre mempersingkat jarak diantara mereka. Raya memundurkan tubuhnya namun dirinya sudah terpojok di pintu mobilnya.

"Gue bakal bilang kalo eloh tunangan gue" Raya melotot mendengar bisikan Andre ditelinganya. senyum kemenangan menghiasi wajah Andre. Dengan lembut andre menarik pergelangan raya menuju mobilnya. Raya tak bisa berkutik lagi, raya tak ingin semua orang tahu kalau dirinya dan Andre dijodohkan.

"riv yang satu itu lo yang urus!" ucap Andre sebelum memasuki mobilnya.

"Siap boss" Rival mengedipkan matanya pada Andre.

"loh loh.... Ray kok gue ditinggal sich, mana sama sich congek ini lagi... Ray...... gue ikut!!!!" teriak Mala menatap mobil Andre yang sudah melaju didepannya.

"ekhem. ayank beb..."

"APAAN!!?" bentak Mala jutek.

"ihhh kok gitu sich.... "

"TAU AH,GUE MAU PULANG BAY...." Mala berjalan meninggalkan Rival.



Saat dimobil Andre dan Raya sama-sama terdiam. Tisak ada satupun diantara mereka membuka mulutnya.

"Untuk mobil loh, gue pastikan akan menemukan pelakunya" ucap Andre membuka pembicaraan.

"Gak usah sok peduli" tanggap Raya jutek lalu keluar dari mobil Andre karna sekarang mereka sudah berada didepan rumah Raya. Andre pun ikut keluar menyusul Raya.

"Ehh Andre " tanya aini yang barunkeluar dari rumah.

"iya bun" Andre tersenyum sopan pada bunda aini.

"Ray ayo ajak Andre masuk." ucap aini pada anaknya, namun raya tidak memperdulikannya.

"hmmm gak usah bun re juga udah mau balik" ucap andre lalu mendekati aini untuk menyalami aini.

"hati hati ya! makasi juga udah anterin Raya" andre mengangguk lalu masuk kedalam mobil.

****

RAYA POV

hari ini aku dengan terpaksa pulang dengan Andre yang mengantarku. Aku ingin menolak namun Andre memaksaku dengan mengancamku memberitahu semua orang kalau aku tunangannya. ehhh bisa gila aku kalau semua orang sampe tahu.
aku tidur terlentang diatas kasur empuk ku memikirkan siapa yang berani mengerjaiku.

"hmmmmhuuuu...." aku mengabil nafas lalu mengeluarkannya pelan. sepertinya orang yang tidak menyukaiku mulai menunjukkan aksinya.

"tukk tukk tukkk...... Ray bunda suruh turun tuh, ada tante rasti dan om doni" segera ku tarik selimut menutup seluruh tubuhku hingga kepala.

"engghhh bilang ajah gue lagi tidur." teriakku dari dalam selimut. merasa sudah aman , sudah tak ada lagi suara ani yang mengetuk pintu. langsung saja aku membuka selimut yang menutupi wajahku.

"huhh mengganggu saja." dengusku lalu membalikkan tubuhku yang tadinya menghadap kekiri sisi kamarku lalu merubahnya menghadap kanan.

"akhhh!!!!!" aku kaget saat mendapati Andre yang tengah berbaring disisi kasurku dan menghadap padaku.

"ssssssttt, jangan berisik" Aku terdiam saat Andre menempelkan telunjuknya kebibirku.

"loh ngapain disini???" tanyaku melotot padanya. tapi andre malah mengacuhkanku.

"hmm ternyata tidur dikasur calon istri nyaman juga ya" aku menganga mendengar ucapan Andre yang tidak masuk akal.

"keluar sekarang juga!!!" aku menarik andre bangkit dari kasurku, lalu menyeretnya keluar dari kamar. Bagaikan menarik pohon besar Andre tidak bergerak sama sekali. Dimana kekuatanku yang super itu.

"ayoo keluar brengsekkh" aku tetap berusaha menarik Andre yang tak mau beranjak.

"akhh" Andre menaril tangan ku sehingga tubuh jatuh diatas tubuhnya. Tatapan kami bertemu, jarak wajahku dan wajahnya hanya beberapa senti. Andre tersenyum smirk menatapku.

"suasana yang bagus dan ditempat yang bagus juga." aku mengerti dengan perkataannya dengan cepat kuangkat tubuhku menjauh darinya, namun andre menahanku.

"lepas!!!"

"sutt!!!!" tangan andre terangkat membelai pipiku. aku sempat melotot.

"lepas!!! apa yang lo lakuin" bentakku.

"membelai calon istri gue. apa salah?? nanti lo juga bakal ketagihan minta dibelai sama gue" cukup sudah . ini sudah keterlaluan.

" dengar yah. gue gak akan pernah menjadi istri lo. so lepasin gue." belum sempet gue menarik tubuh gue menjauh andre malah memabalikkan posisi kami. sekarang andre berada di atas gue.

loh itu musuh gue!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang