Ponsel Rio
© MsLoonyanna╰•♥♡♥•╮
Tidak seperti biasanya, hari ini cuaca benar-benar tak bersahabat bagi Rio. Mendung menggantung jelas di langit, ditambah dengan hawa aneh yang terasa sangat dingin hingga seperti menusuk tajam hingga ke sumsum tulang terdalam.
Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Kabar buruknya, Rio harus menunggu bus untuk rute pulangnya. Hari ini ia tak membawa si sepeda kesayangan karena alasan klasik: tadi pagi, bannya tiba-tiba kempes. Padahal cowok itu sangat yakin jika sehari sebelumnya, sepedanya tampak baik-baik saja.
Menghela napas kasar, Rio berjalan meninggalkan halte yang berada tepat di depan sekolahnya—yang kini terlihat sudah sepi. Ia berharap di tengah perjalanannya nanti, ia akan menemukan bus atau setidaknya angkot yang searah dengan rumahnya (entah mengapa, Rio tak pernah mau menggunakan aplikasi kendaraan online). Bukannya menyerah, tetapi cowok itu bahkan sudah menunggu hampir satu jam lamanya di halte tersebut sementara langit tampak semakin gelap di atas sana. Untuk memperkeruh suasana hatinya, ia pun tak bertemu dengan Amelia hari ini, sama sekali tidak.
"Ya Allah, please, jangan ujan dulu, dong," cowok itu bergumam pada dirinya sendiri sembari terus mempercepat langkahnya.
Bahkan sampai bermenit-menit berlalu pun, kendaraan umum tak juga tampak. Hal itu tentu saja membuat Rio cemas dan gelisah. Pasalnya, jarak dari sekolah ke rumahnya yaitu sekitar sembilan kilometer. Tak begitu jauh sebenarnya, tetapi tetap saja akan sangat jauh jika hanya mengandalkan sepasang kaki.
"Mampus!" Tiba-tiba saja Rio mengumpat cukup keras ketika setitik air hujan secara mendadak jatuh dari langit. Ia berlari dengan kedua tangan di atas kepala, berusaha melindungi tatanan rambut kerennya—hasil dari pomade tadi pagi—agar tak lepek.
Tak ingin basah kuyup, akhirnya cowok itu memutuskan untuk berteduh di salah satu emperan toko di tengah jalan. Kedua tangannya kini berada di sisi tubuhnya, mencoba untuk mengalirkan sedikit rasa hangat, meski sebenarnya hal itu nyaris sia-sia.
"Brrrr. Dingin banget, gila! Brrr!" katanya seraya menyaksikan tetesan-tetesan hujan yang semakin deras—jatuh bersusul-susulan dari langit kelabu.
Merasa bosan menunggu hujan yang tak kunjung reda, Rio pun mengeluarkan ponsel baru miliknya dari dalam tas punggungnya. Bibir cowok itu seketika membentuk sebuah kurva senyuman di saat ia melihat beberapa notification yang berasal dari Amelia, cewek yang sedang ditaksirnya.
Iya, setelah mendapat ponsel baru sebagai hadiah lombanya dua hari lalu, Rio lantas segera menyimpan ulang semua kontak dan akun media sosial milik Amelia. Tak lupa, ia pun memposting banyak foto selfie ke dalam akun Instagram-nya agar ke-hits-annya semakin di depan.
Cowok bernama belakang Indonesia itu masih tersenyum-senyum konyol sembari terus menatapi layar ponselnya ketika gemuruh guntur disertai kilat dan petir berhasil membuyarkan semua fokusnya.
"Astaga, astaga, astaga, kambing budek makan sapi lari keliling, Allahu Akbar!!!" latah Rio secara spontan.
Dan tepat di saat petir kedua menyambar, cowok itu meloncat heboh dengan kedua mata yang terbelalak kaget.
"RA-RAISA?!"
.
.
.
Bersambung ....-----
Astaga, ada apa dengan Rio?
Anyway, wow! 550+ votes already, can't believe it, guys. Thank you so much!
Keep vote and comment, yeah?
See ya!
Edited:
Please, check my works out, I currently have a writing project called Loony's Song Fiction Series. Untuk ke depannya juga bakal ada seri-seri yang lain, seperti: mental series, suicide series, creepy series, fruit series, etc. So stay tuned!Thanks in advance.
.
.
Salam,
MsLoonyanna💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponsel Rio
Short Story[SHORT STORY • Humor, Teenfiction, Mystery, a little bit of Supernatural and Horror] Rio Indonesia, cowok kekinian Indonesia yang tak bisa hidup tanpa ponselnya. Sayangnya, ponselnya justru "bisa hidup" tanpa Rio. ──❧───❧─────❦─────❧───❧── Ponsel...