Ponsel Rio
© MsLoonyanna╰•♥♡♥•╮
Bagi Amelia, ruangan serba putih di hari itu tampak lebih menyesakkan dari biasanya. Bagaimana tidak? Ini sudah lewat dari seminggu sejak ia dan Rio mengalami kejadian di luar logika yang benar-benar sulit diterima akal. Sejak hari itu pula ia "kehilangan" Rio.
Well, tak sepenuhnya kehilangan secara teknis karena faktanya, tubuh lemah tak berdaya cowok itu sekarang tengah berada di sebuah bangsal rumah sakit, tetapi sayang, tidak ada yang tahu dengan jiwanya—dengan kata lain, Rio "koma". Namun, setidaknya Amelia masih patut mengucap syukur lantaran bedside monitor yang juga menunjukkan grafik elektrokardiogram jantung Rio itu sudah tampak normal sejak dua hari lalu. Tak lagi seperti hari-hari sebelumnya ketika alat elektrokardiograf tersebut justru menunjukkan grafik lemah, membuat sepasang manik Amelia Aussie selalu lembap karena air mata.
Sejak kejadian itu, Amelia tak pernah absen mengunjungi Rio di rumah sakit. Ia bahkan bersedia menjadi relawan yang akan menunggui Rio semalaman jika kedua orang tua cowok itu sedang ada urusan atau semacamnya. Beruntungnya, orang tuanya pun mendukung penuh maksud baik itu. Well, mungkin lantaran keduanya sudah mengenal Rio sebelumnya, meski hanya lewat makan malam sederhana mereka beberapa waktu lalu.
Ngomong-ngomong, ini sudah memasuki pertengahan bulan Desember, yang artinya Amelia dapat menjenguk Rio sesuka hati tanpa khawatir. Kenapa? Karena beberapa sekolah memang sudah diliburkan menjelang tahun baru 2018 dan sekolah mereka termasuk salah satunya.
"Rio, how are you today?" Ya, itu adalah pertanyaan wajib yang selalu Amelia lontarkan ketika mengunjungi Rio. Entah bagaimana, ia merasa yakin bahwa setidaknya cowok itu mungkin saja dapat mendengar suaranya, meski sepasang mata pekat yang begitu dirindukannya tersebut masih enggan terbuka.
Amelia yang tengah duduk di sebelah Rio bergerak mempertemukan jari jemari mereka dalam suatu kungkungan hangat yang ia harap dapat membuat Rio cepat siuman. A girl can dream, right?
"It's been more than a week, I miss you so much that it starts to hurt, Rio. Please, wake up. Open your eyes, please." Amelia akhirnya terisak, mengubur wajahnya di cekungan lengan Rio yang masih bersuhu hangat khas orang sakit.
Memang baru beberapa bulan belakangan ia mengenal sosok cowok manis nan humoris itu, tetapi entah mengapa ia merasa seperti sudah mengenalnya selama bertahun-tahun. Untuk itu, Amelia Aussie tak biasa dengan hari-harinya tanpa Rio Indonesia di sisinya. Rasanya ada yang kurang, seolah salah satu puzzle hidupnya sedang tidak pada tempatnya.
"Rio, tolong kembali," pinta Amelia lagi, putus asa. Menyaksikan sosok tersayang berbaring lemah tanpa daya benar-benar membunuhnya dari dalam. Hanya saja, selama seminggu ini ia mencoba tegar dan tak menunjukkannya kepada siapa pun. Namun, tidak dengan hari ini.
Sosok itu masih terisak pilu hingga lima belas menit kemudian, tepat di saat ia tiba-tiba merasa genggamannya di tangan Rio bergerak pelan. Cepat-cepat ia mengangkat kepala dan mendapati kerutan samar di kening cowok itu. Sepasang atensi karamelnya kontan membeliak, antara senang dan terkejut. Bagaimana tidak? Sejauh ini, itu merupakan tanda "hidup" pertama yang pernah ditunjukkan Rio.
"SUSTER! DOKTER! RI-RIO SI-SI-SILUMAN!"
"_"
"DOCTOR, HURRY UP, PLEASE, RIO SILUMAN!"
"RIO SILUMAN! RIO SILUMAN!"
"_"
"_"
"Siuman, El," kata sebuah suara misterius tiba-tiba, menginterupsi. Tebak itu siapa? Itu Rio! Ya, Rio Indonesia! Ia tampak membuka masker oksigennya sebentar sebelum memakainya kembali dan di saat itulah Amelia menerjangnya dengan satu pelukan erat.
"RIO! FOR MERLIN'S PANTIES, I MISS YOU SO DAMN MUCH!"
Kreeek.
"Ugh, damn, my back ...."
Well, untuk kesekian kalinya. Poor Rio. Namun, lihat sisi baiknya ....
Rio kembali.
.
.
.
Bersambung...-----
Hi, guys! Apa kabar? Yang selama ini hobi baca diem-diem, yakin masih gak mau nunjukin diri? Hehehe, udah mau tamat lho ceritanya Rio dan El 😅
A vote/comment won't hurt anyone xD. But aight, it's okay, at least you guys are willing to read this, that makes me happy:)
Ah ya, mau curhat dikit, awal saya mulai aktif di Wattpad, saya kirain genre short story itu khusus untuk cerita oneshot dan sejenisnya, tapi setelah liat-liat berkeliling, eh teori di kepala saya itu pecah.
Oh ya, kalau ditotalin (sampe epilog), "Ponsel Rio" itu hampir 15k words (or maybe already 15k if I really wanna do a bonus chapter). Menurut sumber yang saya baca, katanya short story itu maksimal 10k words, tapi ada pendapat lain (dan sumbernya lumayan kuat, cuma saya lupa situsnya) yang katanya short story itu yang jelasnya gak lebih dari 20k words.
Hm, menurut kalian?
Anw, see ya!
P.S. shameless promotion timeee! xD siapa tahu ada yang minat mampir. Dua-duanya short story, ya! Dan dua-duanya bertema depresi '-'
.
.
Salam,
MsLoonyanna♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponsel Rio
Short Story[SHORT STORY • Humor, Teenfiction, Mystery, a little bit of Supernatural and Horror] Rio Indonesia, cowok kekinian Indonesia yang tak bisa hidup tanpa ponselnya. Sayangnya, ponselnya justru "bisa hidup" tanpa Rio. ──❧───❧─────❦─────❧───❧── Ponsel...