•25• Terjebak di Masa Lalu

817 130 33
                                    

Please read the author's note at the end of the chapter. Thanks!

••

Ponsel Rio
© MsLoonyanna

╰•♥♡♥•╮

Kali ini pusaran misterius itu membawa Rio dan Amelia ke suatu tempat entah di mana, mereka belum tahu. Jelasnya, Rio yang jatuh di atas gundukan pasir buatan di dalam sebuah kotak persegi besar kembali meringis kesakitan. Bak déjà vu, Amelia lagi-lagi jatuh tepat di atasnya.

Kreeek ....

"Punggung gue, ya Tuhan ...." Oke, itu kedua kalinya Rio mengeluh dalam sehari ini karena permasalahan yang sama.

"Damn, not again, oh my God! Rio, I'm so so so sorry!" Amelia berdiri dengan cepat, menyatukan kedua telapak tangan di depan dada sembari menundukkan kepala—menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.

Untung cakep, untung gebetan, untung suka, untung sayang, untung ... cinta. Rio menghela napas sebelum berusaha keras menyetel wajahnya dengan senyuman lebar.

"Selama lo gak apa-apa, gue enggak bakal protes, kok, El. I mean, as long you okay, I don't want to protest anything. Your safetiness in my priority," cowok itu berujar bangga. Anehnya, wajah Amelia justru lebih seperti orang yang sedang menahan tawa. Ugh, seandainya saja Rio tahu bahwa bahasa Inggris-nya barusan sangatlah hancur.

Tak ingin membuat Rio merasa down, si cewek keturunan Australia tersebut memilih untuk tak berkomentar apa-apa mengenai betapa parahnya bahasa Inggris cowok itu. Bagaimanapun, ia justru merasa hatinya menghangat mendengar perkataan Rio barusan. Untuk itu, Amelia tiba-tiba saja meraih Rio dalam satu pelukan erat.

"Thank you, Rio. You're so nice to me. It means a lot," bisiknya tulus. Rio sempat bergidik dan bahkan berpikir bahwa ia akan mati dalam sekejap dengan degupan jantung yang seolah-olah akan menembus keluar dadanya.

Cowok itu baru membalas pelukan Amelia sekitar tujuh detik ketika atensinya tak sengaja menangkap suatu pemandangan ganjil dari balik punggung cewek yang sudah disukainya sejak pandangan pertama itu.

"El," Rio berbisik. "Do-do you think you know that boy in there?"

Sedikit enggan, Amelia akhirnya melepas pelukannya dari tubuh Rio dan berbalik.

"Damn ... am I dreaming or something? That's, that's, that's—"

"Me," jawab Rio, percaya tidak percaya. "I think, we are in past again." Ya, pusaran itu memang membawa keduanya ke taman yang sama, tetapi dengan waktu dan titik lokasi yang berbeda.

"Kamu ingat tahun ini berapa?" Awalnya Rio mengernyit. Namun, tiga detik setelahnya, akhirnya ia dapat menangkap maksud dari Amelia. Dalam hati, cowok itu tersenyum bangga. Setidaknya, ia merasa seri dalam berbahasa.

Hohoho, kalau gue bego di bahasa Inggris, ya ... bagian si El yang rada bego di bahasa Indonesia. Awww, saling melengkapi, deh! Jangan-jangan emang jod

"RIO!"

"JODHA AKBAR BARENG SHAHEER!"

Amelia mengernyit. Wh-what? Shaheer? What's that? A food? Menggeleng pelan, ia membuang pikiran itu jauh-jauh. Tujuan awalnya memanggil Rio bukan karena ingin mempermasalahkan kelatahan random si cowok berlesung pipi tersebut, tetapi karena hal yang lain.

"Look over there. Err, you're talking with your ... phone?"

Rio segera memutar kepalanya kembali ke arah yang Amelia tunjuk. Jarak bak pasir dari posisi Rio-Masa-Lalu tak begitu jauh. Jadi, tentu saja itu menjadi keuntungan tersendiri bagi Rio-Masa-Kini dan Amelia. Dengan begitu, mereka dapat mendengar semuanya dengan jelas.

Rio-Masa-Lalu (yang Rio-Masa-Kini perkirakan baru berumur empat belas tahun) tampak tertawa-tawa sendiri dengan kedua tangan yang menggenggam sebuah ponsel (dalam hati, Rio-Masa-Kini diam-diam setuju jika otaknya sudah gesrek sedari dulu). Ia sedang sibuk menggambar sesuatu di sana dan kemudian memberi sebuah tulisan kecil di sudutnya yang bertuliskan 'Raisa'.

Ia dan Amelia bertatapan selama beberapa saat sebelum kembali menyimak apa yang akan terjadi selanjutnya. Oh, benar! Sesuatu terjadi. Ketika mereka berbalik lagi, kini sesosok perempuan bertudung dengan jubah hijau zamrud telah berdiri tepat di belakang Rio-Masa-Lalu yang sama sekali tak menyadarinya. Rio-Masa-Kini yang melihat hal itu baru akan memperingatkan ketika Amelia yang berada di sampingnya tiba-tiba saja berteriak histeris.

"Aaaarrgh!"

"EL!" Rio menjerit panik, mencoba meraih tangan cewek itu yang secara ajaib kini kembali terisap oleh pusaran misterius. Namun, sayang, ia terlambat. Amelia sudah telanjur menghilang ke dalam lubang hitam tersebut, meninggalkannya seorang diri, dan ....

Terjebak di masa lalu.
.
.
.
Bersambung ....

-----

Hi! Such a longer chapter than usual, 600+ words without this author's note! Hope you guys didn't get bored while reading it, hehe.

Gak apa-apa kali, ya, err ... itung-itung ini juga update terakhir "Ponsel Rio" di tahun 2017:( (kayaknya 2-3 chapter lagi tamat, deh '-' mungkin 4 dengan epilog, but Idk yet xD).

Btw, guess what? Bc of something, I changed my mind. I will publish "My Lost Boyfriend" when my another short story called "The Monster" ends. Yep, it will be up on January 1st, 2018!

Here is the little peak of the cover if you guys are curious (I put 3 edits, bc I still can't choose it:( help!).

Here is the little peak of the cover if you guys are curious (I put 3 edits, bc I still can't choose it:( help!)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ceritanya masih berbasis remaja, kok. Cuman covernya sengaja disuramin soalnya theme-nya itu "depression", terinspirasi dari kasus bunuh diri salah satu personil boyband Korea beberapa waktu lalu).

Ah ya, thank you so much for 9k views and 2k+ votes! Can't believe this has gotten a lot of attention, like ... OMG. I barely even get 50 views at first, so again thank you! (P.S. I wrote it like 3 days ago, and now it's 10k+ views already, damn).

Happy (early) new year for all of you guys! I hope 2018 will be a better year than 2017 for us, aamiin.

See ya next year! xD
.
.
Salam,
MsLoonyanna

Ponsel RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang