•22• Selamat Malam

864 150 19
                                    

Ponsel Rio
© MsLoonyanna

╰•♥♡♥•╮

Rio pulang dari rumah Amelia sekitar pukul delapan malam-yang seharusnya bisa lebih awal dari itu. Hanya saja, ia merasa tak enak jika harus menolak ajakan makan malam bersama yang ditawari langsung dan eksklusif oleh kedua orang tua Amelia.

Sama camer harus sopan, 'kan? Begitulah pikiran narsis Rio. Lagi pula, kapan lagi kesempatan seperti itu datang padanya?

Namun, ada satu hal yang membuat cowok itu jengkel setengah mati. Fred, adik jail Amelia yang berusia delapan tahun. Bocah tengik itu menarik kursi Rio tepat di saat dirinya akan duduk. Alhasil, nahas tak dapat dihindari. Bokong Rio benar-benar sukses mencium lantai dengan tak elitenya. Menjengkelkannya, Fred justru tertawa keras, membuat Rio ingin menyumpalkan sepotong ikan tuna besar ke dalam mulutnya.

Untung saja kekesalannya tertutupi oleh sikap baik kedua orang tua Amelia, apalagi ketika ayahnya berkata pada Fred, "You're grounded, little bean". Ingin rasanya Rio bergoyang itik di atas meja makan sambil memamerkan bokong indahnya yang sempat mengalami cidera dalam.

Rio menarik napas panjang sebelum memarkirkan sepedanya di garasi. Dari rumah Amelia ke rumahnya, setidaknya ia butuh sekitar lima belas menit dengan frekuensi kayuhan sedang.

Tenggelam dalam pikirannya, cowok itu melompat terkejut ketika telinganya tiba-tiba menangkap suara aneh dari balik semak-semak. Parahnya, ketika ia berbalik, seleret bayangan hitam melintas begitu saja. Hanya sepersekian detik memang, tetapi sukses membuat Rio kesulitan untuk mengasumsikan apa yang dilihatnya itu nyata atau hanya ilusi semata.

Tak ingin berlama-lama berada di tengah kegelapan malam yang semakin mencekam, Rio pun segera lari terbirit-birit masuk ke rumah. Ibunya bahkan heran dan bertanya-tanya, tetapi ia hanya menggeleng sebagai jawaban.

Setelah mandi dan sedikit berbenah, Rio merangkak naik ke atas kasur. Ia telah memberitahu ibu dan ayahnya bahwa dirinya sudah makan malam di rumah Amelia. Jadi, mereka tak perlu khawatir. Menurutnya, ia hanya butuh istirahat.

Teringat sesuatu, Rio segera bangkit dan duduk bersila di atas kasur. Ia lantas mencari-cari sesuatu di dalam tas ranselnya. Setelah mendapat apa yang ia cari, cowok itu memperhatikan benda pipih mungil di tangannya, Raisa. Anehnya, ponsel tersebut tampak baik-baik saja, padahal ia dan Amelia sangat yakin bahwa bunyi ledakan kecil beberapa saat lalu berasal dari benda itu.

"Raisa, Rio gak tahu lagi mesti ngelakuin apa biar kamu gak terus-terusan ngambek dan nakutin Rio. Kalau emang kamu hidup dalam versi lain, Rio cuma pengin minta maaf, soalnya Rio tahu kalau Rio jahat. Ngebuang yang lama pas udah ada yang baru, padahal kamu udah setia banget beberapa tahun belakangan ini sama Rio. Harusnya Rio bisa lebih ngehargain kamu, meski kamu hanya benda mati-hmm atau sebenarnya hidup? Entahlah. Intinya, sekali lagi, Rio minta maaf." Cowok itu tanpa ragu mencium lembut benda mungil di tangannya lalu meletakkannya di atas nakas sebelah tempat tidur setelah menggumamkan 'Good night, Raisa'.

Namun, sebelum ia benar-benar jatuh tertidur, Rio meraih ponsel lainnya dan segera mengetikkan sebuah pesan untuk Amelia.

El, terima kasih, ya, untuk semuanya. Maybe some spells not work for Raisa, but the power of love of us and a sincere affection? Well, we don't ever know.

Goodnight, Ellie. You're the best xx

Rio tersenyum manis dengan sapaan baru yang ia berikan pada Amelia di dalam pesannya sebelum rasa kantuk benar-benar mengambil fokusnya dan segera menenggelamkannya ke dalam dunia mimpi.
.
.
.
Bersambung ....

-----

Update subuh buta gini kira-kira ada yang baca? .-. If you notice, ini jadwal update-nya lebih awal (biasanya kan tiap weekend). But, sorry, weekend ini gak bisa update, jadi saya update sekarang sebelum flight-just for you, guys, hehe. Dan, well, saya gak bisa ngandelin wifi hotel atau wifi umum selama di luar Indo sana, so yeah ... keep vote and comment, pls:)

See ya!
.
.
Salam,
MsLoonyanna

Ponsel RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang