Ponsel Rio
© MsLoonyanna╰•♥♡♥•╮
"Ma, dua hari lagi, kan, Rio ulang tahun, kira-kira Mama sama Papa mau ngasih apa?" Rio bertanya penuh modus pada kedua orang tuanya di saat jamuan makan malam.
"Emangnya kamu mau apa?"
Rio kontan tersenyum lebar mendengar pertanyaan ibunya yang menurutnya sungguh peka dan pengertian itu.
"Masa nih, ya, Pa, Ma, hapenya Rio tiba-tiba koma kemudian tewas gitu aja pas Rio pengin nge-chat cewek cantik." Cowok itu memonyong-monyongkan bibirnya, berharap wajah ganteng nan imutnya bisa meluluhkan hati ibu dan ayahnya.
"Ya udah, entar papa beliin pomade, deh."
"_"
"_"
"_"
"Yeee, Papa kok receh, sih?" Rio berhenti menyuap lantaran kini kedua tangannya ia lipat di depan dada, meski mulutnya masih saja sibuk mengunyah tempe bacem. Sungguh acara ngambek yang tidak elit.
"Ya ... kamu kan suka pomade."
"Tapi, kan, Rio curhatnya soal hape, bukan rambut. Ih, enggak peka, deh."
"Emang papa ini gebetan kamu yang harus peka, gitu?"
Ibu Rio kontan tertawa keras mendengar percakapan anak semata wayang dan suaminya itu. Ia tahu betul jika suaminya memang sengaja memancing Rio untuk membuatnya jengkel.
"Tau ah, gelap. Dan sorry, Rio udah kenyang. Byeee!" Dengan itu, Rio berlalu menuju kamarnya dengan wajah ditekuk kesal.
Tawa kedua orang tuanya meledak. "Yeee, dasar Rio, ya iyalah kenyang, orang piringnya udah bersih gitu."
"Haha, anak kamu tuh, Ma."
"Anak kamu juga kali, Pa." Ibu Rio memutar bola matanya.
"Biarin ajalah dia hidup tanpa hape dulu barang beberapa hari. Gara-gara hape, kita biasanya dikacangin, 'kan? Waktunya jadi lebih banyak mandang layar daripada ngajak kita ngobrol." Ayah Rio menggeleng pelan sebelum kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, sementara istrinya mengangguk setuju.
"Iya, Pa. Gak tega, sih, tapi—"
"Udahlah, Ma. Biarin aja dulu. Nanti dia tambah manja, lho."
"Ya udah. Pa, masih nau nambah, enggak?"
"Udah kenyang ini. Masakan Mama enak banget, sampai nambah dua kali." Keduanya kembali saling membagi tawa tanpa menyadari seseorang telah menguping pembicaraan mereka.
Rio menghela napas frustrasi. Kalau begini caranya, itu artinya ia tak akan mendapatkan ponsel baru dalam waktu dekat, bahkan di saat ulang tahunnya yang ke-17 nanti. Seminggu bahkan terasa bertahun-tahun, lalu bagaimana ia bisa bertahan tanpa ponsel?
Pasti sekarang banyak notif dari Facebook, Instagram, Twitter, LINE, de el el. Mana tahu, kan, kalau si El ternyata balas pesen gue juga? Kalau gini caranya mah, gue harus berjuang sendiri. Gak bisa nunggu gue. Gila aja hidup seminggu atau lebih tanpa hape. Ye, 'kan?
Tapi ... apa iya gara-gara hape gue kadang ngacangin Mama sama Papa? Kok gue gak sadar, sih? Ah, tau, deh!
Dengan kaki yang dientak-entakkan karena dilema dan kesal, akhirnya cowok bernama belakang Indonesia itu berjalan uring-uringan menuju kamarnya. Benar-benar tak berminat untuk menguping lebih jauh lagi.
Satu kata untuk Rio: merana.
.
.
.
Bersambung...-----
Vote/comment would be really appreciated. Nambah semangat nulis, kan, hehe.
Anyway, thanks guys, it's 1k reads/seen already and 250 votes! Ik, there are so many silent readers, but, well, it's okay, I still love Rio! xD
.
.
Salam,
MsLoonyanna💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponsel Rio
Short Story[SHORT STORY • Humor, Teenfiction, Mystery, a little bit of Supernatural and Horror] Rio Indonesia, cowok kekinian Indonesia yang tak bisa hidup tanpa ponselnya. Sayangnya, ponselnya justru "bisa hidup" tanpa Rio. ──❧───❧─────❦─────❧───❧── Ponsel...