•18• Curhat

917 153 14
                                    

Ponsel Rio
© MsLoonyanna

╰•♥♡♥•╮

Sudah seminggu sejak serangkaian kejadian aneh tentang Raisa mengacaukan isi kepala Rio. Sejak hari itu ia diliputi rasa takut, khawatir, dan juga muak bercampur menjadi satu.

Bayangkan, dalam seminggu belakangan ini, setidaknya cowok itu sudah sebelas kali mencoba untuk 'menyingkirkan' Raisa, tetapi hasilnya selalu berakhir sia-sia. Benda mungil persegi tersebut selalu saja secara ajaib kembali kepada Rio. Siapa yang tak merasa takut diteror oleh sebuah benda mati yang kemungkinan besar tak benar-benar 'mati'?

Rio tak pernah tahu jika suatu hari nanti benda mungil kesayangannya akan berubah dan berbalik menjadi benda yang paling tak ia inginkan untuk miliki di seumur hidupnya. Entah bagaimana, tetapi ia sangat yakin jika mantan ponsel kesayangannya itu 'hidup' dalam artian yang sebenarnya.

"Rio, kamu okay?" Sebuah suara khawatir berhasil menyentak cowok itu dari segala pikiran ruwetnya.

"Eh? Ah, iya, aku gak apa-apa, El." Rio tersenyum tipis ke arah sosok cewek yang tengah sibuk mengunyah sembari memangku sekotak bekal makanan di atas kedua pahanya.

Ya, Amelia memang mengajak Rio untuk makan siang bersama. Namun, bukan di kantin, melainkan di taman belakang sekolah dengan bekal buatannya sendiri. Terdengar manis? Tentu saja, dan Rio sangat senang dengan fakta itu. Amelia Aussie adalah cewek gebetannya, ingat?

Kabar baik lainnya, kini cewek itu sudah mengerti cukup banyak bahasa Indonesia, meskipun terkadang masih sulit untuk mengekspresikannya sendiri. Well, setidaknya ia sudah lumayan paham apa yang orang-orang katakan padanya. Berterima kasihlah pada Rio yang dengan sabar mengajari.

Apa gue curhat aja, ya, sama El? Tapi ... kalau gue dikatain gila gimana? Ugh, tapi rasanya gue juga gak bisa lagi nyimpen semuanya sendiri. Ya Allah ... tolong Rio, ya Allah.

Rio berdeham. "Hm, El?"

Sebagai respons, cewek itu hanya memiringkan kepalanya.

"Hmm, kamu percaya gak, sih, sama hal-hal supernatural?" Bukannya menjawab, Amelia justru mengerutkan kening. "Ugh, I mean you believe in something supernatural like magic, maybe?"

Amelia tampak mengangkat sebelah alisnya sebelum menjawab pelan, "Yes, I do. Why?"

Sekarang Rio merasa nervous dan bingung bagaimana harus menjelaskan hal tersebut. Ia takut jika cewek pujaan hatinya akan menganggapnya freak atau semacamnya. Ia tak ingin kehilangan Amelia di saat ia bahkan belum memiliki cewek itu sepenuhnya. Jujur, ia memang sangat ingin Amelia menjadi pacarnya suatu hari nanti. Come on, a boy can dream, right?

"A-a ... err, gimana, ya, ngomongnya. A-a—ugh, gini, El ... a-a-hmmpp! El!" Mata Rio melebar, sementara Amelia terkikik keras. Well, cewek itu gemas melihat Rio yang kesulitan berbicara. Jadi, dengan sedikit inisiatif, ia pun memasukkan sepotong roti panggang ke dalam mulut Rio, membuat pipi cowok itu tampak menggembung seketika.

"Kamu lucu!" Amelia masih sibuk tertawa dan mau tak mau akhirnya Rio pun ikut menyumbang tawa tanpa sadar. Hal itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya Rio ingat jika dirinya ingin mengatakan sesuatu.

"El," katanya tiba-tiba, berubah serius.

"Yes?"

"Look, I don't crazy or something, but I think ... my old phone is life."

Meskipun grammar Rio masih hancur seperti biasa, setidaknya ia berharap jika Amelia bisa mengerti dan tampaknya ... ya, karena kini kedua mata cokelat karamel cewek itu membulat terkejut.

"What?"
.
.
.
Bersambung ....

-----

Pleas vote and comment:)

See ya!
.
.
Salam,
MsLoonyanna💕

Ponsel RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang