•17• Halo, Rio

843 160 10
                                    

Ponsel Rio
© MsLoonyanna

╰•♥♡♥•╮

"RA-RAISA?!"

"Halo, Rio."

Rio mengucek matanya berulang kali, memastikan apa yang dilihatnya benar-benar nyata—dan sepertinya ... memang demikian.

Di hadapan cowok manis itu kini berdiri sesosok gadis tinggi semampai dengan tudung jaring-jaring berwarna hitam yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Ia mengenakan setelan jubah hijau zamrud klasik yang membuatnya tampak seperti seorang penyihir di buku-buku dongeng yang sering Rio baca sewaktu kecil. Tepat di bagian dada sebelah kanannya terdapat sebuah name tag bertuliskan "Raisa".

Seketika itu juga Rio merasa merinding. Entah bagaimana, tetapi ia sangat yakin bahwa sosok di hadapannya tersebut adalah sosok Raisa-nya yang lain. Ya, ia pernah menciptakan sosok itu di dalam kepalanya beberapa tahun silam. Hanya saja, ia tak pernah benar-benar menyangka jika suatu hari imajinasinya akan berubah menjadi nyata seperti saat ini, hari ini.

"Miss me?" Sosok tersebut mengangkat dagu, menampilkan sebuah seringai sarat makna di bibir semerah darahnya. Rio hanya dapat melihat sebatas itu karena selebihnya lagi tertutupi oleh tudung jaringnya.

"Ke-kenapa kamu bi-bisa di sini?" Rio bertanya takut-takut, terlebih ketika Raisa semakin mengangkat wajahnya hingga kini cowok itu dapat melihat jelas sorot tajam yang ditujukan padanya. Tatapan yang sama sekali tak ramah.

"Kenapa? Seharusnya aku yang bertanya padamu! Kenapa kau membuangku?! Aku sudah rela menemanimu selama bertahun-tahun, tapi apa yang kudapat? Dibuang bak sampah!" Raisa tertawa mengerikan, membuat Rio semakin mengkeret ketakutan.

"Ka-kamu, kan, sudah rusak, a-aku butuh yang baru!"

"Kau pikir kau bisa memenangkan perlombaan itu tanpa bantuanku? Hah! Bodoh kau, Rio, bodoh!"

"Mak-maksudnya a-apa?"

Tanpa disangka-sangka, sosok itu kemudian berjalan mendekat ke arah Rio dengan bagian bawah tubuhnya yang melayang transparan. Ia nyaris kehabisan napas ketika menyadarinya.

Kedua tangan Raisa yang berkuku panjang pun terulur untuk mencekik leher Rio. "Kau terlalu banyak menghabiskan waktumu untuk bermain ponsel, Rio, sampai terkadang kau mengabaikan kedua orang tuamu dan bahkan ketika aku rusak, kau memilih membuangku! Kau benar-benar tak tahu diuntung! Rasakan ini!" Cekikan di leher Rio menjadi lebih kuat hingga membuatnya terbatuk-batuk kesulitan bernapas.

"Ma-maafin Rio, Ra-Raisa. Ma-maaf. Tolong! To-tolong! AAAAAAARRRGH!"

"RIO! Kamu kenapa?!"

Cowok itu bangun dengan napas tersengal-sengal, keringat bercucuran di keningnya.

Sial, mimpinya nyata banget!

"E-enggak apa-apa, Ma. Cu-cuma mimpi buruk." Rio beralih ke nakas di sebelah tempat tidurnya dan mengumpat pelan ketika melihat gelasnya kosong. Untuk itu ia bangkit menuju dapur demi segelas air putih setelah meyakinkan ibunya bahwa ia baik-baik saja.

Tepat di saat Rio meneguk tetes terakhir, sebuah bunyi ketukan di pintu rumahnya menyita fokusnya. Ia melirik sekilas ke lantai atas, tak menunjukkan tanda-tanda apa pun jika ibunya mendengar ketukan itu. Maka dengan satu embusan napas lelah, ia berjalan membuka pintu. Namun, mata Rio menyipit heran ketika ia tak menemukan seorang pun di sana, selain ....

Sebuah paket.

Rio mengerutkan kening sebelum mengambil paket bertuliskan namanya itu. Ia terkejut bukan main ketika membukanya dan mendapati Raisa tergeletak manis di dalam sana dengan sebuah catatan kecil berbunyi:

"Halo, Rio".
.
.
.
Bersambung...

-----

Well, ini bukan cerita horror, kok xD but ... who knows? 😱

Lol, okay. Vote and comment, pls?

See ya!
.
.
Salam,
MsLoonyanna💕

Ponsel RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang