Ponsel Rio
© MsLoonyanna╰•♥♡♥•╮
"Dan, err ... iya, aku suka makanan hot-hot. So, hm, back to the question before. Kenapa nama kamu Amelia Aussie?"Amelia meraih air mineralnya, meminumnya hingga setengah sebelum menjawab, "Aku blasteran, my dad is a proud Australian. Karena tidak mau identity-nya hilang, so ... yeah, as the first child in our family, namaku menjadi Amelia Aussie, but I think that's better. At least, namaku tidak menjadi Amelia Australia." Cewek blasteran itu mengakhiri ucapannya dengan tawa, yang mau tak mau membuat Rio ikut tertawa karena aura menyenangkan yang entah bagaimana bisa terpancar dari sosok cantik tersebut.
"So, Rio, mengapa nama kamu Rio Indonesia?"
Rio berdecak, juga meminum es tehnya sebelum menyahut, "Entahlah, Amelia. Aku juga tidak tahu pasti, but according the stories of my parents, that's just because I'm borned in the freedom day of Indonesia."
"So, kamu lahir tanggal 17 August? And anyway, my friends just call me 'El' for short," tanggapnya, tersenyum lembut.
Rio mengangguk. "Oh, okay, okay. And yes, like that, El. But, you know?"
"No?"
"Haha, aku belum bilang apa-apa." Rio terbahak selama beberapa detik, diikuti dengan Amelia yang hanya tersenyum manis melihatnya.
Well, Rio adalah teman pertama Amelia di sekolah itu dan entah mengapa, ia merasa sudah nyaman dengan cowok berlesung pipi manis tersebut. Menurutnya, Rio itu ramah, lucu, dan menggemaskan.
"I don't like my name, El."
Senyuman Amelia kontan memudar. "Why?"
Rio mengangkat bahu. "I'm little shy-shy with this name. My friends always laugh when they listen my name," ujarnya dengan nada sedih.
"Aww, Rio. Please, don't be sad." Tanpa diduga-duga, cewek itu bangkit dari kursinya dan mencondongkan tubuhnya ke depan, meraih Rio dalam satu rengkuhan hangat.
Mungkin sebagai cowok tulen Indonesia yang masih cukup polos, Rio tak biasa dengan hal-hal seperti ini. Namun, bagi Amelia, itu adalah soal biasa. Di Australia, ia selalu menghibur teman-temannya yang bersedih dengan sebuah pelukan. Menurutnya, pelukan itu bisa membuat seseorang merasa lebih baik.
Untuk sesaat, Rio merasa cengo. Bahkan mi yang masih menjuntai setengah di bibirnya tak ia hiraukan, meskipun hal itu membuatnya tampak seperti seorang yang konyol.
Ya, Allah, plis plis plis, mimpi apa gue semalem bisa dipeluk bule cantik kayak gini?! Aduh, sesak! Gak kuat dedek. Pingsan dulu, aaahh.
"Rio? Rio? Hey! You okay? Rio?! Please, wake up! This is not funny! Rio? Damn! What should I do?!"
Ya, benar, Saudara-saudara. Rio Indonesia pingsan di tempat karena degupan jantungnya yang menggila tak terkontrol. Posisinya mengenaskan dengan kedua bola mata yang seolah terputar ke belakang hingga yang tampak hanyalah putih-putihnya saja. Lidahnya pun memelet keluar dengan sepotong mi yang menjuntai dari sana.
"IBU, HELP! Rio ... Rio ke ragunan! Oh, no, damn! I mean, Rio ... Rio ke-ker—"
"Astagfirullah, Rio keracunan?!
Amelia mengangguk panik.
.
.
.
Bersambung...-----
Keep vote and comment ya, guys:)
See ya!
.
.Salam,
MsLoonyanna♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponsel Rio
Short Story[SHORT STORY • Humor, Teenfiction, Mystery, a little bit of Supernatural and Horror] Rio Indonesia, cowok kekinian Indonesia yang tak bisa hidup tanpa ponselnya. Sayangnya, ponselnya justru "bisa hidup" tanpa Rio. ──❧───❧─────❦─────❧───❧── Ponsel...